Setelah pulang dan beristirahat sebentar di rumah, aku kembali ke rumah sakit untuk menemani Laura. Dia sebenarnya sudah melarang namun aku tidak peduli.
Bagaimana ya menjelaskannya, meski aku sendiri masih merasa sangat lelah tetapi rasanya tidak tega saja membiarkan Laura sendirian untuk menjaga Kabiru apalagi aku tahu jika dia juga baru sembuh dari sakit belum lama ini. Lagi pula sudah aku katakan jika ingin berbuat baik maka jangan setengah-setengah. Totalitas tanpa batas.
Setelah mampir membeli makan malam untuk Laura yang aku yakini jika dia pasti lupa makan (lagi) aku pun masuk ke ruangan Kabiru di rawat. Siang tadi Laura memberitahuku jika keadaan Kabiru sudah membaik. Meski masih sedikit lemas tetapi dokter bilang jika kondisi bocah ini sudah mengalami perubahan signifikan dan jika terus membaik seperti ini mungkin lusa sudah diizinkan pulang ke rumah.
"Om Papa!" panggilnya semangat ketika melihatku masuk.
"Bunda kemana?" aku tidak melihat siapa pun di ruangan ini kecuali si bocah berkacamata yang masih terbaring lemas. Setelah menutup pintu, kutaruh kantung belanjaanku di atas meja dekat ranjang dan setelahnya mengelus rambut Kabiru perlahan.
"Astaghfirullah!" ucap Laura terkejut saat melihat kehadiranku. Laura keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan kerudungnya. Rambutnya yang pendek sebatas bahu terlihat indah di mataku. Aku yang menyadari penampilannya itu pun segera membalikkan badan. Laura segera berlari untuk menggambil dan menggunakan kerudungnya kembali. Sungguh rasanya aneh melihat mahkota Laura tadi. Laura dan rambut pendek, ini pertama kalinya untukku karena setahuku dia sangat menyukai rambut panjang ala princess.
"Sorry La. Gw enggak tahu."
"Enggak apa-apa. Bukan kamu juga yang salah. Maaf ya, aku baru selesai mandi soalnya makanya belum pakai kerudung. Kamu sudah lama datangnya?"
"Sudah selesai pakai kerudungnya? Aku mau balik badan lagi, bolehkan?"
"Sudah kok." aku pun membalikkan badan untuk menghadapnya. Wajah Laura terlihat sangat segar dan jauh lebih baik dibandingkan siang tadi.
"Gw juga baru datang. Oh iya, gw bawain makanan buat elo. Belum makan kan?"
"Makasih ya Bahar. Lagi-lagi aku ngerepotin kamu."
"Ck, apaan sih. Santai saja kali."
Laura kemudian mengambil bungkusan yang kubawa dan dirinya segera memakan makanan itu di sofa sementara aku memilih untuk duduk di kursi samping Kabiru dan menemaninya bermain.
"Oh iya La. Malam ini elo pulang saja ke rumah, istirahat. Biar Kabiru gw yang jagain. Kebetulan besok gw free. Tenang saja, gw enggak keberatan kok buat ngelakuin ini lagian gw juga sudah istirahat tadi jadi sekarang giliran elo yang istirahat di rumah."
"Enggak usah. Aku enggak apa-apa Har."
"Gw enggak nerima penolakan. Elo juga baru sembuh. Memangnya mau sakit lagi?"
"Tetapi... " belum sempat Laura membalas ucapanku kembali, aku pun segera memotongnya.
"Pulang dan istirahat. Enggak ada penolakan dan rasa sungkan ke gw. Kaya sama siapa saja sih."
"Makasih." ucapnya pelan namun masih dapat kudengar.
Wow, enggak nyangka kalau aku bisa bersikap begini juga ke Laura. Habis gimana ya bilangnya, sepanjang hidup kita berdua dan sepanjang aku mengenal Laura yang ada aku yang selalu diperintah-perintah sama dia dan bodohnya terkadang aku nurut karena takut.
Pukul 8 lewat Laura aku suruh pulang, tentunya setelah beberapa adegan drama antara ibu dan anak yang seakan-akan harus dipisahkan dengan jarak jauh dan waktu yang lama. Laura yang terlalu khawatir jika meninggalkan putranya dan Kabiru yang tidak mau ditinggalkan bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Tied (Complete)
RomanceBahar dan Laura adalah musuh bebuyutan sejak mereka masih kanak-kanak. Keduanya kerap kali memperebutkan hal yang sama. Entah itu peralatan make-up, posisi ketua cheerleaders, bahkan gebetan. Bahar dan Laura saling membenci namun keduanya justru dij...