9|ᴍᴇɴʏᴇꜱᴀʟ

1K 238 16
                                        

Pertama kalinya aku bahagia ia memanggilku.

***

Sanji melompat dan melompat, ketika Sanji hampir mendapatkan tubuh (Name) di kedua tangannya, ada tali dari samping.

Sanji langsung menendangnya, Sanji mencoba untuk mencapai tangan (Name).

Bebatuan-bebatuan di lubang itu mulai meretak, mereka terkesiap.

"Aku bisa menangani tali yang melilitku nanti, kamu urus seluruhnya!"

Kaki Sanji mulai berapi.

(Name) menutup mukanya, tali itu keluar secara bersamaan, seluruh  tubuh (Name) terlilit.

"Diable jambe poele afrire spectre!"

Sanji menendang tali itu bertubi-tubi, (Name) membalikkan kedua tangannya dan mendorong tali itu dari mukanya dengan kencang, lalu mecengkramnya.

"Kencang sekali."

(Name) membuka mulutnya ketika ada tali ingin melilitnya (Name) menggigit bagian tali dan memutuskannya dengan cepat.

Juga dengan tali yang ada ditangannya bagian atas tubuhnya lepas dari lilitan.

Karena tendangan Sanji tali-tali mulai melemah, akhirnya (Name) terlepas dan bertahan dengan memegang talinya.

(Name) melihat potongan tali terbakar ke bawah, (Name) melihat ke atas melihat seluruh tali terbakar.

"Referensi yang bagus."

Di tengah-tengah kagumnya dengan pemandangan tali-tali yang terbakar,"(Name) swaaan~"

(Name) hanya cekikikan, (Name) meletakkan kedua telapak kakinya kebelakang, dan lompat.

Sanji berhasil menangkap (Name),"Syukurlah kamu baik-baik saja,"(Name) bernafas lega.

Tali-tali mulai hangus menjadi debu dari atas sampai ke bawah,"Talinya."

Sanji langsung membawa (Name) turun ke bawah.

(Name) langsung berdiri sambil mengambil ponselnya untuk menjadi senter.

Mereka jalan bersebelahan mencari petunjuk.

Krrk!

(Name) mengangkat kakinya dan melihat semacam beling yang bercahaya.

(Name) mengambil satu serpihan beling aneh itu.

Sanji mencoba untuk mencari serpihan yang sama,"(Name) san, sepertinya belingnya mengarah ke suatu tempat."

(Name) menghampiri Sanji, dan melihat serpihan-serpihan lebih banyak lagi.

"Ayo ke sana,"mereka pergi mengikuti arah serpihan-serpihan belingnya, serpihan itu makin banyak.

Mereka akhirnya keluar dari goa, seketika mereka terdiam dengan apa yang mereka lihat.

(Name) langsung memotretnya.

Semacam jantung yang terbuat dari kaca dengan bola putih bercahaya di dalamnya.

Mereka saling bertatapan, (Name) memiringkan kepalanya.

"Berlindunglah di suatu tempat,"pinta Sanji,"apapun mau mu, Sanji kyun~"

Wajah Sanji langsung memerah dan sedikit mimisan,"Ayolah aku hanya memanggilmu dengan tambahan kun."

(Name) memberi tisu kepada Sanji, kemudian pergi berlindung di balik batu.

"Blue walk."

Sanji lompat menuju jantung dari beling tersebut.

(Name) menelpon 911.

Kaki Sanji mulai berapi.

"Bien cuit...."

"Grill shoot!"

Jantung tersebut meretak.

Sanji mendarat dengan heroik, retakan mulai menyebar.

Akhirnya jantungnya pecah.

Bola cahayanya langsung berubah bentuk seperti semacam portal.

(Name) mematikan ponselnya dan menghampiri Sanji.

"Kamu tidak kenapa-kenapa kan?"Sanji mengangguk,"kalau begitu ini perpisahan kita."

"Bagaimana kamu kembali ke atas?"(Name) tertawa,"tak usah pikirkan aku lagi, aku sudah menghubungi bantuan."

Sanji sedikit ragu, (Name) hanya menunggu gerakan selanjutnya Sanji dengan sabar.

Sanji akhirnya memaksa kan dirinya untuk memeluk (Name),"Aku tahu kamu tidak suka sesuatu yang berhubungan dengan fisi-"

"Terima kasih atas pelukannya,"(Name) membalas pelukan Sanji,"terima kasih telah membantuku."

Tak lama setelah itu (Name) melepas pelukannya dan melambaikan tangannya.

Sanji ikut melambaikan tangannya.

Akhirnya Sanji masuk ke dalam portal nya, (Name) hanya bisa tersenyum.

Tiba-tiba terjadi gempa, batu-batu kecil mulai berjatuhan,"Lagi?!"

(Name) lari secepat mungkin ke tempat sebelumnya ia datang, bebatuan mulai berjatuhan.

"Hampir sampai!"

DAAK!

Salah satu batu mengenai kepala (Name).

(Name) terjatuh, (Name) merasakan sesuatu mengalir di kepalanya, namun (Name) tidak mempedulikan nya.

(Name) kembali berdiri, dan berusaha untuk ke tempat sebelumnya, tiba-tiba saja.

GRETAK!

(Name) terkena batu yang terpental dengan keras membuat (Name) makin kabur pandangannya.

(Name) tetap memaksakan dirinya untuk lari, namun (Name) sudah mencapai batas limitnya.

"Aku tidak ingin mati....."

(Name) jatuh pingsan.

Hai semuanya hehe

JANGAN DROP FF AUTHOR PLS INI BLM SELESAI KOK MASIH ADA LANJUTAN 😩

Makasih yg udh vote!

Happy reading kawan 😆

DIFFERENT HUSBUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang