'Ji Ah-ya, bagaimana kabarmu? Bisakah kau ke rumah dan kembali ke kamarku, di atas lemari ada tas ransel, kau bisa mengambilnya'
Sebuah pesan singkat masuk dari nomor pria yang mengaku sebagai Paman Il Sung.
"Baiklah, sepertinya aku percaya bahwa dia adalah pamanku"
~
Sebuah tas selempang berwarna putih milik Ji Ah tergantung di tubuhnya, kini dia berada di depan rumah pamannya yang sudah benar-benar tidak berpenghuni.
"Sepertinya paman tidak kembali ke rumah"
Melangkahkan kakinya menuju kamar pamannya, tanpa menyentuh atau membersihkan rumah yang sangat berantakan itu, mencari apa yang dicarinya, mengambil tas tersebut dan membawanya bersamanya.
~
"Kali ini apa lagi"
Hari yang semakin gelap, dan hawa dingin yang mulai menyerang tubuh Ji Ah, tepat pukul 23.13 dia kembali dari kediaman pamannya mengambil apa yang diperintahkan pamannya lewat pesan tertulis yang diterimanya.
Membuka ransel tas itu, dan melihat banyak sekali amplop, dan semua amplop itu berisi uang.
"Ini semua uang yang ku berikan kepada paman, selama ini dia tidak menggunakannya dan menyimpannya?"
Total uang itu sangat banyak, 3 juta won lebih kini berada di tangan Ji Ah, dia mengeluarkan semua isi tas tersebut, dan matanya terfokus pada sebuah foto seorang wanita tengah tersenyum dengan latar belakang tumpukan salju.
"Eomma"
Air mata itu mengalir tanpa diminta, foto yang dia genggam kini adalah foto ibunya saat masih muda, dia melihat dan mengelus foto ibunya, membalikkan foto dan melihat tulisan singkat di balik foto tersebut.
'Cha Hyeon-ah, aku bahagia bisa berlibur. Aku merindukanmu, selamat 100 hari jadi pacaran kita'
Sepertinya foto ini bukan untuk pamannya, melainkan untuk pria lain.
"Appa"
Tangisan Ji Ah menumpah kemana-mana, wajahnya berantakan, hidungnya memerah, bahkan tangisnya makin mengeras.
Ji Ah mengambil kotak yang pertama di beritahu oleh pamannya untuk menyimpan foto ibunya di dalam kotak tersebut bersama dengan foto-foto lainnya yang dia tak kenal siapa mereka. Kotak kayu itu berada di tangan Ji Ah, membukanya lalu meletakkan foto ibunya di dalam kotak tersebut, tapi matanya tertuju pada sesuatu di balik tumpukan foto tersebut ada sebuah kertas putih dan ada sebuah garis berwarna merah yang terlihat sedikit tidak jelas karena warnanya yang hampir memudar dan tertutup foto di atasnya, dia mengeluarkan semua foto tersebut lalu mengambil kertas itu.
"Jungkook, aku menemukannya. Angka #18 itu!"
~
"Jungkook-ah, kau masih lelah?"
Sebuah tepukan hangat berada di punggung Jungkook, dia terlihat sangat gelisah, badannya yang sedikit lebih panas dari biasanya.
"Kau demam?"
Suara wanita itu sedikit meninggi ketika menyadari putranya tengah sakit.
"Istirahatlah, eomma akan mengambilkanmu air hangat dan bubur, isi tenagamu terlebih dahulu lalu kita kan pergi ke dokter"
Wanita cantik itu meninggalkan kamar putranya, Jungkook mendudukkan badannya di kasur dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur yang empuk, mengambil foto ibu kandungnya dan menatapinya.
"Eomma, sepertinya aku sudah bahagia sekarang, tapi aku harus sakit terlebih dahulu"
~
"Kata dokter kau cuman demam biasa, dia sudah memberikanmu beberapa obat, istirahatlah sampai benar-benar pulih, kau tidak perlu ke sekolah dulu Jungkook-ah, paham?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙲𝚁𝚄𝙴𝙻 𝙻𝙸𝙵𝙴
FanfictionLangkah kaki yang terdengar sangat jelas, nafas yang tergesa-gesa menelusuri jalanan malam yang dipenuhi dengan rintik hujan, langkah kaki yang terburu-buru membawanya ke arah tujuan tanpa peta, seakan mengikuti rotasi bumi. "Dasar anak tidak tau...