Part 5

52 6 2
                                    

Setelah menyelesaikan sholatnya, Bintang segera keluar kamar dan pergi ke dapur untuk makan. Ia sudah menganggap rumah Geo sebagai rumah dia sendiri. Sekarang. Itulah yang membuat dirinya tak merasa sungkan jika berbuat apapun di sini. Ya, walaupun itu akan membuat Geo marah. Biarlah, ia tak peduli.

Bintang tak menemukan persediaan makanan untuk dimakan. Ia mendengus kecewa. Padahal perutnya sekarang sudah sangat lapar. Bagaimana ini? ia tidak memiliki uang untuk membeli makanan.

"Duh, aku harus bagaimana?" gumam Bintang dengan raut lesu.

"Yaudah. Aku minjam uang sama Kak Geo aja buat beli makanan."

Kaki mungilnya kembali melangkah ke kamar Geo untuk meminjam uang.

Sedari tadi Geo belum juga keluar dari dalam kamarnya. Entah apa yang membuat laki-laki itu begitu betah berlama-lama di sana.

Belum sempat tangan Bintang mengetok pintu, pemilik kamar sudah terlebih dahulu keluar dan otomatis tangan Bintang refleks mengenai jidat Geo.

Geo mengumpat, menggeram kesal. mengapa gadis ini selalu mencari masalah padanya? sangat menjengkelkan.

"Ck. Lo lagi! lo lagi!" sentak Geo marah. Wajahnya bahkan memerah menahan amarah. Perempuan ini benar-benar sudah menguji kesabarannya.

Bintang mundur dan hanya bisa menunduk. Ia tak tau lagi harus bagaimana berbicara dengan Geo yang sudah emosi seperti ini. Tak apa, biar bagaimana pun ia harus berani untuk meminjam uang. Lagipula ini juga demi kebaikannya.

"Kak. Bintang boleh minjam uang?" tanyanya sedikit canggung. Kepala itu tetap menunduk tak berani menatap wajah Geo yang tampak datar.

Ucapan Bintang sukses membuat Geo membuang muka dengan mata menatap sinis. Berani sekali gadis ini meminjam uang padanya. Emang dia siapa? punya hubungan keluarga saja tidak. Itulah yang ada dalam pikiran Geo saat ini.

"Punya hak apa lo minjam uang ke gue?" tanya Geo ketus dengan tangan bersedekap dada.

Skakmat. Bintang bungkam. Perkataan Geo benar adanya. Memang benar dia tidak memiliki hak untuk meminjam uang kepada pria itu. Tapi Bagaimana pun, hanya Geo satu-satunya orang yang dapat membantunya saat ini. Ia harus bisa membujuk Geo.

"Kak kali ini plis bantu aku kak. Aku laper," rengek Bintang memelas dengan tangan memegang perutnya. Kali ini ia beranikan untuk menatap Geo walaupun masih takut-takut.

"Nggak. Gue gak sudi bantu orang asing kek lo!" sarkas Geo menatap remeh gadis di hadapannya.

Bintang menggeleng. Ia menggenggam tangan Geo. Namun dengan cepat pria itu menepisnya kasar.

"Tapi kak, Bintang bener-bener laper. Hanya Kakak harapan aku satu-satunya. Kakak gak usah khawatir, Bintang akan kembaliin uang kakak kok," ucapnya sungguh-sungguh dengan mata yang sudah berlinang.

Geo terkekeh sinis. "Emang lo mau kembaliin pake apa? kerja aja kagak!"

"Bintang bakal usahain, secepatnya." ujarnya menyakinkan Geo.

Tatapan meremehkan tampak jelas di wajah Geo sekarang. Sebenarnya setelah mendengar perkataan Bintang barusan, membuat hatinya seketika terdorong untuk membantu gadis itu. Tiba-tiba saja ada tersempil sedikit rasa iba pada gadis di hadapannya ini. Namun, rasa iba itu seakan pudar karna ia lebih mementingkan rasa ego yang lebih besar dan egois. Bahkan ia selalu berfikir untuk menyakiti perasaan gadis ini.

"Gue rasa lo cocok kerja di clab malam. lumayan 'kan, gajinya juga lumayan besar," ujar Geo dengan ekspresi meremehkan.

"BUKK!

I LOVE MY ADOPTIVE BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang