Ep. 14

488 72 11
                                    

Empat bulan berlalu sudah dan kini Ryn tinggal bersama Veen. Namun Ryn justru mulai merasa nyaman karena Veen tidak pernah melukainya. Justru Veen sangat posesif jika ada salah satu anak buahnya yang macam-macam dengan istrinya itu.

 Justru Veen sangat posesif jika ada salah satu anak buahnya yang macam-macam dengan istrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perut Ryn terlihat semakin membuncit. Saat ini ia sedang menikmati pemandangan danau buatan di belakang kediaman barunya.

"Apa Veen belum juga selesai dengan urusannya? memangnya... siapa lagi rival dia selain ayahku?" tanya Ryn pada salah satu anak buah Veen yang di tugaskan mengawasinya saat itu.

"Banyak para pejabat kepolisian yang berusaha menangkap tuan muda... namun nona tahu sendiri, tuan muda sangat pintar." ujar anak buahnya itu.

Ryn bangkit berdiri sambil mengusap perutnya.
"Bisa kah kau hubungi dia agar segera kembali?"

Sementara itu, Veen tengah menatap kekejaman para anak buahnya yang sedang memukuli salah satu suruhan Yujong. Dimana hingga saat ini, Yujong masih berusaha untuk mencari putrinya itu.

Veen bangkit berdiri lalu menarik baju pria yang sudah berlumuran darah itu.
"Katakan pada tuanmu untuk berhenti mencari Ryn! jika tidak.... aku akan menghabisi siapapun yang berusaha mencari Ryn!"

Untuk kali ini Veen tidak membunuh korbannya itu. Ia memutuskan meninggalkannya begitu saja di sebuah gedung kosong. Saat dalam perjalanan, ponselnya berdering dan ada satu panggilan dari rumah.

"Ada apa?"

"Maaf, tuan... Nona Ryn menyuruhmu agar cepat pulang."

"Baiklah... sampaikah saja jika aku akan pulang sebentar lagi."

Setelah itu, pengawal Ryn pun langsung memberitahu jika Veen akan pulang. Wanita itu hanya menangguk lalu kembali duduk di kursinya sambil membaca sebuah buku tentang kehamilan.

Tak lama, ia di kagetkan oleh sepasang tangan yang tiba-tiba menutupi matanya. Dengan lembut, Ryn meraih tangan itu dan ternyata dia adalah Veen, sang suami.

"Kenapa menyuruhku cepat pulang?"

Ryn bangkit lalu merapikan kerah baju Veen yang terlihat berantakan.
"Apa kau masih khawatir jika aku pergi dari sini?"

"Ayahmu yang memaksaku berbuat seperti ini... jujur saja belum puas rasanya tidak menghabisi ayahmu dengan tanganku sendiri." ujar Veen.

"Jangan khawatir... aku akan menepati janjiku agar tetap disini... karena bagaimana pun...." Ryn menjeda ucapannya, lalu ia meraih tangan Veen dan mengarahkannya ke perut buncitnya.

"....ada si kecil milik kita disini... jadi aku mohon berhenti membunuh demi si kecil." sambungnya.

Veen mengembangkan senyum hangatnya yang tak pernah ia tunjukan sebelumnya kepada siapapun. Lalu ia mengusap pipi Ryn kemudian mengecup kilas bibir wanita itu.

BLACK NEVEELAŚTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang