Tuhan, aku sayang mereka..

2.4K 119 1
                                    



Suara kicauan burung yang bertengger di dahan luar jendela membangunkan sosok remaja yang masih terlelap di kamarnya.
Perlahan pemuda itu membuka matanya dan seperti biasa hal pertama yang dia dapatinnya adalah tumpukan bantal yang mengelilingi tubuhnya.
Dia lalu mendudukkan dirinya dan langsung melirik ke arah cermin yang sejajar dengan tempat tidur.
Terlihat dari pantulan cermin itu, rambut kusutnya juga matanya yang menyipit karena menahan silau akibat jendela yang lupa di tutup tirainya.

Puas mengamati penampilannya di cermin dia kemudian melirik jam di dinding.
Dan menghela nafasnya kasar.

Jam delapan.
Untungnya dia tidak lupa kalau ini adalah hari Minggu.

Baru saja dia berniat untuk turun dari tempat tidur, tiba-tiba terdengar pintu di ketuk dari luar.

"Tuan Jimin, sarapan sudah siap.
Saya akan ke supermarket belanja kebutuhan dapur.."
Suara dari balik pintu..

"aku akan segera turun bu."
Jawab pemuda yang bernama Jimin itu asal. Yang penting si bibi atau yang dipanggil ibu olehnya tau kalau dia sudah bangun.
Yang sebenarnya dia tidak mau keluar kamar saat ini.
Dia masih merasa kelelahan setelah  seharian kemarin sibuk di sekolahnya.

...
Tadi malam,disekolah Jimin ada pagelaran besar. Yaitu lomba cerdas cermat antar sekolah se-provinsi.

Tim sekolah mereka terpilih sebagai tuan rumah selain ikut bertanding dengan sekolah lain.
Jimin ada disana.
Tetapi keikutsertaan dia tadi malam bukanlah sebagai siswa yg ikut lomba mengingat dia bukanlah salah satu murid unggulan. Dia di sana karena di tunjuk sebagai seksi penyelenggara.
Sebenarnya yang ditunjuk bukan hanya dia. Mengingat itu adalah pagelaran besar, tentunya ada tim di masing-masing seksi yang telah dipilih.
Jimin sendiri terpilih sebagai ketua seksi peralatan dan perlengkapan bersama dengan rekan setimnya yang tidak lain adalah temannya.

Sebenarnya mereka sudah mempersiapkan segalanya sebelum hari H.
Namun, ketika hari itu tiba atau tepatnya kemarin, sedari pagi temannya itu tidak ada yang muncul. Yang membuat dia kelabakan mengurus semuanya.
Ketika ada yang berhasil di hubungi,dua dari mereka mengaku tiba-tiba sakit.
Tidak mau jika sekolahnya menanggung malu, terpaksa Jimin melakukan semuanya sendiri.
Saking repotnya, Jimin sampai tidak punya waktu untuk sekedar istirahat. Jangankan istirahat, makan pun dia tidak sempat.
Seharian itu dia hanya minum air putih seadanya.

Setengah jam sebelum acara dimulai seluruh utusan dari sekolah lain, begitu juga para juri dan penonton sudah berkumpul di gedung aula sekolah.
Dan untunglah semua akhirnya sudah beres.

Namun di tengah-tengah berjalannya acara, atau di bagian yang enak-enak nya, tiba-tiba mereka semua menampakkan diri, dan ikut berdiri dengan santainya di antara orang-orang lengkap dengan kartu tanda panitia di leher mereka.

Hal ini tentunya membuat Jimin merasa kesal. Dan itu seakan menjadi puncak dari semua yang pernah dia rasakan selama menjadi teman mereka.

Acara itu sendiri akhirnya selesai hampir tengah malam. Karena mereka semua masih mengadakan pesta kecil-kecilan sekedar menghabiskan waktu bersama setelah lomba dan pengumuman pemenang di sebutkan.








...
Jimin atau Kim Jimin adalah anak keempat dari empat bersaudara di rumah ini.
Namun rumah ini kini terasa semakin sepi.
Setelah kakak tertuanya Namjoon memutuskan mengikuti daddy mereka, menangani perusahaan milik keluarganya di luar negeri sana.
Sementara sebelumnya kakak keduanya Hoseok sudah terlebih dahulu meninggalkan rumah untuk kuliah di luar negeri juga.

Dirumah sekarang hanya tinggal dia dan kakak ketiga, Yoongi.

Ada dua orang asisten rumah tangga di sini.
Yang satu bertugas untuk bersih bersih,dan yang lain bertugas mengurus makanan untuk mereka.
Namun keduanya hanya ada di sini dari jam enam pagi sampai jam lima sore saja.
Ini mengingat tidak terlalu banyak lagi yang perlu dilakukan di rumah ini. Berbeda dengan dulu sewaktu mereka semua masih lengkap disini.

Mengumpulkan Cahaya Bintang.. (COMPLETE)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang