Penguntit
***
Dentingan sendok dan piring memenuhi ruangan berkayu. Dua insan yang sedari tadi melahap makanan sama sekali tidak mengeluarkan suara, bahkan keheningan menyelimuti mereka berdua.
"Kau sakit? Kelihatannya kau tidak bersemangat makan malam bersamaku kali ini."
Naira melirik lawan bicaranya. "Kalau bukan karena elo, gue bisa makan lahap tau gak! Walaupun gak semangat setidaknya gue udah berusaha ngehargain lo, Jef."
Berbeda dengan isi hatinya, wanita itu berpura-pura memberikan ekspresi ceria agar Jeffrey tidak kecewa. "Tidak kok, cara makanku memang begini. Aku sangat menikmati makan malam kali ini, Yang Mulia."
Si lawan bicara mendekatkan kursinya ke arah Naira. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu," pintanya dengan volume kecil.
"Haruskah aku memanggilmu ayang, beb cayang, my sweety, my honey?" balasnya.
Jeffrey mengerutkan kedua alisnya. "Selama ini aku seringkali mendengarmu mengucapkan kata-kata asing, bisakah kau memberitahuku apa artinya? Apakah mungkin itu bahasa asli dari negara asalmu? Aku belum pernah mendengar itu sebelumnya."
Naira menelan suapan terakhirnya. "Hmmm, kata-kata yang barusan kusebutkan adalah kata panggilan yang biasa digunakan antar pemuda di daerahku."
"Kau tidak sedang membodohiku kan?" Jeffrey menyelidik.
"Tidak, aku tidak berniat membodohimu. Lagian kau tidak mau kan jika aku memanggil namamu. Jadi, kau boleh saja menggunakan panggilan lain dalam bahasa asalku secara bebas. Aku tidak keberatan."
"Baiklah, kalau begitu coba kau ulangi lagi. Biar aku pilih salah satu dari panggilan tadi."
"Ayang ... bebeb atau Beb ... Cayang ... My sweety ... My honey." Naira mengeja satu per satu panggilan yang diminta Jeffrey.
"Sepertinya aku lebih mudah jika melafalkan Bebep ... ah apa itu bebeb maksudku ... Beb, bisakah kita menggunakan panggilan itu selama perjalanan panjang ini?"
Naira tersedak, saking senangnya ia tak percaya jikalau hari ini ada seseorang yang mau memanggilnya dengan panggilan alay tapi romantis. Terkhusus, manusia yang barusan memanggilnya adalah bentuk imitasi Jepri dari dunia lain.
"Oh tentu saja Beb, dengan senang hati aku menerimanya."
"Aku punya satu permintaan lagi!" ucap Jeffrey.
"Apa?"
"Ajarkan aku bahasamu, agar aku paham setiap kata yang kau ucapkan. Aku selalu berpikir kau sering mengata-ngataiku kan?"
"Aku harus memulainya dari mana?"
"Aku pernah mendengar kau mengatakan gue ... lo, apa itu artinya?"
"Gue berarti aku atau saya, sedangkan lo sama dengan kamu, kau, atau anda. Dan kupikir sisanya tidak jauh berbeda dari bahasa yang biasa kita pakai di tempat ini, apa itu cukup?"
"Ah, begitu." Pria itu memundurkan jarak kursinya ke belakang.
Naira mulai mencerna semua pertanyaan Jeffrey malam ini. Ternyata benar bahwa sistem komunikasi di dunia novel terpaku pada kosa kata bahasa Indonesia yang lebih formal dan baku. Sedangkan penggunaan bahasa gaul yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari tidak akan dimengerti oleh penduduk sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey Mon Prince ✓
FantasiTAMAT Kehidupan Naira menjadi lebih berwarna sejak ia bertemu dengan seorang nenek tua yang membawanya ke dunia novel. ❝ Bagiku, mencintai sosok yang fana itu lebih menyakitkan dari sekedar cinta dalam diam. Aku terlalu mencintaimu sampai aku benci...