Bantu temukan typo.
***
"Selamat pagi." Bu Dona memasuki kelas, dengan tangannya membawa setumpuk kertas dan beberapa buku.
"Pagi Bu." Satu kelas menjawab kompak. Beberapa terlihat hilir mudik kembali ke mejanya.
Bu Dona meletakkan bawaannya ke meja lalu mendudukkan dirinya di kursi guru. "Baik. Sebelum bahas materi, saya mau membagi hasil kuis kemarin," ujar bu Dona menatap satu kelas. "Beberapa nilai ada yang di bawah KKM, di bawah 83, tapi tidak ada yang di bawah 70. Oh iya, kuis kali ini salah satu dari kalian ada yang mendapatkan nilai sempurna."
Bisik-bisik terdengar.
Cellin menyenggol lengan Chika. "Cie ... nilai sempurna euy," godanya.
Pipi Chika merona. "Belum tentu gue." Ia mengelak, walaupun sebenarnya ia sangat berharap yang mendapatkan nilai sempurna itu dirinya.
Bu Dona memanggil satu persatu anggota kelas berdasarkan urutan abjad. Arthur mendapat urutan pertama dipanggil.
Seraya menunggu giliran, Cellin mengajak Chika merumpi "Kalau lo yang dapat nilai paling tinggi, nanti traktir gue ya." Cellin menaik-turunkan kedua alisnya.
Chika mendengkus. "Enak di lo dong!"
"Rangka bagi-bagi rezeki," balas Cellin dengan menyengir.
"Lo dong yang traktir gue kalau lo yang dapat nilai tinggi."
"Mustahil itu mah—" Perkataan Cellin terpotong karena bu Dona memanggil.
"Cellina."
Cellin segera beranjak, sebelum berjalan menuju meja guru ia mengatakan sesuatu kepada Chika. "Nanti kalau nilai gue di atas 85 gue traktir, tapi kalau lo yang dapat nilai sempurna, lo yang traktir gue. Okay deal." Cellin memutuskan sepihak, ia berlalu ke bu Dona dan menerima uluran kertas hasil kuisnya. Ia bersorak senang kala melihat nilai yang ia dapat. "Dapat 86, yeay ... di atas KKM!" hebohnya dengan menatap Chika.
"Chiko." Kini giliran lelaki kacamata itu yang dipanggil. Chiko segera ke depan dan menerima kertas kuisnya dari bu Dona.
"Selamat ya," ujar bu Dona.
Chiko langsung melihat nilainya dan setelah itu tersenyum simpul ke arah bu Dona, lalu ia kembali ke mejanya.
Chika tak memperhatikan kejadian itu. Kehebohan dan kesenangan Cellin masih menarik perhatiannya.
"Deidra."
Kehebohan Cellin seketika reda. Ia dan Chika secara bersamaan langsung menatap Idra yang tengah menuju bu Dona. Sedangkan yang ditatap malah mengalihkan pandangan, tak mau melihat sedikitpun kedua gadis itu.
"Besok-besok di jam pelajaran saya jangan bolos lagi ya Deidra," petuah dari bu Dona sambil memberikan kertas kuis milik anak muridnya itu.
"Iya Bu," jawab lelaki itu seraya menerima kertas kuis susulannya.
"Chika."
Chika segera beranjak demi bisa berpapasan dengan Idra dan ia juga sempat menyengol lengan lelaki itu dengan sengaja. Namun Idra sama sekali tak menggubrisnya. Chika menerima kertas kuis yang diulurkan bu Dona, ia mendesah kecewa kala melihat nilainya. Nilai yang ia dapat bukan nilai sempurna.
Semua nilai kuis sudah dibagikan. Tiba-tiba Arthur memanggil bu Dona. "Maaf Bu, yang dapat nilai sempurna siapa ya? Chika lagi?"
"Bukan gue," sambar Chika cepat seraya menoleh ke arah Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
matema(CH)ika
Teen FictionKehidupan Chika yang sempurna sebagai murid teladan, paling pintar serta kesayangan para guru di sekolah mendadak berubah sejak kedatangan siswa pindahan yang bernama Chiko. Dalam waktu singkat, predikat tersebut diambil oleh cowok berkacamata itu...