Dorrr ... Dorrr ... Dorrr
"ALURA! LO ADA DI DALAM NGGAK?! ALURA HELOOWW!" teriakan Sierra refleks membuat Alura yang tadinya menutup mata langsung membuka kedua kelopak matanya.
Kai menggeram kesal, padahal ia sedang nyaman di posisi seperti ini, tetapi teriakan cempreng adek kelasnya di luar sana membuat Alura bergerak bangun.
"ALURAA? LO ADA DI DALAM NGGAK? KOK, PINTUNYA DIKUNCI?"
Alura mendelik tajam ke arah Kai, ia yakin ini ulah kakak kelas kurang ajarnya. Dengan perasaan sudah sedikit membaik ia berusaha bangun, tetapi bahunya sudah lebih dulu ditahan oleh Kai.
"Lepasin!"tekan Alura menggoyangkan bahunya agar jauh dari jangkauan Kai. "Nggak mau."
Alura menutup mata kesal, emosinya yang sedari dulu ia tahan rasanya ingin ia tumpahkan semua di depan Kai, agar cowok itu berhenti mengganggunya.
Baru saja Alura ingin berteriak tetapi Kai sudah lebih dulu maju, membungkam mulut Alura dengan bibirnya, menekan kedua tangan Alura disisi tubuh cewek itu.
Alura melotot tidak terima, jantungnya seperti melorot ke perut, ia langsung merasa mual dan pusing disaat bersamaan ketika bibir Kai hanya diam di atas bibirnya.
Saat suara langkah kaki sudah menjauh barulah Kai menarik tubuhnya mundur, menyeringai kecil saat melihat Alura yang masih tercengang karena tindakannya.
"Salah Lo mau teriak," ujar Kai begitu ringan dan santai. Seolah ekspresi terkejut Alura tidak ada arti di matanya.
"LO GILA?!" Nafas Alura naik turun tak beraturan, padahal hanya sebuah tempelan biasa, tetapi reaksi tubuhnya memberi efek luar biasa buat jantungnya. "Kalau Lo kemarin cium gue itu wajar, karena disitu gue ngaku salah udah ngegoda Lo. Tapi kali ini? Gue nggak habis pikir ya."
Ia bergerak turun dari brankar UKS, "Buka pintunya sekarang." Kai mengerutkan kening tidak suka dengan nada dingin yang Alura berikan.
"Lo marah?"
"Nggak! Gue ngelawak!" Alura mengantongi ponselnya di saku rok, ia menghindari kontak mata dengan Kai, "Buka pintunya cepetan."
"Terus kalau Lo nggak marah kenapa ketus banget?" Pertanyaan bodoh apa itu?! Ingin rasanya Alura memukul Kai dengan sepatunya saat ini.
"Jelas gue marah lah, gue nggak sama ya sama cewek yang ngelempar badannya ke Lo dengan suka rela. Mikir pakai otak, jangan dipikir buat ngenin anak orang doang." Alura benar-benar meledak detik ini juga, kemarahannya pada orang lain ia juga limpahkan sekarang juga.
"Oh, Lo marah," ujar Kai pelan. Ia mengangguk sambil duduk di pinggir brankar.
Goblok! Gue marah anjir, pekik Alura dalam hati. Ia benar-benar emosi karena Kai menanggapi kemarahannya sangat santai. Kenapa semua orang selalu menanggapi kemarahannya begitu santai? Padahal ia dengan susah payah untuk mengeluarkan perasaan sesak di dalam hati, tapi orang-orang menganggap itu adalah hal biasa.
"Lo sama aja ya kayak yang lain! Nggak pernah ngehargain kemarahan orang lain." Alura membuang muka saat air matanya tidaka sengaja turun dengan sendirinya.
"Nggak pernah ngerti perasaan gue, omongan gue tuh kayak nggak ada artinya, marahnya gue tuh angin lalu doang di mata kalian. Bajingan semua!"
Kai bangkit, ia mengerutkan kening bingung. "Kok Lo malah nangis?" Alura menghapus air matanya kasar. Menyedot hingusnya agar tidak meler secara bersamaan.
"Buka pintunya sekarang, gue nggak Sudi satu ruangan sama Lo."
"Bilang dulu kenapa tiba-tiba Lo nangis?" Kai memutar tubuh Alura agar menghadapnya. "Kenapa? Ada yang buat Lo sedih?"
"Pikir sendiri." Kai mengelus dada sabar, membiarkan Alura yang berjalan menjauh darinya.
Ia terdiam dengan wajah memerah, bingung harus berkata apa. "Alura."
"ALURA."
"ALURA."
"APASIH?! NGGAK USAH MANGGIL-MANGGIL GUE!" Alura menoleh kesal, ia berdiri di dekat pintu. Menatap Kai penuh amarah.
"Lo bocor. Rok Lo ada darahnya."
Hening. Suara jangkrik yang biasa bunyi pun tidak ada. Alura berdiri kaku, berharap menghilang sekarang juga, atau paling tidak ia tak perlu melihat Kai.
"Hah?" Wajah cengo Alura terlihat sangat lucu di mata Kai.
"Lo kayaknya ... Bocor. Soalnya ada merah-merah di rok belakang Lo." Kai menggaruk lehernya dengan wajah memerah.
"Bohong kan Lo!" Alura berucap tidak percaya, ia merogoh ponselnya untuk mengecek tanggal di layar ponsel. Matanya melotot tidak percaya, ternyata hari ini adalah tanggal datang bulannya, pantas saja perutnya sakit sejak tadi pagi dan amarahnya terus menerus tidak terkontrol.
"Lo kedatangan bulan ya?" Tanya Kai dengan suara sangat kecil. Ia juga sama malunya dengan Alura saat ini.
"Nggak usah nanya-nanya!" Galak Alura, ia membuang muka memerah. Jika keluar, sama saja mempermalukan diri sendiri di seluruh angkatan. Tapi jika tetap disini, bersama Kai? Dirinya jauh lebih tersiksa.
"Dih, gue nanya doang." Kai mendengus geli. "Terus gimana?"
"Ya gimana apanya? Lo pikir gue bisa mikir kalau malu gini?" tanya Alura berapi-api, ia berusaha menutupi malunya dengan marah-marah.
"Kok Lo sensi sama gue? Niat gue baik lho mau bantu Lo, tapi Lo malah marah-marah." Kai berucap kesal. Kemudian ia menghela nafas karena Alura hanya diam tanpa membuka suara, "Bawa pembalut nggak?"
"Nggak," ujar Alura tanpa mau menatap Kai.
"Yaudah tunggu sini, biar gue beliin. Butuh yang lain nggak? Biar gue ambilin."
Alura menekan mati-matian egonya, "Sama baju olahraga. Tapi gue nggak bawa baju olahraga, jadi pinjemin di Sierra aja."
"Oke, tunggu sini, jangan kemana-mana. Kunci UKS aja supaya nggak ada yang sembarangan masuk."
÷÷÷÷÷
"Kak Saga!" Sagara menoleh saat tangannya dicekal Valerie yang baru keluar dari gudang. Rambut cewek itu acak-acakan, tidak terlihat keanggunan lagi di dalam dirinya.
"Lo kenapa?" Sagara berucap cemas. Valerie menatap Sagara dalam.
"Bilang sama gue kalau Alura itu nggak mirip Alana," ujar Valerie putus asa. Sagara mengerutkan kening bingung.
"Kenapa Lo nanya gitu?"
"Jawab aja, Kak. Jawab!" Valerie meremas rambutnya frustasi. Sagara menggaruk pipinya kebingungan, ia merasa aneh dengan sifat Valerie yang satu ini.
"Ya, Alana sama Alura mirip. Terus hubungannya sama Lo apa?" Sagara melotot kaget saat Valerie memukul kepalanya kuat. "Astaga! Astaga! Lo kenapa?!"
"ALANA SAMA ALURA NGGAK MIRIP. KAI NGGAK BOLEH BERPALING DARI GUE." Valerie menjatuhkan tubuhnya di lantai. Sagara meneguk ludah kasar, situasi seperti ini bukan dirinya dalam mengatasi.
"Vee dengerin gue, Lo tenang, oke? Lo tenang aja. Kai cinta mati sama Lo. Alana cuman temannya dulu kan? Gitu juga Alura sekarang. Dia cuman adek kelasnya Kai yaitu teman Lo sendiri, temannya Sierra."
"Alura sama Alana nggak mirip, iya kan? Mereka nggak mirip. Dari segi apapun."
"Iya-iya. Nggak mirip," ujar Sagara sambil Valerie duduk di kursi panjang dekat gudang.
"Gue capek jadi orang jahat, Saga. Tapi kalau kali ini ada yang mau ngerebut Kai lagi dari gue, nasibnya nggak akan baik."
______________________________________
Suka nggak?
Menurut kalian seru nggak?
100 commenan ya, muachhh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dear!
Teen FictionAlura Cathleen namanya, cewek berdarah campuran yang cukup pendiam dan lebih memilih memendam semua yang ia pikirkan. Ada tiga hal yang menurut Alura harus dijauhi, pertama, masalah, kedua, penyebab si masalah, dan ketiga Kainan Reagan. Kakak kelas...