16.

540 51 1
                                    

"Daddy..!!"

Jimin dengan terburu-buru menuruni tangga menuju pintu depan..
Kim Daniel merentangkan kedua tangannya menyambut anaknya yang meluncur ke pelukannya..

"Apa daddy sengaja ingin membuat surprise? kata kak Yon daddy baru akan sampai nanti malam.."
Jimin belum melepaskan diri dari pelukan sang daddy.
Sementara Kim Daniel sendiri dengan rasa rindu yang dalam, terus menghujani pucuk kepala Jimin dengan kecupan..

"Daddy mengambil perjalanan yang simpel nak, agar tidak membuang waktu."Kim Daniel menengadahkan kepalanya seperti memberikan isyarat.

Jimin awalnya bingung, tapi kemudian dia sadar.

"Helikopter?!"tebak Jimin.

Anggukan Kim Daniel menjelaskan semuanya.

"Aku sepertinya tidak di anggap ya.."
Ucap Namjoon dari sisi lain memperlihatkan wajah sedih yang di buat-buat.

"Kakak..maaf he..he.."
Jimin melepas pelukannya dari sang daddy dan masuk ke pelukan kakak tertuanya itu, dan langsung di hadiahi kecupan di pucuk kepalanya.

"Aku senang sekali.. akhirnya kita semua berkumpul..
Sebentar aku panggil mommy..

Mommy!!
Mom!... Daddy dan kak Nam sudah sampai!!"

"Jim, jangan teriak-teriak..
Ini bukan di hutan.. bangunan ini akan rubuh dengan suara kencangmu itu."
Jena yang menyahut, dia kaget sekali karena Jimin tiba-tiba teriak.

Mereka semua berjalan ke arah ruang tengah,pak Shin mengantar tas mereka ke kamar masing-masing.

Yoongi dan Hoseok datang dari luar dan bergabung.
Sedangkan Sarah terlihat malu-malu datang dari arah dapur.

"Mommy.. ayo sini!!"
Teriak Jimin penuh semangat.
Dia sendiri sedang duduk di tengah antara Kim Daniel dan Namjoon sengaja menyisakan sedikit ruang untuk sang mommy.
Tapi kemudian dia hanya memilih untuk duduk di sisi Namjoon.

"Kau sudah menjadi ceria seperti dulu lagi Jimin.. inilah anak daddy yang selalu daddy rindukan.."

"Ah.. aku sekarang baru percaya kalau yang kulihat di layar handphone kemarin itu memang nyata.."
Ucap Namjoon sambil tersenyum.

"Apa maksudnya??"tanya Jimin mengerutkan keningnya.

"Aku sempat berpikir kalau Jimin yang ada di layar itu berbeda dengan Jimin yang akan kutemui hari ini."

"Aku minta maaf ya, karena sempat membuat kalian semua khawatir.."Jimin mempoutkan bibirnya.
"Untung aku masih sempat belajar melawan ketakutan aneh itu,berkat Jungkook tentunya,he..he..aku pasti akan cepat sembuh dan melakukan aktifitas seperti kalian.. sekarang saja aku sudah kuat makan, ibu Jena sampai harus memasak lebih banyak setiap hari agar aku bisa kenyang..hi..hi.."matanya membentuk seperti garis lurus karena terhimpit oleh pipinya yang chubby saat dia menarik senyumnya selebar mungkin.
"O iya dad, bagaimana hasil pemeriksaan darahku?
Apa hasilnya??"
Jimin bicara bertubi-tubi dengan nada ceria, menampilkan wajahnya yang membulat lucu di dalam balutan syal tebal.

Tapi akhir dari kata-katanya itu sukses membuat semua yang ada di sana terdiam.

"Eh... hasilnya..
Hasilnya tidak terlalu buruk.. ya!
Hanya saja memang harus melakukan tes sekali lagi.. setelah itu cuma perlu dilakukan beberapa proses untuk sembuh"

"Nama penyakitnya apa daddy?"
Mata Jimin menatap penuh tanya, tapi karena tidak ada jawaban, dia mengalihkan pandangannya ke Namjoon.

"Mmm... itu.. itu.. hanya penyakit.. sejenis penyakit penggumpalan darah..
Itu.. ada di otak..iya di otak"
Tergagap-gagap Namjoon menjawab.

"Oh... jadi otakku ya.."mulut Jimin membentuk lingkaran saat mengucapkannya.

"Apa karena itu aku jadi pelupa?"

"Pelupa??"tanya yang lain.

"Iya.. aku sering lupa untuk bangun..
Kalau aku tidur, aku kadang tidak ingat caranya untuk bangun lagi..he..he..."
Dan dia tersenyum lucu lagi.. tanpa perduli dengan ekspresi semua orang.

Ibu Sora tiba dengan nampan minuman di tangan, lalu mereka memilih untuk menikmati teh serta kue kering yang sudah terhidang,
Sedangkan Jimin sudah mulai dengan aksi celotehannya yang riuh.
Dia membahas secara detail semua yang terjadi selama dia di tinggal sendirian di rumah mereka,
Bagaimana dia bergaul, bertemu Tae, hingga akhirnya berjumpa dengan Jungkook serta ibu Jena.
(tentunya tidak semua, karena dia tidak mau jika terjadi keributan saat mereka tau kalau Jungkook pernah membuatnya masuk rumah sakit)

Hanya sesekali saja mereka mengeluarkan suara, saat bertanya tentang yang ingin mereka ketahui, atau menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut si kecil, lalu
Selebihnya hanya ada anggukan atau gelengan kepala saja.

Setelah satu jam lebih, Jungkook memutuskan untuk membawa Jimin kekamarnya, Jimin sudah terlihat lelah dengan wajah memucat.

"Jimin.. saatnya untuk tidur siang..
Ayo aku antar.."
Sejauh ini hanya Jungkook yang paling tau apa yang harus dilakukan kepada Jimin.
Jadi saat dia mengatakan itu, hampir semua yang ada di sana terlihat bingung.

Jimin tidak menjawab, dia menatap satu persatu anggota keluarganya.

"Atau mungkin kau ingin di temani salah satu dari mereka?"tanya Jungkook.

"Eh.. apa aku boleh meminta daddy dan mommy saja.."katanya ragu.

"Aku masih sangat merindukan mereka.."sambungnya.

Dua orang yang di sebut terlihat gelisah, tapi akhirnya mengiyakan permintaan Jimin.
Permintaan yang terdengar aneh memang jika tidak mengingat apa yang terjadi dengan Jimin, tapi sekarang, semua sudah sepakat untuk melakukan apapun untuk Jimin, jadi tidak perlu ada ego untuk saat ini.
....

...
"Dad, apa kak Nam,kak Hoby dan kak Yon sudah cukup untuk membuat daddy bangga..?"

Kim Daniel tersentak dengan pertanyaan Jimin, saat ini dia sedang berbaring di sisi Jimin untuk mengantarkannya tidur.
Sarah yang ada di sisi lain ikut terkejut dengan ucapan sang buah hati.
Jimin merebahkan kepalanya di dada sang daddy, terlihat sudah mengantuk.

"Apa maksudnya Jimin.. daddy bangga dengan semua anak daddy.. termasuk kau.."ucap Daddynya asal.

"aku terlalu takut.."katanya lagi setelah beberapa menit.

"Takut apa,nak"ucap Sarah.

"Ini masih baru buatku, dan waktu akan berjalan.. bagaimana kalau aku tidak sembuh sampai kalian bosan dengan keadaanku?"

"Apa yang kau pikirkan Jimin..kami keluargamu..kami akan melakukan apapun untukmu sayang.. tidak peduli materi atau waktu."

"Aku.. hanya ingin waktu.."Jimin jujur..
Dia sadar,orang tuanya tentu tidak ada masalah dengan uang.. tapi waktu?batinnya merasa kalau waktu terasa sangat berharga saat ini.
Dia memang sangat menginginkan semua ini, keluarga bersatu kembali, mendapatkan perhatian, dan cinta dari orang terbaik..
Tapi... kalau boleh memilih, jangan dengan keadaan seperti ini..
Dia tidak mau sakit, itu menyiksanya.
Bermanja seperti ini.. bukan, bukan karena dia manja, tapi dia merasa saat ini kehadiran mereka bisa membuatnya lupa rasa sakitnya..
Jika saja bukan karena lelahnya, dia sudah menolak saja peraturan tidur siang ini, tapi memang begitulah adanya.. dia lelah.. tidur sejenak akan membuat tubuhnya membaik.
....










Lama update nya..

Aku kemarin selingkuh ke cerita yang lain.
(cover me by your love)
Fokusnya malah lari kesana..

But now im back..
Mari kita lanjutkan kesedihan ini!!

Ups!

💪

Mengumpulkan Cahaya Bintang.. (COMPLETE)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang