BAGIAN 24

1.5K 334 36
                                    

Memburu Para Penjahat

***

Rasa-rasanya jika diperhatikan secara mendalam, novel yang mulanya bergenre romantis malah berubah menjadi genre adventure, mistery, bahkan thriller. Petualangan hebat yang Naira lalui di dunia ilusi merupakan sesuatu yang belum pernah ia alami sebelumnya. Hal kecil yang sempat dilakukan selama menjelajahi alam dunia nyata mungkin hanya sekedar kemah di hutan saat acara Pramuka. Nyalinya sungguh diuji kali ini.

Alih-alih itu, Mark dan Naira pergi ke Desa Leonville yang menghabiskan waktu satu Minggu. Naufal, si penyihir muda masih tidak bisa membantu mereka untuk melakukan teleportasi karena kekuatannya belum pulih. Energinya tidak cukup kuat untuk mengantarkan kedua temannya berkelana menuju daerah tersebut. Belum lagi alasan Leonville yang juga dijaga oleh palang sihir, akan sangat sulit untuk menembusnya karena membutuhkan Mana yang amat besar.

Menyesal setelah ditipu Ranzen kemarin malam, mereka memutuskan untuk pergi memburu kelompok Banditerra. Mereka juga berencana untuk mencuri benda berharga yang akan digunakan sebagai bentuk transaksi. Tentu saja mereka tidak boleh pergi dengan tangan kosong, ada sesuatu yang memang harus dikorbankan.

Di desa Leonville terdapat air terjun yang terhubung dengan sungai Lait. Sungai yang di dalamnya penuh dengan harta karun. Rencananya sebelum menemui perampok, mereka akan mendatangi air terjun untuk mengambil batu impian serta berlian bunga mawar. Batu impian dicari sebagai obat untuk Jeffrey sedangkan berlian yang harganya setara dengan sebuah pulau akan diberikan kepada perampok lembah kematian. Naira sudah mengetahui rahasia tersembunyi tentang buaya putih, ia tetap nekat melakukan itu meski Mark terus menghalanginya. Dalam hal ini, Naira tidak mau mencuri benda milik manusia dan mengutamakan keselamatan antar sesama. Setidaknya mencuri artefak yang hilang akan lebih menguntungkan bagi dirinya.

Di balik air terjun, ada sebuah gua yang ditinggali oleh seekor raja buaya putih atau penjaga batu impian. Untuk mengambil batu dari mahluk yang katanya misterius, Naira harus menjawab tiga pertanyaan. Andai ia mampu menjawab semua dengan benar, ia akan mendapatkan hadiah. Sedangkan jika salah, ia harus menyerahkan nyawanya.

"Nona, apa kau yakin bisa mengalahkan buaya putih itu dan mendapatkan batu sebagai penawar kutukan putra mahkota?"

"Aku tidak tahu, tapi jika ingin semuanya baik-baik saja kita harus tenang dan jangan mencemaskan sesuatu yang belum tentu."

Mark meraih lengan Naira, menggenggamnya erat. "Aku sangat takut kau bernasib sama dengan orang-orang yang pernah menceburkan diri di sungai Lait dan tak pernah kembali."

Naira memejamkan kedua matanya, memberikan senyum terhadap mantan ksatria kerajaan. "Aku pasti akan kembali, karena aku sudah berjanji untuk menyelamatkan putra mahkota dan membalaskan dendamnya."

Lelaki berambut pirang menundukkan wajahnya, jelas ekspresi kesedihan yang terlihat. Mark sungguh mengkhawatirkannya. "Aku akan menunggumu di sini, jadi tolonglah tepati perkataanmu."

Jatuhnya aliran air dari atas tebing menjadi penutup percakapan di antara mereka. Naira memandang langit, berharap bahwa keajaiban akan datang membantunya. Perlahan wanita itu berjalan melewati mulut gua, menerobos masuk ke dalam pintu berupa air yang menghujami pundaknya deras. Bajunya basah.

Di dalam gua yang gelap, nampak pusaran terang berwarna biru. Naira yakin bahwa itu adalah portal penghubung yang bisa mengantarnya ke istana para buaya. Mereka yang telah hidup dan menjaga sungai selama berabad-abad senantiasa mengawasi keberadaan sungainya agar tetap aman. Konon orang-orang yang tenggelam dan menghilang dijadikan sebagai pegawai di istana buaya putih, itulah alasan mengapa mereka tidak pernah kembali.

Jeffrey Mon Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang