I need you like a HeartBeat

1.3K 152 10
                                    

🦩🦩🦩


















Tidak

Tidak pernah sedetikpun dalam hidupnya dia membenci Taehyung. Walau pengakuannya seperti itu tentu saja berbeda dengan apa yang dia lakukan.

Kehidupan Jeongguk begitu kosong setelah keluar dari penjara. Setiap detiknya dia semakin menginginkan Taehyung. Tindakan kasar Taehyung seakan tidak pernah terjadi padanya.

Mencoba menghalau rasa gila itu, mencari kesibukan agar bayangan Taehyung pergi. Namun dia punya kuasa apa? Justru malah setiap detik kepalanya digerogoti dengan nama Taehyung Taehyung dan Taehyung.

Setidaknya itu berkurang semenjak dia memutuskan untuk mencari kesibukan di club-nya. Bermain dengan beberapa wanita. Oh bukan bermain dengan cara meniduri mereka, tetapi hanya menerima pemberian mereka. Alias Jeongguk tidak merespon jauh bahkan tidak punya niat merusak tubuh mereka.

Hingga suatu malam dimana matanya menemukan seseorang yang sudah lama tidak dia jumpa. Orang yang begitu dirindukan. Kim Taehyung berada dalam clubnya. Ingin rasanya dia berlari kearahnya untuk memeluknya, meremukkan setiap tulang Taehyung dalam pelukannya hingga keduanya sesak nafas.

Tapi entah pikiran gila darimana dia mempunya ide, ingin melihat reaksi Taehyung. Maka dia menarik tangan gadis depannya yang entah namanya siapa. Membawanya kepangkuannya. Melirik Taehyung dengan ekor matanya, dan benar saja, dia kini mendekati Jeongguk. Dia berharap Taehyung cemburu.

Sejak saat itu dia candu membuat Taehyung mendekatinya. Apalagi saat Taehyung mencoba meminta maaf. Dia akan membiarkan Taehyung terus melakukannya.

Dan saat pria itu mabuk, dia menyuruh Seo-Joon mengantarnya pulang. Jeongguk mengikutinya dari belakang, dan entah apa yang supirnya itu pikirkan hingga membawanya kerumah.

Jeongguk bersyukur ayahnya menerima Taehyung sama sepertinya. Sepanjang malam yang Jeongguk lakukan adalah tersenyum tidak jelas. Hingga keesokan paginya dia sengaja membuka pintu kamar Taehyung dan betapa bersyukurnya dan melihat keindahan itu dipaginya.

Melihat Taehyung yang masih dengan muka bantalnya. Ingin rasanya dia memeluknya, bahkan tangannya sangat gatal menyetuh benjolan dikening Taehyung karena terkena pintu.

'Maaf mendorongnya terlalu kasar'

Setelahnya dia pergi menjauh. Jeongguk membutuhkan Taehyung. Bahkan hanya dengan wajah baru bangun tidurnya mampu membuat Jeongguk segar. Tenaganya seperti baru saja diisi penuh.

Dia menginginkan Taehyung dalam hidupnya, disetiap detiknya, disetiap denyutan nadinya. Yah dia membutuhkan pria itu dalam hidupnya sama seperti detak jantung yang menghidupkannya.

Maka ketika Taehyung memilih opsi merelakan tubuhnya, maka Jeongguk dengan senang hati menerimanya walau lagi-lagi dia menyesal telah membuat Taehyung seperti seorang jalang. Sebanyak apapun dia menghancurkan Taehyung, rasa bersalahnya pun sebanyak itu.

Dan saat Taehyung tidak lagi datang mengemis disitulah dia menyadari betapa bodohnya dia menjadi manusia. Betapa tololnya dia tidak memberikan maafnya pada Taehyung. Karena yang dia pikirkan adalah setelah mendapat maaf Taehyung akan meninggalkannya. Makanya dia mengulur waktu sebanyak yang dia bisa, agar dekat terus dengan Taehyung walau tenyata caranya salah.

Setiap hari Jeongguk tahu kalau Jimin mengambil baju kotornya untuk Taehyung. Tidak apa, setidaknya itu yang bisa dapat dia bantu untuk memberikan ketenangan pada kedua kesayangan.

Setiap hari dia tersenyum bak orang gila saat mengetahui kondisi Taehyung. Oh dan ketika baju kotornya kembali kerumahnya dia pun diam-diam mengambilnya dari keranjang kotor sebelum dicuci oleh para maid. Wangi tubuh Taehyung membuatnya tenang juga. Dia bahkan memakai bajunya dimalam hari, dan keesokan harinya dia menaruhnya ditempat semula.


***



Hari berlalu begitu cepat. Namun kondisi Taehyung masih tetap sama. Belum ada tanda-tanda dia untuk siuman, dua minggu sudah dia masih terbaring lemah. Mereka bergantian menengok ke rumah sakit, kecuali Jeongguk yang tak kunjung pergi dari sana walau dipaksa.

Satu tangannya kini kini ikut terpasang infus. Jika tidak begitu dia pun ikut terbaring di ranjang rumah sakit. Dipasang infus pun karena dimarahi Seokjin kakak Taehyung.

'Pergi dari ruangan ini kalau hanya a buat dirimu sendiri menderita'

Dan yah keluarga Jeon mempercayai Seokjin, satu-satunya yang mempan yang Jeongguk turutin.

"Kakakmu cerewet"

Bertepatan dengan pintu terbuka, dia mengatakan kalau Seokjin cerewet.

"Saya apa?"

Jeongguk berdehem. Membungkukkan badannya sejenak memberi salam.

"Cerewet"

Seokjin tersenyum mendengarnya. Die mendekati Taehyung, mengecup keningnya. Setelahnya bergantian mengecup kening Jeongguk. Entahlah dia menyukai pria berandalan yang tidak mau makan itu.

"Makan siangmu"

Memberinya satu kotak ke Jeongguk. Dia seorang chef jadi masakannya tidak mengecewakan.

"Makasih. Maaf tidak bisa mendatangi pemakaman bunda Kim" ujar Jeongguk sembari menerima bekal makannya.

"Jeongguk, ini sudah satu minggu. Tidak apa-apa, kenapa kau selalu meminta maaf, saya juga berterimakasih karena Taehyung ada yang temani disini"

"Saya hanya"

"Udah habiskan makanannya ok. Calon ayah harus kuat kan" Jeongguk tersenyum mendengarnya.

Yah bunda Kim menghembuskan nafas terakhirnya dirumah sakit minggu lalu. Ada kalanya Seokjin bersyukur setidaknya bundanya tidak tersiksa lagi, yah kepergiannya tentu meninggalkan kesedihan berlipat ganda untuknya.

Dia mencoba tegar, menerima semuanya dengan tabah. Toh cepat atau lambat ini akan terjadi. Hanya bedanya adalah kepergian sang bunda bertepatan dengan kondisi adiknya yang masih terbaring lemah.

Makanya dia bersyukur Jeongguk tidak pernah meninggalkan Taehyung walau hanya sedetik. Karena Seokjin pun tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, butuh uang banyak untuk membiayai rumah sakit Taehyung.

Awalnya dia ingin menendang jauh Jeongguk dari kehidupan Taehyung. Tapi dia bisa apa jika pria itu seperti lintah yang tidak bisa pergi dari Taehyung. Seokjin pun tidak tega melihatnya menderita menunggu dengan sabar Taehyung siuman sama seperti yang lainnya.

Seokjin juga tidak ingin menjadi manusia egois memisahkan Jeongguk dari anaknya walau belum terlahir kedunia. Melihat ketulusan Jeongguk Seokjin tentu saja luluh.

Pundak Jeongguk bergetar. Dia menangis kala menyuapkan masakan Seokjin kemulutnya. Namun itu bukan karena betapa nikmatnya masakan Seokjin melainkan kondisi Taehyung yang tak kunjung baik.

"Kak, kapan dia bangun?"

"Maaf ya kak sudah buat Taehyung menderita"

"Maaf karena aku hampir membunuhnya seperti ini"

"Maaf kare__ hiks, maaf, maafkan Jeongguk maaf"

Seokjin memeluknya erat, membiarkan adik kecilnya menangis dipundaknya. Seokjin mengelus kepala Jeongguk kemudian terkekeh melihat keadaan adiknya itu.

"Telan makanan dimulutmu astaga, jangan membuatku berteriak disini Jeon Jeongguk"


























•jassint•

HEART BEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang