Part 2

96 9 3
                                    





"Apa harus gue jawab?" tanya Geo menahan emosi.

Bintang mengangguk polos.

Tanpa kasihan dan banyak bicara, Geo menghempaskan tubuh Bintang begitu saja ke lantai. Pagi-pagi ia sudah emosi merasa kesal oleh pertanyaan konyol gadis itu.

Bintang meringis kesakitan di sekujur tubuhnya. Mengapa Geo tega berbuat seperti itu kepadanya? ia mendongakkan kepala menatap Geo dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Heh bego! gue udah gosok gigi ya. Palingan mulut lo yang bau! makan apaan lo? makan bangke?" sarkas Geo pedas.

Untuk memastikan. Bintang langsung mencium bau nafasnya. Dan benar saja, asal bau itu emang dari mulutnya. Lihatlah, betapa malunya ia sekarang. Dengan bangga ia menuduh Geo belum gosok gigi, padahal dialah biang keladinya.

"Tetaplah ngomong walaupun mulut anda bau!" sindir Geo dan langsung meninggalkannya.

Ini salahnya. seharusnya ia tidak mempertanyakan pertanyaan yang seharusnya tidak ia tanyakan, imbasnya malah ia yang kena sendiri.

                                 °°°°°°

Geo dan Bintang bersekolah di tempat yang sama. Yaitu sekolah Angkasa. Sekolah ini terbilang cukup mewah dengan beberapa desain dan interior yang membuat siapa saja kagum akan kemegahannya. Jangan heran jika ada kasus pembullyan di sekolah ini, murid-murid di sini akan menindas murid yang miskin dan siswa yang hanya bersekolah karena mendapatkan biaya siswa. Mereka memandang kasta dan kepopuleran. Tapi ingat! tidak semua siswa memiliki sikap seperti itu. Ini hanya sebagiannya.

Geo bolos jam pelajaran. Sekarang ia pergi ke rooftof menikmati angin yang berhembus dengan ditemani sebatang rokok di mulutnya. Sadar jika ada yang mengikutinya dari belakang, dan ia kenal betul siapa yang menguntitinya itu.

"Ngapain lo ngikutin gue?!" bentak Geo di depan wajah Bintang.

Bukannya merasa takut, justru Bintang malah tersenyum melihat wajah Geo yang begitu dekat dengan wajahnya.

"Gue gak bercanda!" seru Geo serius. Menatap manik mata itu tajam.

"Salah gitu kalau Bintang ngikutin kakak Bintang sendiri?" ucapnya polos. Bintang menatap wajah Geo kagum, bahkan matanya tak berkedip sedikitpun.

Geo tak habis pikir dengan jalan pikir gadis ini. Dengan seenak jidat ia berani-beraninya mengaku kalau dia adalah adiknya. Geo bahkan tak menginginkan seorang adik hadir di kehidupannya. Itu hanya akan merepotkannya nanti.

"Harusnya lo sadar, lo itu bukan siapa-siapa di kehidupan gue. Dan gue sama sekali gak punya adik kayak lo! camkan itu anak pungut!" sembur Geo pedas. Ia mendesis sambil menginjak batang rokoknya.

"Tapi semenjak aku kenal kakak, aku merasa nyaman. Galaknya kakak ke Bintang pasti karena kakak sayang Bintang 'kan?" ucap Bintang dengan wajah teduhnya. Ia sangat berharap kalau Geo mengiyakan ucapannya itu.

Geo tersenyum meremehkan.

"Nyaman gitu? dasar bodoh! gue galak, karena gue benci sama lo. Gue mau lo pergi dari rumah gue dan kehidupan gue. Mau mati sekalian gue gak peduli!" ungkap Geo emosi.

Sakit. Itulah yang dirasakan Bintang saat ini. Air di pelupuk matanya hampir jatuh, dengan cepat ia menghapusnya dan kembali mengeluarkan senyuman ceria. Kematian kedua orang tuanya membuat Bintang begitu merasa sangat kesepian.

Oleh karena itu, ia ingin ada seseorang yang bisa menemani kesepiannya itu. Tahukah kalian? bahkan dari hari pertama ia tinggal bersama keluarga Antariksa, Bintang sudah disambut oleh rasa kebencian dari Geo. Menurut gadis polos ini, orang yang selalu marah adalah tipe orang penyayang. Itulah yang membuatnya merasa nyaman dengan Geo.

Geo yang selalu marah kepadanya pertanda bahwa Geo menyayanginya! sangat aneh.

Jangan lupa vote and komen ya🙏😊

I LOVE MY ADOPTIVE BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang