XV

71 15 0
                                    

"You look like a shit."

Ini dia, ciri khas Yera yang tidak pernah hilang meskipun mereka sempat berpisah. Yera selalu berbicara apa adanya, dan memang saat ini penampilan Rayadinata sekacau itu. Apa lagi yang mau disanggah?

"Kurang tidur, Yer."

Yera berdecak. "Ck, payah. Ya udah, ke situ dulu aja biar melek."

Dan mau tak mau, Rayadinata mengikuti Yera yang sudah menarik lengannya memasuki Starbucks di Ambarrukmo Plaza.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jadi, apa kabar, Yer? Suka kepingin lotek nggak, selama di Korea?"

"Pakai nanya?" sahut Yera dengan sewot. "Selama di Korea, aku kangen lotek tapi di sana nggak ada yang jual, ngeselin. Kata Garda, kamu sekarang sekampus sama Mbak Sita, ya?"

Garda yang dimaksud oleh Yera tak lain adalah Gardapati, sepupu Rayadinata sekaligus teman satu SMP Yera. Setelah berpisah di bangku sekolah menengah atas, Yera dan Gardapati kini berada di satu kampus yang sama.

"Iya, tapi beda fakultas." Rayadinata menyesap mocha yang ia pesan secara perlahan, merasakan sensasi hangat yang menjalar di tubuhnya. "Di luar tadi hawanya dingin banget."

"Dingin?"

"Iya, aku ke sini naik motor tadi."

Yera tampak terkejut kemudian menepuk punggung tangan Rayadinata sambil menatap temannya tak percaya.

"Kamu udah berani naik motor lagi?"

"Udah, dong. Kayanya awal kuliah udah mulai berani, kok."

"Syukur, deh." Yera mengangguk-angguk, senang dengan kabar yang ia dengar barusan.

Keduanya berbicara tentang banyak hal. Entah itu soal keluarga dan kuliah Yera, suasana di Korea, kemudian cerita Rayadinata tentang sang adik, juga bagaimana Rayadinata bisa berteman dengan Hendrasaka. Yera bahkan menyebutkan kalau pertemanan Rayadinata dan Hendrasaka sudah seperti takdir; setelah satu kelompok pada ospek universitas, mereka berdua justru disatukan lagi dalam kelompok yang sama saat ospek fakultas.

Tak lupa, Rayadinata juga menyebutkan tentang segmen cerita horor yang ada di radio kampusnya.

"Ada segmen horor di radio kampusmu? Asyik, tuh," celetuk Yera dengan iri, karena hal tersebut tidak ia temukan di radio kampusnya. "Tapi dengerin podcast horor udah cukup menghibur, sih. Sharing dong, Ra, itu radio kampusmu cerita apa aja."

Dan Rayadinata pun menceritakan semuanya. Mulai dari pencarian Inneke terhadap tukang sate gaibnya, William dan kunci motornya yang sering disembunyikan entah oleh siapa, Coraline dan ketukan-ketukan peringatan supaya ia segera tidur, Melinda dengan shower curtain di tempat magangnya, juga cerita Tora tentang pengalaman jaga malamnya semasa persami di Sekolah Dasar.

Rayadinata selesai menceritakan semuanya dan tidak ada respons dari Yera selain matanya yang menatap Rayadinata dengan ngeri.

"Kenapa, Yer? Takut?" ledek Rayadinata sambil tertawa. "Perasaan kamu suka cerita horor gitu, deh. Kok sekarang jadi ngeri gitu ekspresinya?"

"Ra." Yera berbisik, nyaris tidak bisa didengar oleh Rayadinata.

"Apa, Yer? Kamu ngomong lirih banget, aku nggak denger."

Yera masih menatap lawan bicaranya dengan ngeri. Rayadinata kenal betul dengan Yera, yang jelas penakut bukan salah satu sifat yang dimiliki gadis itu.

Tapi, kenapa Yera kini menatapnya seperti itu?

"Ra, kamu sama sekali nggak ingat apa pun? Seberapa parah amnesia ringanmu setelah jatuh dari motor dua setengah tahun yang lalu sampai kamu nggak inget ... itu?"

"Aku cuma lupa beberapa, Yer, nggak usah lebay. Bapak sama dokter bilang kalau amnesiaku nggak separah itu."

"Rara ...." Yera menggigit bibir bawahnya, merasa takut sekaligus khawatir.

"Kenapa, sih, Yer? Jangan bikin panik, ih, soalnya aku belum pernah lihat kamu setakut ini."

"Semua cerita yang kamu omongin, kecuali yang terakhir, itu pengalaman pribadimu. Kamu nggak inget dulu kita magang di hotel waktu SMK kelas dua? Nyari tukang sate gaib di sekitar kos? Kunci motor sering hilang? Suara orang mukul tembok? Bahkan shower curtain gerak sendiri itu pas kita berdua yang lagi di kamar nomor 25, Ra!"

After MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang