04.

879 91 0
                                    

Hari hari berikutnya dilalui Jimin dengan lebih banyak belajar.

Kemana mana dia selalu membawa buku di dalam ranselnya, dan hampir setiap sore dia akan duduk di bangku taman yang berada di tepi sungai tidak jauh dari rumah sambil asik membaca.

Sekarang Jimin sudah harus memakai kacamata jika membaca.

Dua hari yang lalu Jimin mencoba memeriksakan matanya karena setiap dia membaca kepalanya terasa pusing dan pandangannya buram.
Dokter itu yang menyarankan agar Jimin memakai kacamata, untuk dapat membantunya saat membaca.

Saat ini dia juga sudah mulai memilah milah universitas mana yang akan dia tuju.

Daddynya menyerahkan sepenuhnya kepada Jimin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi yang mana dia mau.

"Pilih saja nak, nanti soal biaya akan Daddy urus"
"Atau jika kau ingin kuliah di luar negeri juga boleh.."

Begitulah jawaban yang dia dapat setelah berdebat tiga kalimat dengan daddynya (Kim Daniel) melalui panggilan video.

Sesimpel itulah kehidupan yang di tawarkan oleh orang tuanya.
Tak perlu tanda tanya,dan tak usah membahas perasaan.

Mungkin, pikir Jimin itu jugalah yang mempengaruhi sifat kakaknya Yon sekarang.
Cuek dan memandang enteng segala sesuatu.

Sifat yang jauh berbeda dengan dua kakak tertuanya, kak Nam dan kak Hoby,yang mana masih sempat merasakan arti keluarga sesungguhnya sampai usia dewasa.

Kepergian ibu mereka sangat mempengaruhi segalanya.

Rumah yang dulu selalu menjadi tempat berkumpul dan mencurahkan kasih sayang,kini rumah itu hanya sebuah bangunan mewah saja
Tanpa ada kebahagiaan di dalamnya.

Kakak-kakaknya yang dulu sangat penyayang dan ceria,kini perlahan lahan mulai tidak bisa di kenali lagi.

Jimin sebenarnya tau kalau kalau daddynya masih mencintai sang mommy.
Sebab, wajah daddynya itu selalu mengekspresikan rindu setiap kali Jimin menyebutkan nama mommynya di hadapannya.
Tapi hal itu selalu berhasil di tutupi sang daddy dengan mengungkit kesalahan yang membuat mereka berpisah.

...
"Sampai kapanpun, Daddy tidak akan memaafkan dia.. kesalahannya bukan kesalahan biasa.. dia sudah membuat malu keluarga.."

"Tapi, setidaknya daddy harus ingat bahwa kami membutuhkan mommy"

"Sekarang tidak lagi nak, kalian sudah besar dan harus bisa menerima ini.."
...
Itulah jawaban yang selalu dia dapat dari daddynya, setiap kali dia mengungkit tentang apakah ada harapan untuk mereka kembali seperti dulu.

Jawaban yang nyaris sama juga dia dapatkan dari ketiga kakaknya, setiap kali dia meminta agar mereka ikut membujuk sang daddy.
Mereka hanya pasrah dan lebih memilih mengambil jalan mementingkan masa depan daripada mengingat masa lalu.
Seperti hasutan dari daddy mereka.
Bagi mereka,seolah olah masa depan adalah segalanya.

,....

Hari ini untuk kedua kalinya Jimin mencoba lagi melangkah ke warung itu..

Dan di sana dia mendapati ibu Jena dan Jungkook masih dengan kesibukan yang sama.
Hanya saja bedanya cuaca di luar lebih dingin dibandingkan waktu dia pertama kali ke sini. Ini mengingat sekarang sudah semakin mendekati penghujung tahun.

Sambutan hangat kembali Jimin rasakan dari ibu itu.
Setelah bertegur sapa mereka terlibat perbincangan yang sangat akrab.
Tanpa mereka sadari,
Senyum ceria Jimin saat bercerita dan gelagatnya sukses membuat Jungkook yang berada tidak jauh dari mereka jadi penasaran.
Beberapa kali dia mencoba mendekat untuk sekedar menyapa.
Tapi entah kenapa setiap kali Jungkook ingin mengajak Jimin bicara,yang keluar justru kata kata kasar dari mulutnya, membuat ibunya kesal dan meminta Jungkook sebaiknya mencari kegiatan lain.

Mengumpulkan Cahaya Bintang.. (COMPLETE)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang