Kai, saat mendengar nama itu Alura langsung teringat salah satu anggota boyband yang berasal dari Korea Selatan. Bukan, bukan berarti Alura seorang kpopers, hanya saja Alura sangat suka musik. Dan membuat ia mencari-cari tahu biodata penyanyi yang ia dengarkan lagunya.
Lag dan lagi Alura menunduk, merasa gugup hanya karena ditatap. Kedua telapak tangannya kembali berkeringat, menimbulkan sensasi risih sendiri di dalam dirinya. Alura benci reaksi tubuhnya dan ia benci ditatap seolah dirinya ini adalah makanan.
"Pindahan?" Alura mendongak, melihat Kai yang menghembuskan asap rokoknya.
"Enggak," sahut Alura singkat. Ia menatap Kai selagi cowok itu sibuk dengan kegiatannya. Telinganya yang terdapat tindik atau mungkin anting berwarna hitam-lah yang akan membuat orang langsung menyimpulkan bahwa ia adalah remaja yang salah pergaulan. Atau memang sudah salah pergaulan? Alura membuang pikiran buruknya jauh-jauh, menggeleng tidak perduli, lalu kembali menatap kedua sepatu putihnya.
"Nggak pernah kelihatan," lanjut cowok itu kemudian membuang puntung rokoknya di lantai. Menginjaknya lalu beranjak berdiri.
Alura berdeham, "Jarang keluar." Mengingat kejadian semalam tiba-tiba saja membuat wajahnya memerah tak berarti.
Kai yang sejak tadi menatap Alura mendengus geli. Alis tebalnya terangkat sebelah, "Muka Lo kenapa jadi merah? Panas?"
"Atau ingat yang semalam?" Dasar mulut sialan, jika Alura tidak ingin membuat masalah, sudah pastikan bibir yang sudah merebut ciuman pertamanya itu akan ia pukul dengan tangannya sendiri. Ia menjadi sangat sensitif sejak semalam, apalagi jika diingatkan hal-hal seperti itu.
"Enggak kak, cuman kepanasan, AC-nya mati." Alura berdalih, melirik sebentar pendingin ruangan yang memang ia matikan saat akan keluar tadi.
"Kai, gue nggak setua itu." Ia berucap datar, duduk di meja dengan satu kaki terangkat satu menekuk tubuhnya.
"Tapi kita nggak sedekat itu," ujar Alura spontan. Ia mengerjapkan matanya karena kaget dengan ucapannya sendiri. Dengan canggung ia mengelap tangannya yang basah di sisi rok.
"Hm, kita yang nggak sedekat itu ciuman semalam." Kai tersenyum miring, sialnya ketampanannya berlipat-lipat membuat kadarnya jauh dari kata manusiawi.
"Kak!" Alura melotot kesal, tapi tidak berani menatap Kai. Karena sarafnya pastin akan mati rasa lagi. "Lo tadi yang minta supaya nggak ada yang tahu, jadi jangan ngungkit." Lanjutnya melengos tak terima.
"Gue cuman memperjelas," ujar Kai memgedikkan bahu tak perduli. "Kai, panggil gue Kai."
Alura malas berdebat,ia mengangguk kecil tanpa membantah lagi. "Iya kak."
Kai mendelik beberapa saat, lalu kembali memainkan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dear!
Подростковая литератураAlura Cathleen namanya, cewek berdarah campuran yang cukup pendiam dan lebih memilih memendam semua yang ia pikirkan. Ada tiga hal yang menurut Alura harus dijauhi, pertama, masalah, kedua, penyebab si masalah, dan ketiga Kainan Reagan. Kakak kelas...