My Love || 02

254 53 22
                                    

Setelah membereskan barangnya, Allen keluar dari kamarnya. Ia berjalan ke tempat kerja suaminya. Allen membuka pintu ruangan itu. Serim yang sadar langsung menghentikan kegiatannya.

"Ada apa?" tanya Serim lembut.

"Mau makan, tapi maunya di luar."

"Ya, sudah, kamu siap-siap sana."

Allen mengangukkan kepalanya mengerti, ia kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Begitupun dengan Serim namun, tiba-tiba kepala Serim pusing. Ia memegang kepalanya, dia tidak tau penyebabnya apa. Serim berusaha kuat demi Allen.

"Semangat Serim, demi Allen!" kata Serim menyemangati dirinya sendiri.

Setelah siap, Serim turun ke bawah. Ia berpegangan di tangga, kepalanya masih pusing. Ia sedikit tersenyum melihat Allen di ruang keluarga. Serim mengajak Allen langsung pergi cari makan.

Helaan napas terdengar dari mulut Serim, karena Allen memilih tempat duduk di belakang. Allen tidak mau duduk di samping suaminya. Serim hanya bisa bersabar, lalu ia masuk ke dalam mobil.

Selama di perjalanan, Allen sibuk memainkan ponselnya dengan senyum bahagia. Serim melihat dari kaca mobil, ia menghela napasnya. Serim tidak tau apa yang membuat Allen bahagia, dan membenci dirinya. Serim harus yakin suatu saat Allen akan menerimanya.

40 menit kemudian, mereka tiba di restoran favorit keluarga Serim. Serim turun dari mobil, ia membukakan pintu untuk Allen. Allen berjalan terlebih dahulu tanpa mempedulikan Serim. Sangking asiknya bermain ponsel, Allen tidak menyadari ada seseorang yang berlari ke arahnya.

Sret—Serim menarik lengan Allen mendekat kepadanya, membuat sang empu tersentak kaget. Jarak mereka sangat dekat, ada getaran aneh yang dirasakan Serim dan Allen.

"Maaf, saya tidak sengaja."

"Iya, gak papa. Lain kali hati-hati, ya," kata Serim ramah kepada orang itu.

Allen mendorong tubuh suaminya menjauh darinya. "Terima kasih."

"Sama-sama."

Serim dan Allen masuk ke restoran. Salah satu pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku menunya. Serim dan Allen membuka buku menu itu, lalu memesan makanan masing-masing.

"Ditunggu ya, Tuan."

"Baik," balas Serim ramah.

Drrt... Drrt..

Ponsel Serim berdering, lantas ia mengambil ponselnya dari saku celananya. Wajah Serim berubah menjadi datar saat mengetahui siapa yang meneleponnya. Serim me-reject panggilan itu, ia malas meladeninya.

"Siapa?" tanya Allen.

"Mantan kekasihku."

Tidak lama kemudian, pesanan mereka datang. Serim dan Allen segera melahap makanannya, walau mood Serim memburuk karena mantan kekasihnya menghubunginya setelah sekian lama.

Setelah menyelesaikan makannya, atensi Allen tertuju kepada satu orang yang sangat ia kenal. Tanpa berpamitan, Allen beranjak dari tempat duduknya. Serim mengernyitkan dahinya bingung saat Allen beranjak dari tempat duduknya.

My Love || Sellen + Minimo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang