27. RIDDLE

9.8K 545 4
                                    

27. RIDDLE

"Gak usah grogi."

Berkali-kali Natasha melirik ke arah banyaknya orang yang berdiri menghadap panggung, menunggu naiknya king and queen Rajawali kali ini.

Nathan bisa menilai kalau Natasha memang sedang dilanda gugup. Kelihatan dari raut dan gelagatnya.

"You don't need to speak up," tutur Nathan, berusaha menenangkan Natasha dari gugupnya. Tapi justru suara Nathan yang berucap dengan aksen British itulah yang bikin Natasha tambah deg-degan. "Take a deep breath. Santai aja nggak usah tegang begitu."

Natasha menarik napas, lalu mengembuskannya kasar. "But they'll be lookin' at me." Ringikan kecilnya, bikin Nathan mengerutkan hidungnya gemas.

Nathan merapikan tatanan rambut Natasha yang sedikit berantakan akibat terpaan angin malam. Selanjutnya dia bertutur, "Enggak usah geer."

"Bisa nggak lo jangan nyebelin sekali aja? Lo tau kan gue lagi panik," kata Natasha gusar dan Nathan terkekeh karenanya.

"Mereka lebih tertarik ngeliatin gue Sha. Tenang aja," ucap Nathan bercanda. Cowok itu kurang yakin akan ucapannya. Natasha bisa saja—atau bahkan pasti—jadi pusat perhatian para lelaki yang menonton.

Pasalnya, Natasha terlihat sangat bersinar malam ini.

Kedua tangan Natasha terangkat guna membenarkan posisi dasi hitam Nathan yang sedikit miring. Kepalanya juga dia miringkan dan dia dekatkan pada Nathan membuat lelaki yang bisa menghirup wangi Lavender darinya sempat tahan napas beberapa saat.

Nathan memandangi wajah Natasha dari atas tanpa berkedip. Lelaki berwajah bak dewa itu baru menyadari betapa cantiknya Natasha. Nathan menelan ludahnya sedikit saat kulit tangan Natasha yang sehalus sutra tak sengaja menyentuh permukaan lehernya.

"S-sorry." Natasha kikuk.

Bahkan sekarang Nathan merasakan pasokan oksigen di sekitarnya menipis. Keadaan yang dipenuhi angin malam mendadak bikin Nathan merasa gerah.

Natasha memindah pandangannya jadi menatap manik Nathan yang kali ini menatap dirinya intens.

Jarak mereka berdua benar-benar dekat saat ini. Jika saja salah satu dari mereka ada yang maju beberapa senti lagi, sudah dipastikan bibir Nathan akan bertemu dengan kening Natasha.

Menghindari hal itu, Natasha langsung bergerak mundur.

Nathan mengalihkan pandangannya sambil menahan untuk tidak mengangkat satu sudut bibirnya. Sementara Natasha mengusap lehernya salah tingkah.

"Padahal angin malam itu dingin. Kok lo keringetan?" Natasha memberikan Nathan selembar tisu. "Lap dulu Nath."

Nathan berdeham. "Gue kurang nyaman sama dasinya. Kekencengan," alibinya. Cowok berparas tampan itu mengendurkan sedikit dasi yang telah ditata rapi oleh Natasha.

"Loh kok dikendurin? Jangan dong Nath." Natasha membenarkan lagi membuat Nathan sedikit memiringkan kepalanya ke kanan.

"Panas Sha."

"Iya-iya tau. Nah begini harusnya kalau pakai dasi. Bukannya dikendurin. Gak enak diliat sama orang juga Nath."

Nathan mendengkus kecil. "Iya-iya," Nathan meniru gaya bicara Natasha.

"Selamat malam, Tuan Muda Nathan," sebut seorang pria bertubuh besar dan berbalut pakaian serba hitam.

Nathan menoleh sedikit tanpa memutar tubuhnya. "Malam."

"Saya ingin menyampaikan pesan dari Tuan Zeff, supaya Anda segera bersiap untuk naik ke atas panggung," tutur pria itu. Dan dua orang pria yang serupa dengannya datang sambil membawa sebuah kotak kecil dengan beludru berwarna hitam.

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang