Part 12

28 5 8
                                    

Baju seragam Bintang kini telah berganti menjadi baju kaos sebahu dengan setelan celana levis panjang. Tak lupa, Bintang juga memandikan kucing yang ditemukannya itu dengan hati-hati sehingga dia leluasa membersihkan kotoran yang ada pada tubuh si kucing.

Merasa tugasnya sudah selesai, Bintang langsung turun ke bawah  menemui keluarga angkatnya. Ia juga membawa  kucing itu ke dalam gendongannya. Tepat di ujung tangga terakhir Bintang sontak mengalihkan pandangan karena ada sebuah suara yang memanggilnya.

"Bintang ayo makan siang," ajak Gita sambil tersenyum. Dia sudah duduk di ruang makan dengan anak dan suaminya. Kini hanya tinggal Bintang yang belum bergabung.

Bintang tersenyum lalu kemudian melangkahkan kaki mendekat.

Sebenarnya ia merasa tidak enak hati membawa seekor kucing ke ruang makan, apalagi dalam kondisi sedang mengadakan makan bersama seperti ini.

Akhirnya Bintang memilih duduk diam tanpa menyentuh makanannya. Ia sibuk mengelus makhluk imut yang sekarang berada di pangkuannya.

Sadar jika anak yang sekarang sudah menjabat sebagai anak angkatannya itu belum juga makan, Gita kembali mengeluarkan suara.

"Bintang kenapa makanannya ga di makan?" tanya Gita lembut.

Bintang mendonggakkan kepala menatap Gita.

"Gak papa Mommy. Bintang ngerasa gak nyaman aja kalau makan sambil bawa si mpus, jadi nanti aja deh makannya. Mommy duluan aja," jawab Bintang tersenyum, sambil sesekali mengelus si mpus.

Mengerti. Gita hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Berbeda dengan Geo. Dia makan dengan lahap tanpa memperdulikan orang di sekitarnya. Baginya tidak penting juga mendengarkan celoteh Mommy nya hanya demi perempuan itu. Mau makan kek, mau nggak makan kek, dia juga tidak perduli.

"Kalau kamu ngerasa gak nyaman, mending mpusnya di turunin aja dulu," saran Gibran.

Benar juga. Daripada ia terus-menerus memangkunya lebih baik dia membebaskannya. Mungkin saja mpus nya ini juga butuh kebebasan.

Dengan senang hati Bintang mendengarkan saran dari Gibran. Sebelum menurunkan si mpus dari pangkuannya Bintang terlebih dahulu menciumnya.

Setelah Bintang bebaskan si mpus dengan imutnya berjalan membawa tubuhnya yang kurus ke bawah meja.

Bintang menemukan kucing tersebut di tepi jalan. Mungkin saja dia adalah kucing buangan yang hari-harinya hidup sebatang kara tanpa makan. Tidak usah khawatir, Bintang akan menjaganya. Mulai sekarang si mpus tidak akan merasakan kelaparan. 

Dengan manja anak kucing itu menduselkan-duselkan tubuhnya yang kecil nan imut ke kaki Geo. Geo yang merasa risih dengan teganya menendang si mpus keras hingga terkena ujung meja. Namun, perlakuannya itu tidak diketahui siapapun termasuk Bintang yang sekarang sibuk dengan makanannya.

Kucing tersebut merasa kesakitan. Tidak terima di perlakukan seperti itu membuatnya juga merasa geram dengan tindakan Geo. Walaupun dia adalah seekor hewan yang tidak tidak diberi akal, pastinya dia juga memiliki perasaan.

Dengan ganas si mpus mencakar kaki Geo sehingga membuat laki-laki itu meringis tertahan. Gigitan itu meninggalkan luka goresan yang lumayan panjang. Kebetulan si mpus juga mau buang kotoran langsung saja ia mengarahkan duburnya ke sendal Geo yang saat itu di lepas. Baru beberapa menit terciumlah bau sengit yang berasal dari bawah meja, jangan ditanya seperti apa baunya. Sangat bau! ya namanya juga tai, Mana ada yang wangi.

"Bau apa ini?" tanya Gita menutupi hidungnya yang kebetulan duduk berdekatan dengan Geo.

Bukan hanya Gita, Bintang dan Gibran juga melakukan hal yang sama, yaitu menutupi hidungnya.

"Kamu eek dalam celana?" Geo melotot terkejut dan sontak membuatnya langsung melihat ke bawah meja.

Betapa terkejutnya Geo melihat sendal yang baru ia beli semalam terkena tai kucing. Dan tiba-tiba saja emosinya bertambah begitu melihat pelakunya yang sangat santai seakan tidak merasa bersalah dan malah berbaring di sana. Masih di tempat yang sama yaitu bawah meja.

Sepertinya Mommy nya ini tidak bisa membedakan yang mana bau tai manusia sama tai kucing. Buktinya dia malah menanyakan hal itu, mana mungkin orang ganteng seperti dirinya BAB sembarangan.

"Emang di rumah ini ga ada toilet sampai Geo berak dalam celana?" balas Geo menatap sengit pada Gita, merasa tidak terima.

"Ya kali kamu bosen," ledek Gibran menahan tawa.

Mendengar ledekan itu membuat Goe merasa terpojok. Ia menjadi malu sendiri.

"Ganteng doang berak dalam celana!" Lagi-lagi Gibran kembali meledek. Bintang tertawa dibuatnya sontak Geo langsung mendelik ke arahnya.

Tidak terima dengan ledekan dari Daddy nya, dengan wajah datar Geo berdiri. Lupa jika sendalnya itu sudah ternodai dengan santai Geo kembali memasang sendal yang terkena tai itu. Niatnya yang ingin pergi dari sana malah membuatnya duduk kembali dengan wajah menahan kesal. Sial sekali hidupnya hari ini.

"Anj*ng!" umpatnya. Yang membuat semua orang di sana menatap ke arahnya.

Gita spontan menampar bibir Geo karena telah berani berkata kasar.

Geo mematung dengan mata menatap lurus ke depan.

'Shit!'










Jangan sider🥺💛




I LOVE MY ADOPTIVE BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang