EPILOG

2.8K 355 19
                                    

Mimpi yang Terhubung

***

Langit tak secerah biasanya, rintik hujan turun membasahi bumi. Perasaan yang sunyi dan sendu pagi ini membangunkan Naira dari mimpi panjangnya. Sesaat ia melihat jam yang terus berdetik di dinding kamar. Semua yang dikatakan oleh Adelaide benar, jangka waktu di dunia pararel berbeda dengan dunianya.

Perlahan perempuan itu menitikkan tangisannya, sama seperti rintik hujan yang membawa perasannya ke dalam memoar indah pada alam bawah sadar.

Naira merasa bimbang tentang asa yang ia berikan pada Jeffrey. Apakah murni untuknya? Ataukah karena lelaki itu mirip dengan sahabatnya?

Terlebih mereka hidup di dunia yang berbeda, sikap yang mereka miliki juga tentu tidak sama. Dan menurut Naira, putra mahkota lebih spesial di matanya.

Cklek.

Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang Ibu paruh baya yang memandang Naira dengan ekspresi cemas. "Loh, dari tadi udah mama panggilan buat sarapan. Ternyata malah nangis di sini, kamu kenapa?" Dengan sigap sang ibu mendekap anaknya erat, mengelap air mata Naira dengan jemarinya.

Naira yang tidak terbiasa menangis di hadapan orang tuanya langsung menyusut tangisannya. "Hahaha, n-nggak kok ini kelilipan."

"Kamu kenapa nangis? Keinget si Jepri lagi? Udah bertahun-tahun loh, harusnya kamu nyari yang baru. Jangan terpaku sama cowok itu terus," katanya.

Si anak menggelengkan kepalanya. "Nggak, Ma. Bukan karena Jepri, tapi tadi Naira mimpi sedih banget. Pokoknya susah dijelasin."

"Seriusan nih?"

"Serius," katanya tanpa ragu. "Oh, Naira pagi ini mau bolos kerja dulu. Mau pergi ke rumah temen, gak apa-apa ya ma?" ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Wanita yang disebut-sebut Mama lantas meninggalkan Naira, menuruti kemauan anaknya.

Hujan atau tidak hujan, Naira sudah membulatkan tekadnya untuk pergi mengunjungi rumah Naufal. Ia sudah berjanji untuk menyampaikan pesan anak itu pada kedua orangtuanya.


***

Di halte selagi menunggu bus, Naira menaruh payung miliknya. Sesaat ia memutuskan untuk memainkan ponselnya. Menyusuri satu per satu pesan yang harus ia balas.

Brak.

Ketika Naira asyik menjawab pesan dari teman-temannya, dirinya tak sengaja melihat dua orang pria yang terjatuh di depan mata. Nampaknya mereka terlalu fokus memainkan ponsel sampai tidak memperhatikan jalanan dan tertubruk satu sama lain.

"Maaf, Mas."

Naira menyelidik pada salah seorang pria yang mukanya terasa sangat familiar, terdapat lesung pipit yang mengingatkannya pada sosok Jepri.

"Jep?" panggil Naira.

Lelaki yang barusan dipanggil langsung menolehkan kepalanya. Entah apa yang ada di pikirannya, Jepri seperti tercekat saat bertemu dengan sahabat lamanya. Tenggorokannya seakan terkunci dan tak bisa mengatakan kata rindu pada teman terbaiknya.

Mendadak bisu, Jepri langsung memeluk Nair erat. Kepalanya terbenam pada salah satu pundak sahabatnya, Jepri tak memperdulikan orang yang barusan ia tabrak.

"Ra, biarkan gue meluk lo buat sebentar aja. Gue kangen banget sama lo," lirihnya.

Pelukan Jepri yang hangat mengingatkannya pada putra mahkota di acara pesta dansa, lagi-lagi Naira malah rindu dengannya. Bagaimana mungkin Jepri peduli padanya setelah sekian lama.

"Jep, lo kalau dah punya cewek jangan seenaknya meluk orang gini. Malu dilihatin orang-orang." Naira melepaskan pelukannya.

"Gue udah putus."

Naira menghela napas. "Terus kalau lo putus sekarang lo mau ngelampiasin rasa sakit lo ke gue gitu? Maaf, gue bukan Naira yang dulu."

Jepri memasang wajah sendu. "Ra, gue minta maaf. Selama ini gue sering ngedeketin cewek lain dengan tujuan buat manas-manasin lo, sebenernya gue suka sama lo. Tapi ketika lo liat gue sama cewek lain, gue gak pernah sama-sekali liat lo yang cemburu, gue pikir lo nggak suka sama gue."

"..."

"Semalam gue bermimpi tentang lo, makanya gue bela-belain datang dari Bandung ke Jakarta buat nemuin lo. Gue nggak pernah mengira bahwa mimpi itu bisa ngebawa gue ke tempat ini, gue ngerasain firasat yang aneh. Jadi, apakah lo masih bisa ngasih kesempatan buat gue supaya berada di samping lo?" tanyanya.

Usut punya usut, nyatanya ucapan Jeffrey ada benarnya. Meskipun pria itu hanyalah ilusi, namun perasaannya adalah nyata. Apakah mungkin rasa suka yang Jepri pendam timbul karena koneksi yang Jeffrey miliki dari di dunia lain?

Masa bodoh dengan itu semua, Naira hanya bisa tersenyum sekarang. "Jep, kalau itu mau lo. Ayo kita tulis cerita kita yang baru sama-sama."

Usai sudah kisah mereka kali ini, kenyataan yang mengatakan bahwa Naira sekarang milik Jepri adalah sesuatu yang membanggakan. Akhirnya apa yang ia cita-citakan selama ini bisa terkabulkan berkat petualangan anehnya di dunia pararel.






Jum'at, 2 Juli 2021
Vote komen yaaaa
Makasih banyak yang udah support selama penulisan karya ini.
Kesan & pesannya dong buat cerita ini.

Jeffrey Mon Prince ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang