naluri pt.2 (end)

1.1K 65 3
                                    

"Aku percayakan dia padamu Jungkook..
Kau adalah satu-satunya yang paling memahami Jimin"
Ucap Kim Daniel sambil menepuk-nepuk pundak Jungkook, sambil terus menatap lekat wajah sang menantu.
Banyak sekali yang masih ingin di sampaikan olehnya.
Tapi, rasa percaya pada Jungkooklah yang selalu terlebih dahulu terucap.

"Tentu saja Paman.. dia segalanya buatku.."jawab Jungkook dengan senyuman sambil menatap ke arah Jimin yang sedang asik bergelayut di sisi Yoongi.

"Kak Yon, aku akan merindukanmu.."
Ucap Jimin, dan langsung mendapatkan usapan di rambutnya dari Yoongi.

"Aku juga akan lebih merindukanmu dik, jaga dirimu baik-baik ya..kakak akan sering-sering menelefon"
Ucap Yoongi dengan nada menenangkan.

Panggilan untuk para penumpang pesawat mulai terdengar, yang artinya sudah saatnya untuk mereka berpisah..

Tidak ada air mata, hanya senyum manis dan lambaikan tangan..

Ini adalah ketiga kalinya dalam rentang satu bulan terakhir,Jimin dan Jungkook melepas keluarganya di bandara ini..

Pertama, ketika hendak melepas Hoseok kembali ke Jerman untuk kuliah..

Lalu yang kedua adalah saat Namjoon dan istrinya hendak pergi berbulan madu, setelah sebelumnya tertunda akibat Jimin yang koma sampai tiga Minggu, Setelah tragedi itu.

Dan sekarang, Kim Daniel dan Sarah..
Mereka harus menyelesaikan semua masalah dengan ibunya Sarah atau neneknya Jimin.
Dan akan di lanjutkan dengan perjalanan bisnis.
Sedangkan Yoongi, sudah menandatangani kontrak selama setahun dengan perusahaan yang bergerak di bidang entertainment di Jepang.

Setibanya mereka di rumah, Jimin langsung di gendong masuk oleh Jungkook begitu turun dari mobil.
Jimin yang terkejut namun senang hanya bisa tertawa lepas.

Begitu memasuki rumah, Jimin di bawa menuju ruang tengah, lalu Jungkook menyalakan musik melalui home teather.

"Apa yang kau lakukan Jungkook?"

"Aku ingin berdansa..dengan kekasihku.."Jungkook berlutut di hadapan Jimin dan meminta tangan Jimin.
Jiminpun tidak bisa menolak tentu saja..
Berikutnya mereka berdua berdansa dengan diiringi musik yang sama, dengan yang mereka dengar di hari pernikahan mereka bulan lalu.

"Apa kau belum puas berdansa waktu itu hah..??"tanya Jimin sambil mengikuti gerakan tubuh Jungkook.

"Mungkin.. tapi yang terutama adalah aku tidak akan pernah bosan dengan momen seperti ini.."

Mereka hanya berdua saja di rumah besar itu, rumah yang sudah di jadikan sebagai hadiah buat pernikahan mereka.

Sedangkan villa milik keluarga Jimin, di jadikan sebagai hadiah untuk orang tua Jungkook
(Jena dan Jackson).

Mereka terus berdansa hingga setengah jam kemudian,
Senyum Jimin tidak pernah pudar dari bibirnya..
Matanya menyapu setiap sudut ruangan dan dinding..
Di sini sudah banyak sekali terpajang berbagai foto, yang menyimpan momen-momen berharga bersama keluarganya dan keluarga Jungkook.

Figura terbesar di ruangan itu, menampilkan momen pernikahan mereka..
Di situ tampak seluruh keluarga besar mereka, yang tersenyum penuh bahagia.
Jimin tidak akan pernah berhenti menikmati foto yang  satu ini.
Di samping foto-foto lainnya tentu saja, karena semuanya menampilkan momen penting dalam hidup mereka.

Jimin tersentak ketika Jungkook semakin mempererat rangkulan tangannya di pinggang rampingnya.

dengan satu gerakan, dia mencumbu leher Jimin.
Membuatnya terpejam dan menengadahkan kepalanya, spontan Jungkook menahan pinggang Jimin, agar dia tidak Jatuh ke belakang.
Dan membuat leher Jimin kian terbuka di depan wajah Jungkook..
Jungkook yang di suguhi pemandangan seperti itu, tidak menyia-nyiakan kesempatan, gerakan lidahnya semakin leluasa, menjilat melebar hingga ke area sensitif Jimin.. telinga.
Lagi-lagi desahan itu terdengar..
Kali ini Jimin tidak di beri ampun.
Jungkook makin meningkatkan irama hisapan dan jilatannya..
Sambil kakinya terus mengayun tubuh Jimin dalam pelukannya..
Jimin bahkan sudah tidak bisa merasakan kakinya lagi.
Menyadari itu, Jungkook menghentikan ciumannya dan menggendongnya..

Mengumpulkan Cahaya Bintang.. (COMPLETE)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang