🦩🦩🦩
Note: Paragraf yang di I = flashback
Taehyung bangun dalam keadaan disekitarnya gelap gulita. Dia yakin diluar sana matahari sudah meninggi. Dia mencoba mengingat-ingat dimana dia kini. Meraba sekelilingnya namun tidak ada satu dua barangpun.
Lalu dia memberanikan diri bergerak ditengah kegelepaan. Butuh waktu lama untuknya menemukan ujung ruangan ini. Dan saat jari jemarinya menyentuh tembok dia mencoba menyusuri keseluruhan dinding tembok mencari saklar. Dia tidak betah berlama-lama dalam kegelapan.
Namun sebelum dirinya mencapai apa yang dia cari, bunyi pintu terbuka dari belakangnya terdengar diikuti nyala lampu setelahnya. Dia menatap sekeliling, ruangannya cukup panjang, pantas saja dia kesulitan mencari saklar.
Dia berbalik menatap seseorang yang masih berdiri dibelakangnya. Memegang beberapa barang ditangannya yang ditutupi kain putih dimana Taehyung tidak bisa menebak apa isinya.
Walau demikian dia tidak merasa terancam, atau justru dia merasa dilindungi karena senyum ramah seseorang dibelakangnya yang masih setia menunggunya.
"Pagi tuan"
Ah rasanya dia tidak pantas diperlakukan seperti itu setelah apa yang sudah dia lakukan selama ini. Bahkan Taehyung bisa memastikan luka dialis kanan pria paruh baya itu adalah salah satu ulahnya beberapa tahun silam.
Dia jalan mendekat, menerima satu nampan. Oh harusnya dia sudah mengira apa isi nampannya bukan? Bukankah dulu juga dia pernah diperlakukan seperti ini?
Taehyung akui tidurnya begitu nyenyak semalam. Memang selalu begitu dia diperlakukan dari dulu oleh orang-orang yang sempat dia tipu. Selalu diperlakukan bak raja, selalu diperlakukan selembut ini.
Tersenyum miris saat dia membuka kain putih penutup nampan. Oh seburuk itukah dia dimasa lalu sehingga dia menerima perlakuan baik yang tidak pantas di dapatkan dari seorang yang pernah dia jadikan sebagai target buronannya.
"Ayah"
Satu tetes air matanya keluar sudah. Dia memukul dadanya, rasanya begitu sakit. Ada sejuta rasa bersalah didalam sana yang menumpuk membuat rongga dadanya begitu sesak hingga sesaat dia kesulitan bernafas.
Dia kembali membaca kartu ucapan selamat pagi dari Namjoon yang selalu dia terima setiap dia bangun pagi, dulu.
Dan kini entah kenapa kartu itu justru sangat menakutkan, seperti menerima sebuah kartu kematian yang orang kirim untuknya sebagai ancaman. Seperti menerima beban dipagi hari yang harus dia pikul seharian penuh. Dan jika bebannya tidak diangkat diujung hari nanti maka dia akan terus membawa bebannya untuk menyambut hari esok.
Selamat pagi anak ayah, welcome home♡
Dia menyingkirkan kartu ucapan itu. Bukan sesuatu yang mewah, namun entah kenapa sangat berarti untuknya. Sosok Namjoon adalah sosok pengganti ayahnya yang sudah lama pergi ke surga. Dan justru dia sendiri yang merusak itu beberapa tahun lalu saat menjadikan Namjoon sebagai targetnya.
Betapa bodohnya dia selama ini mengikuti permainan seseorang yang nyatanya sudah mempermainkannya.
Beberapa hari lalu, Taemin membawanya data sebuah kasus dimana semuanya berawal. Kasus dimana ayahnya menjadi salah satu korban yang juga menjadikan Namjoon kambing hitam didalamnya.
Tahun 2013
Taehyung berdiri diujung pintu restoran sepeninggalan ayahnya pergi beberapa menit lalu dengan tugas dadakannya. Padahal mereka sudah lama merencanakan ini yaitu merayakan ulang tahun Taehyung berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART BEAT
Fanfiction"Jangan cemberut gitu ah, gantengnya berkurang nanti" mencolek dagu Jeongguk. "Sudah hampir tiga bulan berlalu, apa kau masih belum mau memaafkanku? Ini demi kebaikan bangsa dan negara loh sayang"