✨Vote and comment ✨
"Kak! Kak Alura!"Suara teriakan milik Devano dan gedoran di pintunya membuat suara helahaan nafas Alura yang baru keluar dari kamar mandi terdengar, ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut pelan. Lalu berusaha melangkah tanpa terpincang-pincang agar Devao tidak banyak bertanya.
"Hm, kenapa?" Alura membuka pintu sedikit hanya memunculkan tubuhnya agar kamarnya tidak terlihat.
Devano bersender di kusen pintu, wajahnya yang sembab dan matanya yang masih sayu menandakan ia baru bangun dari tidur panjangnya.
"Kok gue bisa ketiduran di ruang televisi? Terus kenapa belum ada makanan?" Devano bertanya kesal, ia menatap Alura yang memutar bola mata malas.
Alura mengedikkan bahu acuh, "Ya mana gue tahu kenapa Lo ada di luar. Dan satu lagi, gue juga baru bangun, juga bukan babu Lo."
Keduanya pasti akan berakhir bersitegang lagi seperti ini, meributkan hal-hal kecil yang padahal tidak seharusnya di bicarakan.
"Gue aduin Lo ya ke papa," ancam Devano begitu menyebalkan hingga rasanya telinga Alura akan meledak mendengarnya. Kepalanya sudah akan pecah karena Kai dan sekarang Devano datang-datang mengancamnya.
"Ancam aja terus sampai Lo puas! Dasar anak manja." Alura membanting pintu, tidak perduli jika Devano akan benar-benar melaporkannya pada Jonathan nanti. Yang terpenting amarahnya sudah tersalurkan saat ini.
"Sial. Gue lagi kesel malah dipancing," gerutu Alura berjalan ke arah meja belajar. Membuka buku kimia untuk menghilangkan rasa kesalnya dengan mempelajari angka periodik di buku tebal itu.
•••••
Sarapan pagi ini tentu saja Alura tidak di ruang makan yang membosankan, melainkan di samping Sierra yang menatap ke sekeliling dengan antusias.
Jonathan yang baru pulang tadi pagi tiba-tiba saja haru ke luar kota karena urusan pekerjaan, mengharuskan Devano dan Alura untuk makan di luar agar bisa mengantarkan Jonathan ke bandara.
"Hi, guys!" Valerie dan Carla menyapa anggun. Dua gadis terkenal itu duduk dihadapan Alura dan Sierra. Valerie dengan wajah ramah dan Carla yang sinis.
Sierra membalas dengan antusias dan seperti biasa Alura hanya akan memberikan senyuman kecil. "Nggak makan, Vee, Car?" Sierra membuka topik. Alura hanya memperhatikan dalam diam sambil memakan spaghetti yang ia gulung dengan rapi di sela ujung garpunya.
"Gue diet, kalau Carla udah makan," ujar Valeri setelah meletakkan ponselnya di samping sikunya yang ia tekuk di atas meja. Kali ini tatapannya berpindah pada Alura yang sepertinya sudah selesai makan. "Lo gak takut gendutan, Al? Makannya banyak gitu."
Sierra melirik piring Alura yang sudah kosong, lalu beralih menatap mangkok serealnya yang masih terisi penuh.
"Kalau mau sombong sih kayaknya Alura nggak bisa deh, Vee." Sierra berpangku tangan, meletakkan dagunya di atas tangannya. "Alura makan segerobak atau sebanyak apapun dia nggak bakalan gendut. Keren kan sahabat gue!"
Valeria terdiam, meja yang tadinya beraura ramah menjadi berubah awkward karena kalimat yang dengan lantang Sierra ucapkan.
"Oh bagus dong, soalnya Alura kelihatan suka makan apa aja." Valerie menyelipkan rambutnya di belakang telinga. Tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dear!
Fiksi RemajaAlura Cathleen namanya, cewek berdarah campuran yang cukup pendiam dan lebih memilih memendam semua yang ia pikirkan. Ada tiga hal yang menurut Alura harus dijauhi, pertama, masalah, kedua, penyebab si masalah, dan ketiga Kainan Reagan. Kakak kelas...