Ep. 17

472 69 6
                                        

"Berikan pistol itu padaku..."

Namun Ryn menggelengkan kepalanya. Ia tetap pada pendiriannya walau sebenarnya ia sangat takut saat ini. Tiba-tiba terdengar suara senjata yang membuat mereka terkejut.

Ryn pun tanpa sadar menjatuhkan senjatanya. Ia menutup mulutnya yang menganga saat melihat bahu Veen berdarah. Pria itu ambruk sambil memegangi dadanya.

Suara letusan senjata kembali terdengar beberapa kali. Ryn melihat dari kejauhan ada sang ayah tercinta disana berjalan sambil memegangi senjata api miliknya. Beberapa anak buah Veen pun tumbang satu per satu setelah mendapat tembakan di kaki mereka masing-masing.

"Appa..." gumam Ryn.

Sebelum Jeykey masuk ke wilayah Veen, ia mengubur ponsel tabletnya yang sudah dalam mode GPS yang aktif dimana Tuan Yujong bisa melacak keberadaan ponsel tablet tersebut. Setelah menemukan ponsel tablet tersebut, ada sebuah pesan soal arah kediaman Veen.

Tuan Yujong pun mendekat lalu menodongkan senjatanya ke arah Veen yang tengah menahan sakit di pundaknya. Tapi siapa sangka, Ryn justru bergerak lalu melindungi Veen.

"Andwae..." seru Ryn sambil mengayun turun tangan ayahnya yang memegang senjata.

"Apa? kenapa kau membela pria ini?"

Ryn terdiam sejenak mencerna pertanyaan ayahnya. Karena memang ia melakukan hal itu tanpa sadar hatinya bergerak ingin melindungi Veen. Melindungi pria yang bahkan selalu menyiksanya.

"Appa... kumohon."

Tuan Yujong pun menyuruh beberapa anak buahnya untuk menarik putrinya itu menjauh dari Veen. Dua anak buah Tuna Yujong pun langsung menggiring Ryn menjauh dari sana. Namun Ryn masih menoleh ke arah Veen yang tengah sekarat disana. Tnpa di duga Ryn melepaskan diri dengan sekuat tenaga lalu berlari menghampiri Veen.

Ryn merobek lengan sweaternya lalu menekan luka Veen hanya untuk sekedar menahan darahnya agar tidak terus mengucur keluar.

"APA YANG KAU LAKUKAN, BAEK HYORYN!" bentak Tuan Yujong.

"Hiks... appa kumohon bantu aku membawanya ke rumah sakit... hiks."

"Apa kau sudah kehilangan akal?!"

"Baiklah jika appa tidak mau membantuku." ucap Ryn lalu berusaha menolong Veen walau dengan susah payah ia memapah tubuh pria itu. Terlebih kondisinya saat ini sedang hamil.

Ryn memapah tubuh Veen kedalam mobil lalu memutuskan untuk pergi ke rumah sakit terdekat. Sesampainya disana, Veen langsung ditangani oleh Dokter dan Perawat. Tuan Yujong pun juga ikut menuju rumah sakit.

"Apa yang kau pikirkan, Baek Hyorin?! Appa masih tidak mengerti kenapa kau membela pria itu... apa karena bayi yang ada di dalam kandunganmu itu alasannya?" ucap Tuan Yujong.

Ryn menunduk sejenak, menatap perut buncitnya lalu mengusapnya pelan.

"Bukan hanya itu... tapi... aku juga mencintainya." ucap Ryn lirih.

Tuan Yujong pun berjalan mendekati putrinya lalu menyentuh kedua pundak Ryn.

"SADAR BAEK HYORIN!"

Ryn menepis kedua tangan ayahnya sambil menangis.

"Appa tidak mengerti! eomma... Yisang oppa... mereka harus menjadi korban karena kita... hiks... aku tidak mau orang-orang terdekatku menjadi korban lagi jika appa terus seperti ini... hiks... kumohon mengertilah." ujar Ryn.

Tuan Yujong tercekat mendengar seruan putrinya yang terdengar menyedihkan.

Tak lama, dokter datang memberi kabar tentang Veen jika pria itu baik-baik saja. Boleh diperbolehkan pulang jika cairan infus yang terpasang sudah habis.

Ryn bergegas masuk ke ruang IGD dan melihat Veen tengah berbaring di atas ranjang pasien sambil memegangi bahunya. Ia berlari kecil menghampiri Veen lalu menggenggam tangan pria itu.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Ryn cemas.

Veen menoleh, kini ia tertegun Ryn ternyata masih berada di sisinya.

"Kenapa kau tidak pergi bersama ayahmu itu? kenapa kau memilih tetap bersamaku? bukankah kau bahkan ingin mengakhiri hidupmu sendiri tadi?" tanya Veen bertubi-tubi.

"Lucu memang... aku seperti anak kecil karena tidak mempunyai pendirian 'kan? tapi... aku sudah memilihnya sekarang... terserah kau percaya atau tidak tapi... aku mencintaimu... hiks." ujar Ryn dengan isakannya.

Perlahan Veen bangkit duduk di atas ranjang lalu menarik tangan Ryn dan memberikan kecupan di punggung tangan wanita itu.

"Kau wanita bodoh... sangat bodoh... kenapa kau memilihku? apa karena bayi yang ada dalam kandunganmu?" tanya Veen.

"Uhm..." jawab Ryn singkat lalu mengusap air matanya.

Ryn menarik tangannya dari genggaman Veen.

"Istirahatlah." sambung Ryn lalu ia melangkah keluar dari ruangan.

Saat ia akan membuka pintu, saat itu masuklah Jeykey bersama beberapa perawat yang mendampinginya. Jeykey yang sudah ditolong pun di bawa ke rumah sakit yang sama untuk mendapat perawatan karena beberapa luka pukulan ditubuhnya. Kedua pria itu berbaring di ranjang yang bersebelahan.

"Cih! Tak kusangka ternyata kau juga licik, Jeon Jungkook." ucap Veen.

"Bukankah kau yang mengajariku seperti itu? aku berterima kasih padamu, Kim Taehyung." kata Jeykey.

Veen tersenyum miring. Tak mau berlama-lama diruangan itu, Veen langsung mencabut jarum infus pada tangannya lalu turun dari ranjang dan melangkah keluar. Perawat yang mengetahui Veen keluar pun mengejarnya.

"TUAN TUNGGU..."

Mendengar teriakan perawat, Tuan Yujong dan Ryn pun menoleh kearah sumber suara. Ternyata Veen sudah berdiri tegak di depan ruangan dengan kondisi tangan yang berdarah. Veen langsung menepis tangan perawat yang menahannya lalu melangkah mendekati Tuna Yujong.

Tuan Yujong pun bersikap waspada dan bersiap mengambil pistolnya dari balik saku jasnya. Tanpa di duga Veen justru mengangkat kedua tangannya di depan Tuan Yujong.

"Kau ingin menangkapku 'kan? kau menang sekarang.... tangkap dan silahkan bunuh aku!" ucap Veen.

Ryn menganga tak percara. Kenapa pria itu masih belum mengerti juga.

"Tak kusangka kau menyerah dengan semudah ini." ucap Tuan Yujong.

Tuan Yujong pun mengambil borgol yang di berikan oleh salah satu anak buahnya dan hendak memborgol kedua tangan Veen. Namun ia terkejut saat Ryn menepisnya.

"Tidak! Appa tidak boleh menahannya! jika appa ingin menahannya, tahan juga aku!"

"Baek Hyorin..." gumam Veen.

Tuan Yujong tidak berkutik mendengar ancaman putrinya karena bagaimana pun ia tidak mungkin menahan Ryn begitu saja.

"Jadi apa maumu?" Tanya Yujong pada putrinya.

"Aku... hanya ingin bersamanya... dan kuharap appa berhenti untuk menangkap pria yang putrimu cintai ini." ucap Ryn.

Tiba-tiba Ryn menggenggam tangan Veen lalu menariknya pergi. Di luar rumah sakit, Ryn kembali merobek lengan baju lainnya lalu membalut tangan Veen yang berdarah.

--- TBC ---

BLACK NEVEELAŚTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang