Setelah tiba di depan rumahnya, Laura langsung berpamitan dan keluar dari mobilku.
Aku masih terus memandanginya hingga dia masuk ke dalam rumah. Entah mengapa bukannya langsung pergi dari sana aku malah tetap berdiam diri sambil memandangi pagar rumahnya yang tidak tertutup sempurna.
Tidak seperti rumah kedua orangtuanya dahulu, Laura dan putranya saat ini justru tinggal di tempat yang lebih sederhana.
Apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa dia berubah? Bukan hanya penampilan tetapi juga kehidupannya.
Tok
Tok
Tok
Jendela mobilku diketuk seseorang dan saat aku melihat siapa pelakunya ternyata itu Laura yang datang sambil menggendong seorang anak laki-laki. Kuturunan kaca mobilku dan menanyakan apa yang terjadi kepadanya.
"Maaf Bahar jika aku merepotkan kamu kembali, tetapi bisakah kamu mengantarkanku ke rumah sakit sekarang?"
"Naiklah."
Laura langsung masuk ke dalam mobilku masih dengan putranya yang berada dalam dekapannya erat, sepertinya bocah tersebut benar-benar sakit karena terlihat begitu lemah.
"Anak elo sakit apa?" tanyaku saat kami berdua dalam perjalanan ke rumah sakit.
"Alerginya kambuh. Dia tidak bisa makan kacang tetapi mbak yang menjaganya lupa dan memberikannya cokelat yang ada kandungan kacangnya sehingga membuatnya menjadi sesak nafas tadi. Meski sudah diberi obat tetapi tetap saja aku khawatir. Hanya dia yang kumiliki."
"Maksudnya?" Kepoku kembali.
Astaga, aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku terhadapnya sekarang.
"Sorry, enggak usah dijawab kalau elo enggak mau." ucapku cepat. Setibanya di rumah sakit, Laura langsung membawa putranya ke UGD untuk mendapatkan penanganan dokter. Dirinya terlihat benar-benar khawatir akan keadaan putranya sekarang.
"Sekali lagi terima kasih Bahar dan maaf karena aku lagi-lagi merepotkanmu. Sekarang Kabiru sudah ditangani oleh dokter, kamu bisa kembali."
Jadi nama anaknya Kabiru. Tunggu, dia mengusirku?
"Dokter bilang apa? Semuanya baik-baik saja kan?"
"Biru harus di rawat malam ini namun semuanya baik, insyaallah."
"Apa elo akan sendirian disini? Maksud gw untuk menjaga Kabiru."
"Iya, lagi pula tidak apa karena sudah biasa."
"Orangtua lo?"
Aduh, aku dan kekepoanku.
"Kamu pasti belum mendengarnya. Mereka berdua sudah tiada." jawabnya sambil berusaha tersenyum namun wajahnya tetap saja menampilkan kesedihan.
"Maaf, gw enggak tahu."
Jujur saja sejak pembatalan pertunangan kami berdua dahulu telah menyebabkan hubungan di antara keluarga kami tidak lagi menjadi dekat sehingga aku dan keluargaku tidak pernah lagi mengetahui kabar Laura dan keluarganya. Selain itu, aku memang tidak pernah dekat dengannya sehingga tidak ada alasan untuk kami berdua harus terus menjaga komunikasi apalagi saling memberi kabar.
"Gw temenin elo saja gimana? Lagi pula gw lagi enggak sibuk kok." entah mengapa aku malah menawarkan diri seperti ini.
Kamu terlalu baik hati Bahar, puji diriku sendiri.
"Tidak perlu. Kamu pasti lelah sekarang. Selain itu juga aku sudah terbiasa menjaganya seorang diri jika sakit. Sekali lagi terima kasih atas perhatianmu Bahar." aku pun akhirnya menyerah dan memilih pulang ke rumah namun aku berjanji akan datang kembali untuk menemuinya besok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Tied (Complete)
RomantikBahar dan Laura adalah musuh bebuyutan sejak mereka masih kanak-kanak. Keduanya kerap kali memperebutkan hal yang sama. Entah itu peralatan make-up, posisi ketua cheerleaders, bahkan gebetan. Bahar dan Laura saling membenci namun keduanya justru dij...