4: Thinker

338 61 10
                                    

"someone who considers important subjects or produces new ideas"

-

"Ah! Sialan" gerutu Austin mengusap wajahnya.

Vigra terkekeh sehabis menyiram wajah Austin dengan sebotol air.

Kemarin setelah sibuk membahas tentang kakek Matius dan juga kedatangan bodyguard Ivory menyeret gadis itu untuk kembali ke rumah besarnya di Zagreb. Austin memilih untuk menginap di apartemen Vigra. Terlalu malas Austin untuk pergi kembali ke rumah, padahal rumah Austin masih satu kawasan dengan flat apartemen Vigra.

"Bantu jemur bajuku" ucap Vigra

Austin mendesah mengumpulkan kesadarannya, "Ini masih jam berapa sialan? hss..."

"jam 9 pagi! Bangun, cepat jemur bajuku!"

"Kau membangunkanku hanya untuk membantu menjemur bajumu?" Austin memposisikan tubuhnya untuk duduk di sofa yang ia tiduri semalam.

"Itu juga untuk membayar sewamu karena sering menginap disini"

"Lama - lama kau mirip ibuku, terus mengomel." protes Austin

Vigra tak memperdulikan Austin, menulikan protes yang Austin ucapkan. Ia kembali dengan satu keranjang pakaian dan menaruhnya diatas paha Austin. Membuat Austin sedikit terjingkat lalu menatap tajam kearah Vigra yang melenggang pergi.

"Cepet jemur, lalu sarapan!" teriak Vigra

Cukup sudah Austin menyesal menginap di apartemen Vigra. Tak hanya menjemur baju Vigra, dia juga bertugas membereskan peralatan makan setelah selesai sarapan. Austin melempar asal sarung tangan plastik keatas dishwasher lalu berjalan menghampiri Vigra yang sedang asik menonton tv.

"Tidak ada job hari ini?" tanya Austin duduk di single sofa sambil meraih ponselnya di saku celananya memeriksa pesan.

"No. Petra mengurus semua kegiatan minggu ini. Kabarnya hari ini Irene meminta Petra mengantarnya ke Pulau Vis" ujar Vigra

"Irene aja?"

Vigra mengangguk membenarkan ucapan Austin. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Membuat Austin yang duduk di seberang kanan tak sengaja melihat layar lockscreen milik pria itu, terdapat foto Vigra dan Ivory sedang berpelukan disana. Austin mendesis mengingat ia pernah menaruh hati dengan gadis berambut pirang itu.

"Melihat kemarin Ivory diseret pulang sepertinya kau dengan Ivory masih belum ada restu." Tebak Austin kembali memusatkan perhatian ke layar ponselnya.

"Sudah jelas tidak akan pernah mendapat restu"

"Kenapa begitu?"

"Pekerjaanku tak ada perkembangan, uangku habis begitu saja tiap bulan untuk membayar sewa apartemen dan biaya hidupku." terang Vigra meletakkan ponselnya diatas dada, lalu memijat pelipisnya.

"Kau menyerah? Woah.. Ivory saja berjuang keras demi hubungan kalian." Austin mendengus sambil meraih toples berisi permen jelly. "Kalau ku tau kau menyerah seperti ini, seharusnya aku tidak melepasnya untukmu begitu saja saat itu."

"Dan aku juga tak akan begitu saja mengalah denganmu." Balas Vigra yang juga tahu bahwa Austin pernah menyukai kekasihnya.

"Kalau begitu buktikan kalau kau memang pantas dengan Ivory, buktikan juga kalau bisa membahagiakan Ivory dengan keadaanmu seperti ini" gumam Austin sambil mengunyah permen.

Vigra mengusap wajahnya kasar. "Sudah kulakukan semampuku, Austin"

"Belum." pangkas Austin. Telunjuknya mengarah ke wajah Vigra. "Kau belum melangkah satu langkah pun dari posisimu. Kau masih terdiam berlindung di balik Ivory. Apa kau sama sekali tidak memikirkan keadaannya saat dia di rumah? Dimana seluruh keluarganya menentangnya demi memperjuangkanmu? Entah apa yang dia lakukan pasti akan tetap salah di mata keluarganya, gadis itu telah melewati batas untuk mempertahankanmu. Kau seharusnya membentengi Ivory di depan keluarganya, bukan hanya diam saja seperti ini."

The Advantage: CAUTION [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang