Sekarang semuanya berjalan dengan lancar, baik yoriichi dan atera sudah menjalankan hidup seperti biasa. Sejak kejadian itu, mereka memutuskan untuk selalu pergi bersama apapun situasinya akan saling menjaga.
Waktu dengan cepat berlalu namun keanehan mulai disadari atera, tubuhnya tetap sama tidak berubah seiring bertambahnya umur. Berbeda dengan yoriichi yang lambat laun menua, atera tetap memiliki fisik anak berusia 17 tahun.
Yoriichi yang sudah mengetahui semua dari cerita yang dikatakan atera, bertindak cepat dengan menyuruh atera memanggilnya tousan mulai saat itu.
Atera setiap saat akan berlatih pernafasan Matahari dan Gerhana, juga membantu yoriichi yang sudah menua. Tak ada keraguan dalam diri atera untuk terus bersama yoriichi. Karena yoriichi memang sudah dia anggap sebagai ayah sejak dulu.
"Ne yoriichi-san, kau tidak akan pernah meninggalkan aku kan?" Sebuah pertanyaan yang membuat yoriichi terdiam.
Dia ingin bersama namun umur yang sudah membuatnya sadar kalau dia pasti akan mati suatu saat nanti.
"Yoriic.... Tousan jangan tinggalkan aku, aku tak pernah berfikir akan hidup tanpamu." Air mata mengalir dari mata atera.
"Jangan khawatir, aku akan selalu bersamamu, tidak akan pernah meninggalkan mu..." Atera terus menatap dalam wajah yoriichi.
"Tidak, tidak akan pernah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.••Atera
"Kenapa? Kenapa perasaanku tidak enak? Kemana yoriichi-san?"
"Apa aku harus mencarinya...?"
"Baka oyaji itu, sudah berumur 85 tahun tapi masih keluyuran... Kusooo, aku harus mencarinya."
Dengan perasaan yang cemas aku segera mengambil katana lalu berlari meninggalkan tempat latihan, berkeliling dan terus mencari namun tak bisa menemukannya.
Aku menjadi sangat takut, menambah kecepatan dan melesat jauh. Hingga kakiku berhenti, mencium aroma darah dan juga oni yang sangat busuk.
Tanpa berfikir kakiku membawaku melangkah ke aroma itu, betapa kagetnya aku ketika mendapati yoriichi san yang sudah tergeletak ditambah darah yang mengelilingi nya juga michikatsu yang berdiri tak jauh darinya.
Kakiku dengan pelan melangkah, nyawaku seakan dicabut dari tubuhku. Duduk di sampingnya.
"Yoriichi-san, apa..... Apa ini.....?" Tanganku mengguncang tubuhnya. Terus mengguncang.
Tak bisa dicegah air mata dengan deras mengalir, ini adalah pemandangan yang tak pernah ingin aku lihat.
"Hiks... Bangunlah yoriichi-san..."
"Kau... Bukankah kau berjanji tidak akan meninggalkan ku??"
"Tousan, AYAH AKU MOHON... Hiks... Bangunlah, buka matamu...!!"
"Hwaaa.... Hiks... Aku mohon... Hiks... Hiks..."
"Kenapa manjadi seperti ini..." Lirih ku, air mata tidak bisa berhenti mengalir.
"Kenapa?" Suara itu, michikatsu tak bisa mengalihkan mataku dari yoriichi-san.
"Kenapa kau tak menua? Kenapa kau masih hidup bocah." Michikatsu tampak geram.
Dengan pelan aku berdiri, menarik nichirin dan memandang michikatsu. Tanda pemburu iblis telah aktif. Aku selalu siap membunuhnya.
"KAU! BERANINYA KAU!" Teriak ku padanya.
"Bocah, bagaiman--."
"SUDAH KU BILANG AKU TIDAK AKAN MATI SEBELUM MEMBUNUHMU KEPARAT!!"
"Aku tidak perduli, tapi ingat ini namaku sekarang adalah Kokushibo."
Dia pergi, seiring dengan luruhnya tubuhku ketanah, merangkak menghampiri tubuh ayahku yang sudah tak bernyawa.
Terus menangis dengan memeluk tubuhnya, hatiku sakit sangat sakit. Kenapa dia harus mati? Kenapa dia tidak mengajakku?
"Harusnya kita mati bersama yoriichi-san, aku tidak bisa hidup tanpamu... Bawalah aku..."
"Tidak" Ucapan lirih itu menyentak diriku, melepas pelukan dan memandang wajah yoriichi-san yang membuka matanya.
"Syukurlah, ayo... Ayo yoriichi-san. Aku akan membawamu berobat..."
Aku dengan panik ingin segera membantunya berdiri namun. "Tidak atera, aku sudah tidak bisa diselamatkan."
"Kenapa kau ingin meninggalkan ku, apa aku berbuat salah? Apa aku nakal? Hiks... Aku mohon...." Aku tidak bisa menahan sesenggukan.
"Hei kau sangat jelek ketika menangis, aku tidak suka itu. Kau harus tetap hidup ya.."
"..."
"Teruslah hidup, bantu orang dari masa depan untuk mengalahkan muzan. Buatlah dunia ini bebas dari oni..."
"Aku... Aku tidak bisa tanpamu ayah." Tangisan kencang atera menggema di seluruh tempat yang sepi.
"Kau bisa, pasti bisa. Aku percaya padamu." Tangan penuh darah itu membuka tanganku dan meletakkan sesuatu yang makin membuatku menangis. "Ini hadiah terakhir ku untuk mu.... Pakailah kau akan semakin cantik."
"Kenapa? Kenapa kau sangat percaya padaku?"
"Karena kau adalah anakku..." Ucapan terakhir yang diikuti tertutupnya mata itu untuk selamanya.
"Hiks kenapa kau pergi, kenapa? Aku mohon..... Bangunlah tayah.... BANGUN! KAU BILANG TIDAK AKAN PERNAH MENINGGALKANKU, KENAPA KAU PERGI!!!"
"Aku mohon jangan tinggalkan aku sendirian........"
.............
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Girl Kimetsu No Yaiba
Fantasy** *** **** Atera dari kata Amaterasu sang Dewi Matahari..... ___ ____