3.15

630 101 12
                                    

Makayza duduk diantara Neville dan Ginny, mengambil apel yang tersusun tinggi di hadapannya. pandangannya mengedar kesana kemari mencari keberadaan Hermione.

dia mengigit apelnya, mengabaikan ucapan anak Gryffindor yang bertanya apakah benar Makayza memukul Malfoy kemarin.

"Eh—Latif?" Makayza mendongak, menatap lelaki yang kalau tak salah namanya Diggory.

"ya?" sahut Makayza, tangan Diggory terulur memberikan sesuatu berwarna biru. Makayza sempat mengernyit bingung sebelum akhirnya sadar kalau itu jepitan rambut yang di hadiahkan Mattheo untuknya, dia mengambil itu buru buru dan mengerling ke meja Slytherin, tak ada Mattheo disana.

"aku menemukannya di deket gundakan kastil menuju pondok Hagrid" jelasnya, Makayza manggut-manggut.

"Makasih ya, Diggory" ucap Makaza, wajah Diggory memerah. Makayza menatapnya ngeri.

"sama sama" jawabanya tersipu, lalu pergi ke meja asramanya, terdengar sorakan kecil.

"kurasa Diggory menyukaimu, sejak kemarin dia memperhatikan mu terus" kata Ginny, mengerling sebentar ke meja Hufflepuff.

"eh— apa kau lihat Hermione?" tanya Makayza, jelas sekali tak tertarik dengan pernyataan Ginny.

"tidak" sahut Ginny, Makayza bangkit dari kursinya, melewati segerombolan Slytherin yang berbicara dan menunjuk nya terang terangan, tapi Makayza tak peduli.

dia menyebutkan kata kunci dan masuk memanjat lukisan, sudah ada Harry, Ron dan Hermione yang kelihatannya sedang panik

"Mione, kemana saja kau?" tanya Makayza, mengeluarkan satu apel dan memberinya ke Hermione.

"aku ketiduran, astaga, aku terlewat pelajaran Jimat dan Guna-guna" katanya sedih, sambil mengigit apel.

"Tahu tidak Hermione?" kata Ron, menunduk menatap buku Arithmancy "kau kayanya kecapean, karena mengambil terlalu banyak pelajran"

"itu mah bukan kayanya lagi! emang bener kecapekan" sela Makayza.

"Tidak!" kata Hermione, menyibakan rambut dari matanya "aku cuma teledor, cuma itu! sebaiknya aku menemui Profesor Flitwick dan minta maaf.. sampai ketemu di Ramalan!"

setelah pelajaran Ramalan, Makayza kembali ke menara Gryffindor. mengganti pakaian karena sekarang adalah pertandingan Quidditch, Makayza sangat berharap Gryffindor menang dan mendapatkan piala asrama.

Makayza menuju ruang rekreasi, dia memakai baju berwarna hitam dan jaket merah rajutan. tak lupa ia membawa teropong agar bisa melihat dengan jelas.

saat ingin menaiki Tribun, Makayza melihat anggota tim Quidditch, Harry yang melihatnya juga melambai lambai. Makayza berlari menghampirinya dan memeluknya erat.

"Harry!" dia tersenyum lebar, ketika melepaskan pelukannya "semangat untuk pertandingannya! astaga, kau harus menang aku tak mau tau. kau harus kalahkan si brengsek Malfoy!!" lanjutnya berapi-api, Harry terkekeh.

"pasti, kami pasti menang!" katanya. Makayza memeluk Harry sekali lagi. menoleh pada tim Quidditch Gryffindor lainnya.

"Semangat! aku akan berdiri di tribun paling depan dan berteriak paling kencang untuk kalian!" kata Makayza dengan semangat penuh.

dia menaiki undakan Tribun, sesuai janjinya, berdiri paling depan di sebelah Seamus dan Dean, Hermione berdiri di belakangnya.

"dan ini regu Gryffindor!" teriak Lee Jordan, si komentator yang berasrama Gryffindor "Potter, Bell, Johnson, Spinnet, Weasley, Weasley, Wood! dikenal luas sebagai tim terbaik yang pernah dilihat Hogwarts selama beberapa tahun.."

i'm (not) black ¦ refisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang