Part 13

33 4 5
                                    

"Aaaa!" pekik seseorang.

Pekikan keras itu bersamaan dengan matinya lampu. Bintang yang kebetulan belum tidur segera keluar kamar dalam keadaan panik mencoba untuk mencari arah sumber suara berada.

Ia sengaja membawa senter untuk membantunya menerangi kegelapan di rumah besar itu. Mati lampu sama sekali tidak membuatnya takut, yang ia pikir dan takutkan sekarang adalah pemilik suara pekikan itu? apa mungkin seorang pencuri? ah rasanya agak mengganjal. Tidak mungkin seorang penjahat mudah menunjukkan gedoknya hanya karna mati lampu. Bukankah itu adalah kesempatan yang tepat untuk dia menjalankan aksinya?

Ini sudah larut malam, mengingat pekikan itu membuat bulu kuduk Bintang berdiri. Pikirannya berkecamuk antara melanjutkan mencari sumber suara itu atau memilih untuk masuk kembali ke kamarnya?

Apa mungkin itu suara hantu? bisa saja 'kan. Bintang segera menggubris  pikiran negatif yang membuatnya semakin panik dan ketakutan. Tak lengah, gadis itu selalu menolehkan pandangannya ke berbagai arah seakan takut jika hantu itu tiba-tiba berada di hadapannya. Senter besar yang ia bawa terus mengikuti arah tangan dia bergerak.

"Mati terus! ga usah hidup lagi lu tai!" maki seseorang.

Suara itu sepertinya tidak asing baginya. Yah! bahkan sangat familiar. Dahinya berkerut bersamaan dengan kaki yang melangkah mencoba mendekat ke sumber suara.

Kaki itu berhenti tepat di depan kamar Geo. Dugaannya ternyata salah, suara itu bukanlah suara hantu maupun seorang penjahat melainkan suara milik Geo.

Bintang bernafas lega. Ternyata bukan hal yang serius. Baru saja ingin berbalik pergi ke kamarnya namun tiba-tiba saja ia mengurungkan niatnya. Ia penasaran ingin tau kenapa Geo berteriak di tengah malam seperti ini? apa di kamarnya ada sosok hantu?

Dengan keraguan tingkat akut Bintang mencoba untuk mengetok pintu. Untuk memastikan bahwa Geo baik-baik saja.

"Kak, apa kakak baik-baik saja?" tanyanya panik dari luar kamar Geo.

Geo yang berselungkup dalam selimut dengan posisi duduk mencoba untuk menyibak sedikit selimutnya lalu melihat ke arah pintu. Ponsel dia lowbat membuat Geo tidak bisa menggunakan senter dari hp nya itu. 

"Ngapain Lo kesini?!" tanya Geo ketus.

Bukannya menjawab Geo malah balik bertanya.

Bintang memilih diam. Dia tidak tau harus menjawab apa. Niat kedatangannya baik, tapi malah disambut dengan tidak wajar, sangat menyebalkan bukan?

Merasa kedatangannya tidak dibutuhkan membuat Bintang merasa kecewa. Dengan berat hati ia mulai kembali mengeluarkan suara.

"Bintang cuman mau mastiin keadaan Kakak, cuman itu kok, ga lebih. Yaudah kalau gitu Bintang balik ke kamar dulu ya, jaga diri kakak," jawab Bintang akhirnya.

Mendengar jawaban dari gadis itu membuat Geo segera membalas ucapan itu cepat. "Eh tunggu dulu!" cegahnya dari dalam.

Bintang yang ingin berbalik lagi-lagi mengurungkan niatnya. Wajah gadis itu nampak menahan kekesalan.

Geo takut kegelapan. Katakan dia laki-laki berjiwa perempuan! tapi ini benar faktanya. Dia selalu berteriak apabila lampu tiba-tiba mati dan selalu bersembunyi di balik selimut karena merasa ketakutan. Sial nya lampu sialan itu malah mati di jam selarut ini, dimana semua orang menghabiskan waktunya untuk beristirahat dan tidur menyusul alam mimpi. Saat ini tidak ada orang yang bisa dia diandalkan untuk membantunya selain Bintang. Nampaknya dia harus menurunkan sedikit gengsinya itu untuk sekedar meminta bantuan  Bintang.

"Gue baik-baik aja kok. Tapi bisa nggak lo bantuin gue?" tanya Geo ragu-ragu.

"Tentu saja, Kakak perlu bantuan apa?"

Nafas Geo terasa tercekat. Bagaimana tidak? kali ini ia akan menyuruh Bintang untuk menemaninya di sini. Berduaan. Bergelap-gelapan lagi. Sangat tidak lazim! walaupun status mereka sekarang adalah adik dan kakak tapi tetap saja mereka bukan sedarah.

"Lo bisa ke sini temenin gue? Gue takut gelap. Plis temenin gue," mohon Geo memelas.

Awalnya Bintang merasa ragu. Namun, mengingat kalau laki-laki itu sekarang telah menjadi kakaknya membuat dirinya ragu untuk menolak.

Jadi ini alasan Geo berteriak? Bintang hanya bisa terkekeh mengetahui fakta itu.

"Iya kak, Bintang akan nemenin Kakak," jawab Bintang setelah lama berfikir.

Geo bernafas lega akhirnya ada yang membantunya.

"Ayo cepat masuk pintunya ga di kunci kok," balas Geo dari dalam.

Bintang terkesiap dan langsung membuka knop pintu. Cahaya senter yang ia bawa sedikit menerangi kegelapan di sana. Merasa ada sedikit cahaya membuat Geo langsung menyibak seluruh selimutnya dan turun dari ranjang mendekat ke arah Bintang yang masih terdiam di sisi ranjang. Tak hanya itu, Geo juga menarik tangan gadis itu mendekat dan ikut berbaring bersamanya sembari memeluk perut gadis itu erat seolah menyalurkan ketakutannya.

Bintang melotot tidak percaya, tubuhnya terasa kaku ketika tiba-tiba Geo memeluknya erat. Ia bahkan susah bernafas saking eratnya. Jantung yang awalnya berpacu normal kini berdegup tak karuan yang malah membuat tubuhnya panas dingin.

"Gue takut," lirihnya.
















Jangan sider🥺💛




















I LOVE MY ADOPTIVE BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang