PENULUSURAN HARI KEDUA
Bel pulang sekolah berbunyi. Koridor mulai ramai dengan tapak bekas sepatu dan kaki-kaki yang berkeliaran mengarah ke satu arah; menuju arah pulang. Ada yang tampak berlari, berjalan tergesa, berjalan santai dan ada yang terlihat memelankan langkah kakinya seolah tak mau cepat-cepat meninggalkan area sekolah.
Chika menghentikan langkahnya tepat di koridor kelas 11 IPS, ia menyandarkan tubuhnya di salah satu pilar yang ada di sana. Mengambil ponselnya dari dalam tas--memastikan pesannya sudah dibaca oleh sang mama. Kala ia menatap ponselnya lekat, ia mengambil sempat melirik ke segerombolan lelaki di parkiran motor; mengintip kelakuan Amir dan teman-temannya. Mereka acapkali bersiul dan mengerjai murid perempuan yang melewati mereka, lalu setelahnya tertawa terbahak-bahak bersama. "Catcalling!" Chika berdesis, kelakuan mereka keterlaluan.
"Oi Chik."
Chika menoleh, mendapati Cellin. "Ya?" tanyanya menaikkan kedua alisnya.
"Gak balik?" Cellin berdiri di sebelah Chika, mengikuti arah pandang sahabatnya tadi. "Amir CS berulah ya," sahutnya.
"Iyalah gue mau balik, ya kali nggak!" Chika mengalihkan pembicaraan. "Lo tadi ke mana dulu sih?"
Cellin menunjukkan kertas bawaannya antusias. "Gue dapat beberapa kertas dari laci mejanya Idra."
Idra hari ini tidak sekolah, lukanya kemarin pasti belum sembuh. Cellin yang masih tidak terima dengan perkataan Idra kemarin--yang memutuskan pertemanan di antara mereka secara sepihak--mulai mencari petunjuk ataupun informasi mengapa Idra berubah. Dan selepas sekolah ini, Cellin mengobrak-abrik laci meja Idra, mungkin besok gadis itu akan beralih mengobrak-abrik lokernya.
"Kertas apa?" Chika melirik ke kertas-kertas yang dipegang Cellin sambil melanjutkan langkahnya menuju gerbang dan Cellin turut mengikutinya.
Cellin membolak-balikkan kertas yang dipegangnya. "Beberapa kertas jawaban ujian, ada kertas buram sama gambar-gambar. Eh, gambar apa sih ini?" tanyanya menunjukkan salah satu kertas yang terdapat gambar karikatur namun penuh coretan. "Anime ya ini?"
Chika mengambil alih kertas tersebut. Ia mengeryit. "Iya, mirip gambar anime. Perhatiin deh bagian mukanya, penuh luka. Lihat di jidatnya, digambar kayak bekas jahitan, ada plaster di bibir terus ini ... kayak air mata bukan sih?" Ia meminta persetujuan dari Cellin.
"Iya, air mata," balas Cellin heboh.
"Ada lagi nggak gambarnya?"
"Ada nih tapi abstrak gitu, eh ... ini ada gambar lagi, gambar singa sama kucing." Cellin menelisik. "Aneh nggak sih kucingnya kayak sembunyi dari singa di balik pohon ini?" Cellin menunjuk sebuah pohon yang ada di gambaran Idra.
"Iya, kucingnya kayak ketakutan gitu." Chika berasumsi.
Keduanya dipenuhi sama asumsi pikirannya masing-masing. Kini mereka sudah berada di dekat pos satpam.
"Pulang siapa? Dijemput?" tanya Cellin sambil mengitari pandangannya ke mobil-mobil yang berhenti di depan sekolah.
"Nggak. Paling gue nanti naik ojol," balas Chika.
"Bareng gue aja yuk," ajak Cellin.
"Eh nggak usah. Duluan aja. Gue mau ke suatu tempat," cengir Chika.
Cellin mengangguk memahami. "Oke, oke. Gue duluan ya, udah ditungguin soalnya. Bye."
"Bye," sahut Chika sembil mencuri-curi melirik Chiko yang tengah berada di halte seberang. Setelah Cellin pergi, ia mendekat ke halte, lalu mendudukkan dirinya di kursi paling ujung, mengambil jarak sedikit jauh dari lelaki itu yang duduk di kursi tengah halte--untuk meminimalisirkan ketahuan.
Bus berhenti di depannya. Chiko mulai memasuki bus itu, dan Chika ikut berderap masuk selang beberapa saat dan mengambil kursi paling pojok akhir.
Di pemberhentian halte berikutnya--yang Chika ketahui merupakan halte Diponegoro--Chiko berderap turun. Ia mengamati lelaki itu dengan sembunyi-sembunyi dan memutuskan tidak ikut turun, takut ketahuan.
***
Sesampainya di rumah, Chika merebahkan tubuhnya ke ranjang tidurnya. Ia tak menemukan informasi apa-apa dari mengikuti Chiko tadi, hanya menemukan bahwa lelaki itu turun di halte Sudirman.
Ia menegakkan tubuhnya, menggapai tas ranselnya yang tergeletak di samping, menggeledahnya, mencari-cari ponsel yang lupa ia taruh di sisi sebelah mana. Chika mengembuskan napas lelah. Ia sedikit frustasi, mencari seluk-beluk Chiko tak semudah yang ia bayangkan.
Chika menggulir layar ponselnya, membuka aplikasi Twitter dan mulai men-stalking twitter Chiko yang sempat tertunda kemarin.
Tidak susah menemukan twitter Chiko. Nama ID-nya sama seperti ID Instagramnya. Agak sedikit susah menelan fakta bahwa Chiko merupakan tipe orang yang santai dalam membuat akun sosial media, bahkan akun-akunnya itu sesuai dengan nama aslinya serta tidak ada yang dikunci dari khalayak ramai satupun. Lelaki itu sama tidak takut jika hal privasinya diulik-ulik oleh orang lain. Ia seperti membiarkan orang lain menelusuri setiap jangkah, jejak yang tertinggal di setiap akun sosial medianya. Mengingat Chiko bukan tokoh publik, Chika pikir lebih nyaman rasanya jika dengan mengunci akun. Namun di waktu bersamaan Chika juga sangat bersyukur dengan hal itu.
Pengikut Twitternya Chiko sudah terhitung lumayan. Berjumlah 200 orang.
Chika mulai menggulirkan layar ponselnya ke bawah, melihat tweet dan balasan Chiko yang mencapai 500 lebih tweet. Lelaki itu banyak me-retweet berbagai postingan dari klub sepakbola--yang Chika sendiri tak tahu dari negara mana klub sepakbola itu. Selain itu Chiko juga suka me-retweet berbagai lukisan dan komik-komik lucu. Chika dibuat terkekeh membacanya.
Gadis itu mengembuskan napas. Sekali pencet ia akan masuk ke media yang disukai Chiko di akun Twitternya. Namun tangannya tertahan, ia mendengar sesuatu seperti tengah berbisik. Jangan Chika. Ini sudah melewati hak privasi orang ... Jangan. Ia mengibas-ibaskan tangannya dekat telinga kanannya--bermaksud mengusir makhluk tak kasat mata yang tengah membisikinya. Sambil merapal doa, ia memencet laman itu. Ada 113 tweet yang disukai Chiko.
"Untung gak ada yang aneh-aneh," syukur Chika sambil terus menggulir layar ponselnya ke bawah.
***
Untung isinya gak ada yang aneh-aneh.
Relate banget ya guys, cewek tuh cuma modal kasih nama lengkap, semua informasi terinci dapat ditemukan, wkwkwk.
Mungkin di sini ada yang pernah stalking seseorang? Gebetan? Mantan? Atau pacar mantan?
Tapi tetap ingat ya teman-teman, nge-stalking bukan perbuatan terpuji. Dosa. Jadi jangan berlebihan.
Sekian cuap-cuap kali ini, jangan lupa, vote, komen, share dan tandai kalau ada typo.
Terima kasih ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
matema(CH)ika
Teen FictionKehidupan Chika yang sempurna sebagai murid teladan, paling pintar serta kesayangan para guru di sekolah mendadak berubah sejak kedatangan siswa pindahan yang bernama Chiko. Dalam waktu singkat, predikat tersebut diambil oleh cowok berkacamata itu...