"Bahar! Kamu mau tidur sampai jam berapa? Mana ada tentara bangunnya siang?" teriak sang ibu suri sambil menggedor-gedor pintu kamarku, berisik.
"Bahar! Bangun. Kalau kamu lagi di medan perang sudah mati kamu ketembak musuh."
Ya Tuhan mami mau mendoakanku mati atau bagaimana?
"Iya mi, sudah bangun ini." dustaku padahal nyatanya aku justru semakin mengeratkan selimut untuk membungkus tubuh kekarku.
"Bangun. Mami sama papi mau pergi jadi kamu harus jaga rumah apalagi bibi lagi mudik dan para maid lainnya juga sedang keluar. Oh iya, jangan lupa kasih makan Leonardo. Awas kalau kamu lupa, enggak akan mami kasih kamu makan seminggu!" ancam mamiku kembali.
Sepertinya benar jika mami ingin aku mati secepatnya. Mana ada orang tua mengancam anak yang lahir dari rahimnya sendiri hanya karena lupa memberi makan kucing peliharaannya. Sudah gitu itu kucing namanya lebih modern dari diriku lagi, lebih internasional. Leonardo de Caprio. Aku? Baharuddin Kamajaya ckckckc.
"Iya mi, nanti Leonardo akan Bahar kasih ikan cue." jawabku asal karena aku tahu jika mamiku ini sangat menjaga setiap asupan si anak kesayangannya.
"JANGAN! Awas saja kamu kasih Leonardo ikan cue. Leonardo itu bukan kamu. Enggak bisa dia makan ikan kaya begitu minimal tuna atau salmon."
"Nyusahin banget deh tuh kucing!" kesalku yang tidak dapat aku tutupi lagi.
"Sadar diri. Kamu lebih nyusahin papi sama mami selama ini. Seengaknya Leonardo enggak bikin mami-papi kesal dan pusing kaya kamu." setelahnya aku pun dapat mendengar derap langkah kaki mami yang pergi menjauh dari depan pintu kamarku.
"Awas saja gw kasih sianida nanti dalam makanan si Leonardo." ancamku.
Jujur saja aku tidak akan kaget jika tiba-tiba kedua orangtuaku kelak akan mewariskan hartanya untuk Leonardo dibandingkan untukku atau kedua kakak perempuanku karena memang se-sayang itu mereka berdua ke kucing ras tersebut.
Pukul 11 siang aku bangun dan turun menuju dapur untuk mengambil minum. Semenjak berada di area tangga rumah, aku sudah bisa mendengar suara Leonardo yang jika dapat aku artikan kalau dia sedang kelaparan dan meminta makan kepadaku.
Biar saja dia terus bersuara, aku enggak peduli. Aku saja belum makan apa pun. Kenapa aku harus mengisi perutnya disaat perutku sendiri kosong?
Kulangkahkan kaki menuju dapur sambil bersiul riang karena melihat wajah kesal Leonardo yang belum juga makan. Namun kucing tersebut justru mengekori diriku sambil terus mengeluarkan suara mengeongnya yang membuatku merasa semakin kesal.
"Elo ngeong-ngeong sampai akhirnya berubah jadi guk-guk-guk juga gw enggak peduli."
Ah, bahagia rasanya membuat si anak kesayangan kedua orangtuaku tersiksa namun kebahagian kecilku sangat cepat berlalu dan berubah menjadi sebuah nestapa pilu.
Bagaimana tidak, Leonardo dengan teganya menyakiti diri dan kulit terawatku dengan kukunya yang tajam itu. Perih rasanya. Benar-benar rasa ingin membuangnya ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) meningkat tetapi urung ketika aku mengingat dampak apa yang akan terjadi jika aku merealisasikannya.
"Sekarang elo selamat. Lihat saja nanti karena gw akan kirim elo ke TPA atau ke tukang jagal kucing kalau berulah lagi." dan bukannya takut si Leonardo de Kampreto justru kembali mencakar diriku.
Baiklah kali ini aku mengalah karena aku manusia berbudi luhur tetapi liat saja nanti dan tunggu pembalasanku Leonardo de Kampreto, ucapku dalam hati.
Setelah memberikan makan Leonardo dengan ikan salmon mahal, aku pun pergi ke arah meja makan dan duduk sambil mengoleskan roti dengan selai cokelat. Aku memandangi menu sarapanku yang kesiangan ini dengan menu yang sedang dilahap Leonardo.

KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Tied (Complete)
RomanceBahar dan Laura adalah musuh bebuyutan sejak mereka masih kanak-kanak. Keduanya kerap kali memperebutkan hal yang sama. Entah itu peralatan make-up, posisi ketua cheerleaders, bahkan gebetan. Bahar dan Laura saling membenci namun keduanya justru dij...