🤰

1.3K 139 2
                                    

🦩🦩🦩












Jeongguk tak henti-hentinya mengagumi pacarnya yang kini berpose indah depan kamera. Dia begitu lihai, senyumannya tidak pernah tidak berhasil membuat Jeongguk gila.

Taehyung terlalu mempesona, dia memang terlahir untuk menjadi model. Dan hari ini dia sedang melakukan potret untuk sebuah iklan. Gerakan badanya sangat luwes. Jeongguk ingin menciumnya detik ini juga.

Siapa pria disampingnya itu? seenaknya duduk dekat Taehyung. Jeongguk ingin sekali mendekat untuk sekedar memberikan satu tonjokan diwajah sok tampannya karena berani-beraninya tersenyum dengan Taehyung.

Oh Jeongguk tau harus apa.

Dia tiarap walau bajunya pasti akan kotor, tidak apa, kau harus membayar untuk sebuah kesenangan bukan? Tangannya mengatur fokus pada lensa yang kini memperlihatkan satu titik merah dibelakang kepala pria disamping pacarnya.

Jika saja telunjuk nakalnya bergerak sedikit mundur kebelakang untuk menyentuh platuk, maka kepala diujung lensa sana akan segera meledak. Namun dia masih berbaik hati, tidak mau kekasihnya kecipratan darah.

"Hentikan itu bocah, fokus. Aku rela melewati waktu tidurku hanya untuk melatihmu"

Jeongguk menatap Yoongi kesal "Pria itu tersenyum padanya!"

Yoongi mendecak dan menjauh untuk mencari tempat teduh. Diatap seperti ini sangat terik. Bocah itu tadi merengek memintanya berlatih menjadi sniper dengan syarat harus ditempat umum atau kalau bisa langsung ke target hidup, bukan papan tembak dilapangan tembak milik ayahnya, makanya dia nurut. Dia pusing jika berdebat dengan Jeongguk. Dan apa dia pikir menjadi sniper segampang itu? Pegang senjata, bidik, tembak, lalu berhasil. Cih. Dia tidak tau saja bagaimana dia hampir menembak kepala Namjoon saat pertama dikenalkan dengan benda panjang yang kini menjadi favoritnya itu.

"Artinya pria bodoh itu baik Jeongguk"

"Baik matamu om"

Jeongguk menatapnya kesal. Baik apanya? Yang ada pria itu sebegitu buruknya dimata Jeongguk. Dan karena Yoongi barusan memujinya, makanya Jeongguk semakin yakin akan menjadikan kepala sialan itu menjadi sasaran empuk untuk peluru pertamanya hari ini.

"Ya iya, mending disenyumin atau dicekek, hayo"

Jeongguk menarik nafasnya. Lain kali dia minta Jimin aja yang melatihnya menembak dari jarak jauh. Om Yoongi malesin. Kalau menembak jarak dekat Jeongguk sudah menguasai, Namjoonlah pelatihnya.

Dan saat Jeongguk beralih pandang ke lensa tadi, dia hampir kelepasan menarik platuk saking kagetnya. Bagaimana bisa Taehyung menyadari keberadaannya? Dan dengan santainya memberikan satu kedipan mata genit untuknya. Astaga Jeongguk dibuat gila di siang bolong seperti ini.

Dia meraba kantong celana karena kini hpnya bergetar.

Kau tidak punya niat untuk membuat kepalanya bolong kan sayang?

You found me?
How?

Wkwkwk
Easy
Aku menyadapmu, biar kau tidak hilang

Hahaha
How dare you😤

Sama siapa?
Om Yoongi

Yes
Dia melarangku menembak cowok disampingmu
Padahal aku iklhas☺️

Hush
Mau lanjut dulu
Semangat latihnya sayang💜

You too💜

Taehyung kembali dengan kegiatannya, begitupun dengan Jeongguk yang kini harus berlatih otodidak karena gurunya saat ini dalam mode mimpi indah.



***



Hosoek lagi-lagi berbuat onar, alhasil Namjoon harus menggunakan caranya didepan kepala polisi yang menatapnya tajam sepertinya menyelidiki sesuatu.

"Kenapa anda terlihat sangat familiar? Seperti seorang buronan"

Namjoon hanya tersenyum memperlihatkan pipi lesungnya. Dalam hatinya dia mengutuk Hoseok yang dengan santainya bersiul disampingnya dengan kedua tangan diborgol.

"Anda bisa pak Jung, muka ganteng begini dibilang buronan"

Kepala kepolisian Jung tersenyum mendengar kalimat barusan "Benar juga. Ok, jadi begini, Hoseok sudah merontokkan gigi tiga anak buah saya" yang merasa giginya rontok menunjukan pada Namjoon sebagai bukti.

Ingin rasanya Namjoon tertawa, ketiga polisi itu memang memiliki ventilasi baru tempat keluar masuknya udara. Gigi depan, entah bagaimana cara Hoseok sehingga letak gigi yang rontok semuanya sama untuk tiga orang.

Namjoon berdiri menyondongkan tubuhnya mendekati pak Jung dengan kedua tangannya bertumpuh pada meja. Mendekati telinga pak Jung, suaranya begitu pelan, memastikan hanya mereka berdua yang tau apa yang mereka bicarakan.

Beberapa polisi menatap mereka tentunya, namun Namjoon tidak peduli. Dengan cekatan dia memasukan sesuatu kedalam kantong milik pak Jung yang kini mengencangkan rahangnya setelah mendengar kalimat ancaman Namjoon.

Namjoon kembali ke tempat duduknya semula setelah ditarik petugas yang menaruh curiga padanya.

"Kembali ke kursi anda"

Pak Jung yang kini menahan diri agar tidak melayangkan satu pukulan ke Namjoon melampiaskan kemarahannya pada ketiga anak buahnya. Dia melempar ketiganya dengan laporan yang entah milik siapa diatas mejanya, dan yang pasti siapapun itu harus mengulang kembali laporannya dari awal karena kertas yang tadi sudah berserakan dilantai kotor.

"Bawa mereka keluar dari sini"

Hosoek dengan senyum pongahnya menyodorkan tangannya yang masih diborgol. Kemudian dia mengambil bungkus rokok dikantongnya, meletakkan satu batang rokok yang diapit bibirnya sebelum keluar dari kantor sialan itu.

"I told ya, you can't catch me"

Namjoon hanya memutar matanya malas dengan kesombongan Hoseok barusan. Dia kerja keras, Hosoek yang menyombongkan diri.

"So, apa kali ini?"

"Nothing special, hanya beberapa bukti kejahatan dia yang berhasil dia sembunyikan dengan jabatannya kini"

Jangan tanya bagaimana Namjoon menemukan semuanya. Dia hebat dalam segala hal, dari sekian banyak data yang dia miliki, semuanya adalah tentang kejahatan beberapa petinggi yang sebetulnya tidak pantas dia miliki. Hanya saja itu satu-satunya jalan sehingga apapun yang dia lakukan akan berjalan mulus selama dia dinyatakan sebagai buronan. Namun sayang hingga sekarang wajahnya masih sulit ditebak. Karena terkadang Namjoon suka merubah penampilannya.

Mereka selalu mengawasi Namjoon, dan dia tau itu. Tapi mereka juga harus memiliki bukti kuat jika ingin membuatnya mati membusuk dipenjara. Untuk saat ini, mereka masih mengumpulkan bukti-bukti agar mudah menangkapnya nanti.

"Biar ku tebak. Kematian istrinya di apartemen xx bukan karena perampokan, tapi dia yang melakukannya"

"Yup, dan dia berhasil menutupinya hingga sekarang. Dan yang paling mengerikan adalah kasus pemerkosaan 5 mahasiswa di kampus xx hingga hamil adalah kasus terbesarnya"










•jassint•

HEART BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang