54. WHAT A LONG DAY

7.1K 392 12
                                    

54

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

54. What A Long Day

Berbeda dengan yang lalu, kini Shamira nampak lebih hangat kepada Natasha. Perempuan itu bahkan yang mengobati luka pada kaki Natasha dan kini mereka berdua tengah duduk di brankar UKS dengan pemandangan taman kecil dari balik jendela. Masih terasa asing bagi Natasha untuk berada di situasi seperti ini.

Apalagi, saat Shamira berkata begini beberapa saat yang lalu, "Lo tenang aja, mulai sekarang nggak ada lagi Shamira yang ganggu hubungan Nathan dan Natasha."

Natasha belum membalas hingga bermenit-menit setelahnya. Entah apa yang harus ia katakan untuk membalas pernyataan Shamira. Berada di posisi seperti ini membuat Natasha mendadak merasa bersalah. Ternyata sosok Shamira tak seperti dugaannya.

"Gimana olimpiade lo? Lancar?" Beberapa detik tak mendapat balasan, lantas Shamira menyenggol pelan lengan Natasha. Rupanya perempuan di sebelahnya melamun sedari tadi. Raganya di sini, namun tidak dengan jiwanya. "Hei, kok malah bengong?"

"E-eh iya, sorry, kenapa?"

Shamira justru tertawa. Melihat Natasha yang begitu natural, membuat Shamira tersadar. Ternyata pilihan Nathan tak pernah melesat. Dari sekian banyaknya perempuan dari kalangan atas yang naksir Nathan, Nathan lebih memilih perempuan sederhana seperti Natasha. Berkelas, namun tak berlebihan.

"Gimana olimpiade lo?" ulang Shamira.

"Gue juga bingung. Dibilang lancar pun enggak, nggak lancar pun nggak juga," balasnya ambigu. "Semua orang-orang di sekitar gue ngebahas berita itu. Gue jadi sedikit sulit untuk fokus karena itu."

Shamira mengangguk mengerti sambil menyimak ucapan yang Natasha utarakan selanjutnya. "Untungnya, ada Arka dan Bastian yang bantu gue kontrol emosi."

"Gue bingung sama lo, gue denger lo bisa bela diri. Tapi kenapa lo nggak ngelindungin diri lo sendiri?"

Natasha mengangkat bahunya. "Entahlah, Sham. Gue nggak bisa nyakitin teman-teman gue sendiri."

"Tapi, mereka sendiri nyakitin lo. Bukan cuman secara fisik, tapi psikis lo juga," ujar Shamira tak habis pikir dengan Natasha yang terlalu sabar menghadapi orang-orang. Tapi, Natasha hanya diam membisu bak kehabisan kata-kata.

"Sha, kalau lo udah nggak tahan sama perlakuan mereka semua ke lo, jangan segan untuk balas. Enggak ada salahnya lo begitu. Justru orang bisa yakin kalau lo nggak selemah yang mereka pikir."

"Nanti akan gue coba."

"Harus lo coba. Nathan nggak setiap detik bisa protect lo, Sha. Jadi, lo perlu bikin penjagaan at least buat diri lo sendiri."

"Gue begini ke lo hanya karena nggak mau lihat kebahagiaannya Nathan lagi-lagi hilang karena perbuatan orang lain." Shamira berujar sungguh-sungguh. "Lakuin ini untuk Nathan ya, Sha? Jaga diri lo baik-baik."

****

Nathan membuka kaca helm-nya sembari memiringkan kepalanya ke kanan. "Sha, gue nggak jadi ajak lo pergi berduaan dulu hari ini. Gantinya besok. Gimana?"

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang