35

1.8K 112 12
                                    

Derum suara mobil berhenti, Mew meneliti kesamping dimana sebuah rumah bercat abu-abu muda dengan warna putih sebagai pelengkap disampingnya, dia melirik dari kaca tengah mobilnya dan menemukan Teresa dalam keadaan tangan terikat dan mulut yang ditutup, sedikit menyesal karena 2 buah gigi graham dan sebuah gigi seri telah diambil paksa olehnya dari Teresa, gadis itu menangis dan menatapnya dengan penuh kebencian, dia tidak pernah merasa menyesal akan kehilangan salah satu karyawannya setelah ini.

"Itu Gulf!"

Mew segera menoleh, dia bergegas turun dari mobil dan menghampiri Gulf yang akan membuka pagar, pria itu terlihat sangat terkejut akaj kehadirannya di sana.

"Gulf.."

"Mew?"

Wajah terkejutnya berubah menjadi marah "Lo nguntit?"

Yang di tanya lantas menggeleng, "saya bertanya pada seseorang tentang... Keberadaan kamu sekarang, kamu menghilang dua hari penuh, ditelpon juga tidak aktif."

Gulf melirik pagar yang menjadi satu-satunya pembatasan antara dia dan Mew yang berdiri di halaman rumah ibunya. "Gue ganti nomor."

"Oh ya? Kartu kamu rusak? Saya bisa salin nomor kamu yang baru, sebentar saya ambil ponsel di mobil." Mew segera bergegas untuk mengambil ponselnya, namun Gulf menahan tangannya dan membuka pagar membuat posisi berhadapan mereka semakin leluasa.

"Mew."

"Tidak memakan waktu cukup lama, Gulf. Ponsel saya ada di dalam mobil, saya ambil dulu agar bisa mencatat nomor baru kamu."

"Mew.."

"Kamu pasti-"

"Mew! Stop hubungin gue, lo gak perlu salin nomor baru gue karena gue ganti nomor buat lepas semua perasaan gue dari lo, gue ga suka jadi gay, gue ga suka lo!"

Mew tidak kehilangan fungsi pendengarannya, dia yakin Gulf mengatakan suatu hal yang salah soal menjauh darinya dan apapun itu. Apa dia melakukan kesalah? Membuat pria ini cemburu atau bagaimana? Jadi dia tersenyum dan menggapai lengan Gulf.

"Kamu bicara apa, kenapa bicara melantur saat saya datang?"

Gulf menarik lengannya, mengeraskan wajah dan menyatukan alis seperti biasa.

"Pergi dari depan gue sekarang, gue gak mau berurusan atau bahkan liat lo lagi, Mew. Kita udah selesai, udah cukup sampai sini lo nebar virus gay yang lo punya sekarang! Pergi!"

Mew menggenggam erat tangannya, mengeraskan gigi graham. "Saya tau mulut kotor kamu, tapi sehina itu saya dimata kamu? Bukannya kamu yang minta saya buat bertanggung jawab atas perasaan kamu? Kenapa kamu minta saya buat pergi bahkan disaat kita baru mulai, kamu mempermainkan saya Gulf? HAH?!" Bahunya diguncang, Gulf membuang wajahnya ke samping menolak menjawab, Mew memandang kearahnya tidak percaya.

"Jelasin semuanya Gulf."

"Tidak yang harus dijelaskan, kamu dan virus gay sialanmu telah merusak anak saya."

Tiba-tiba, dari arah pintu depan wanita yang Mew yakini sebagai ibu Gulf keluar dari sana, memandangnya dengan raut benci dan menarik Gulf mundur, pria itu tersentak bahkan Mew merasakan bahu Gulf menjauh dari genggamannya.

"Pergi dari hadapan anak saya dan urusi hidup kamu sendiri, Gulf punya hidupnya yang lebih baik tanpa kamu, dia manusia normal yang akan menikah dengan perempuan bukan pria seperti kamu."

Mew menggeleng. "Pandangan anda terlalu sempit jika hanya melihat manusia dari sudut normal milik anda, nyonya. Semua orang bebas berprasaan, menyukai sejenis mereka bukan lah virus."

Ibu Gulf tampak murka, dia mendorong bahu Mew. "Tahu apa kamu soal kebebasan manusia? Pergi dari anak saya, jangan temui atau hubungi dia! Gulf sudah saya jodohkan dengan Teresa dan kamu tidak berhak mengubah rencana tuhan."

"Kalau saya tidak berhak mengubah rencana tuhan, tuhan yang harus merubah rencanannya sendiri, saya tidak akan melepas Gulf untuk siapapun."

"Mew."

"Tidak Teresa, tidak wanita mana pun."

"MEW! GUE BILANG PERGI DARI HIDUP GUE BANGSAT! GUE MUAK LIAT MUKA LO, GUE CAPE DENGER SEMUA OMONG KOSONG LO SIALAN, LO NGEBEBANIN HIDUP GUE! tuhan gak perlu ngubah rencananya demi lo, gue bakal nikah sama Teresa, dan lo boleh cari pengganti gue siapapun, siapapun kecuali gue, gue gak bisa, gue gak mau, Mew."

"Gulf?" Mew memandang pria di depannya dengan raut tidak percaya. "Kamu yakin kamu ngomong begitu? Saya mohon kamu harus pikirin lagi yang kamu omongin."

"Mew," Boss turun dari mobil, menyeret Teresa keluar dan itu membuat Gulf terkejut, dia berlari ke arah Teresa, membuka ikatannya dan juga ikatan pada mulutnya, betapa terkejutnya dia bahwa noda darah telah menghiasi mulut teman kecilnya.

"BANGSAT DUNGU, YANG LO LAKUIN INI APA SETAN?! LO APAIN TEMEN GUE?! PERGI LO HINA! ANJING LO, GUE GAK MAU LIAT MUKA LO LAGI!"

Gulf berlari ke arah Mew hanya untuk memberinya bogem mentah, dia menarik kerah Mew dengan marah. "Gue gak suka sama lo, semua yang gue bilang ke lo waktu itu bohong, berhenti ganggu hidup gue atau pun Teresa, gue muak, tcuih!"

Gulf meludah ke samping dan menuntut Teresa untuk masuk ke dalam meninggalkan Mew dengan perasaan rapuhnya yang patah kembali, Boss baru pertamakali melihat temannya sehancur ini menatap punggung Gulf yang akhirnya hilang setelah bunyi pintu tertutup.

"Seberapa hina jadi gay? Jadi Gulf bohongin gue selama ini?"

Boss menggeleng, dia menepuk punggung Mew dan memeluk temannya yang menahan air matanya untuk jatuh.

"Ayo pulang," kata Boss.

"Dia nyuruh gue pergi padahal dia tau gue sayang dia."

Boss menghela napas dan menyeret Mew untuk masuk ke dalam mobil, mencegahnya gila di sana, membiarkan Mew duduk di kursi samping sementara dia yang menyetir pulang. Patah hati terbesar Mew hari ini adalah yang paling menyakitkan, menyedihkan melihat temannya tetap mencintai seseorang yang menghinanya berkali-kali dan mengusirnya untuk pergi.

"Gak harus sekarang, tapi lo harus belajar lupain."

Mew tidak membalas ucapan Boss, dirinya diam membatu, membisu dengan pikiran yang berkecamuk.

"Gue tau lo sayang Gulf, tapi lo harus pertimbangin dari sisi Gulf juga, Mew. Jangan paksa semua harus jadi milik lo, dunia gak berjalan kayak gitu."

Saat kata itu terucap, Mew tersenyum tapi dia menangis untuk yang pertama kalinya sejak 13 tahun terakhir. Mengingat semua yang telah mereka lakukan dan seluruh usahanga yang sia-sia, Gulf tetap tidak menjadi miliknya tapi Mew tidak menyesal pernah bertemu sosok Gulf.

Dia akan merindukan panggilan 'tua bangka' dari Gulf untuknya, dia selalu akan merindukan umpatan Gulf ketika dia berada di sekitar pria itu. Bagaimana dia bisa hidup setelah dia mencintai prianya dengan sangat amat seperti ini? Bagaimana Gulf bisa menyakiti perasaannya sedalam ini?

Apa usahanya benar-benar tidak ada artinya untuk bocah itu? Apa dia harus benar-benar pergi meninggalkan Gulf, meninggalkan seluruh kenangan yang mereka buat dari yang terburuk sampai yang terbaik.

Mew tidak tahu kapan dia bisa lupa, tapi sosok Gulf tetaplah seseorang yang tidak ingin ia lupakan bahkan dalam keadaan amnesia sekalipun.

-o0o-

END

yah terimakasih udah nemenin book FYD sampai sejauh ini, aku benar-benar gak bisa buat perpisahan yang berkesan, tapi semoga ini bisa jadi penantian akhir kalian dari book FYD, saya pamit undur diri dan sampai jumpa di book Mewgulf selanjutnya 🤟




















































Mau kemana? MASIH ADA SPECIAL EPISODE FYD DI PDF YANG BAKAL AKU JUAL, kisah FYD gak bakal berakhir sampe situ aja. Nantikan PDF FYD sampai aku balik lagi kesini dan kabari kalian soal harganya, PAI LAEW!!!! SAMPAI JUMPA NANTIIII

FUCK YOU! DADDY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang