Masa lalu yang menyakitkan menentukan jahat baiknya seseorang.
***
Tak terasa matahari bergulir menuju malam. Selepas melakukan banyak pekerjaan, sebagai pemula Naira merasa kelelahan. Apalagi ketika ia diminta untuk membersihkan kaca jendela di bagian barat istana, membuat benda itu kembali mengkilap tanpa noda cukup menghabiskan banyak tenaga.
Jangan dibayangkan betapa besar ukurannya, Naira sampai membutuhkan tangga untuk membersihkan debu sampai ke bagian paling atas.
Akibatnya, pakaian baru yang Naira pakai beberapa jam lalu kembali kotor. Ia sangat malas untuk mandi meskipun Lauren sudah memberikan banyak persediaan baju bersih untuknya.
"Naira, semua pegawai di tempat ini harus bersih dan wangi. Kenapa kau malas untuk mandi, apakah kau nyaman dengan keadaanmu yang seperti itu? Cepatlah, kita harus mempersiapkan makan malam untuk para pangeran setelah ini." Lauren memarahi Naira seperti Ibunya sendiri.
"Hmmm, baiklah. Aku akan segera mandi," kata Naira malas.
Ketika hendak meraih pakaian di lemari, dirinya tak sengaja melihat jam dinding yang terus berjalan. Sekarang sudah jam tujuh malam, Naira lupa akan janjinya untuk menemui Jeffrey di belakang istana. Apakah pria itu akan memarahinya?
Telat beberapa menit tak apalah, kiranya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Naira, selama hidup di Jakarta selalu datang terlambat. Ia adalah oknum yang paling dibenci oleh teman-temannya karena sering mengingkari waktu yang dijanjikan pada jam temu. Bahkan mereka telah menjuluki Naira sebagai tukang mageran, karena sering mengatakan "lagi otw" tapi faktanya masih tiduran.
Oleh sebabnya, menjadi teman Naira harus serba waspada jika ingin mengajaknya berkumpul. Si teman harus terbiasa berbohong. Dengan kata lain, jika ada janji jam enam maka harus memberikan info pada Naira bahwa acara dimulai jam lima sehingga anak itu tidak akan telat.
Terlepas dari kebiasaan jelek Naira. Saat memasuki kamar mandi ia sedikit terpana, meskipun kamar mandi yang disediakan untuk pelayan ukurannya tidak terlalu luas, nuansanya masih lebih mewah daripada kamar mandinya Naira di rumah.
Lantas, selama lima belas menit wanita itu menghabiskan waktu untuk membersihkan tubuhnya dan mempercantik diri.
Setelahnya ia kembali menghadap Lauren, meminta izin untuk menemui pangeran Jeffrey terlebih dahulu.
"Bukankah Tuan Jeffrey belum pulang?" ucap Lauren.
Naira duduk di tepian ranjang seraya membawa perasaan heran. "Bagaimana bisa? Padahal tadi memintaku untuk bertemu tepat jam tujuh malam."
Lauren yang terlihat sibuk melipat pakaian, menghembuskan napas pelan."Aku dengar dari Tuan Demien, Pangeran Jeffrey terkena masalah karena Putri Luna terluka di perjalanan. Katanya sih gara-gara perampok, kekuatannya tak sebanding dengan prajurit yang turut mengawal saat itu."
Wanita yang datang dari dunia nyata langsung menepuk dahinya. Pria itu benar-benar bodoh karena tidak mau mempercayai perkataannya. Selepas ini mungkin Jeffrey akan dikurung di kamarnya, tidak diizinkan untuk pergi berkeliaran ke luar istana.
"Sekarang dia ada di mana?" tanya Naira khawatir.
"Kupikir masih di istana Chandelier, dia pasti mendapatkan kata-kata mutiara dari Raja Pierre karena memalu-malukan keluarga. Bahkan setelah ini, ada kemungkinan jika keluarga Putri Luna tidak akan mempercayainya lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey Mon Prince ✓
FantasíaTAMAT Kehidupan Naira menjadi lebih berwarna sejak ia bertemu dengan seorang nenek tua yang membawanya ke dunia novel. ❝ Bagiku, mencintai sosok yang fana itu lebih menyakitkan dari sekedar cinta dalam diam. Aku terlalu mencintaimu sampai aku benci...