Matahari sama sekali tidak ingin berteman dengan Rara sebentar saja. Padahal jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan tapi panasnya sudah seperti mau membakar saja. Rara menghapus keringat sebesar biji jagung yang menetes dari pelipisnya, sedangkan kakinya terus berlari menuju kelasnya pagi ini. Motornya yang tiba-tiba mogok pagi tadi membuat Rara terpaksa ke kampus dengan angkutan umum.
"Semoga saja dosennya belum datang," bisik Rara. Entah mengapa koridor ini terasa panjang dari hari biasanya. Sejak tadi Rara berlari namun ia tidak kunjung sampai.
Rara menghentikan langkahnya beberapa meter sebelum mencapai pintu kelas. Ia memperbaiki kerudung dan juga mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Setelah memastikan semua baik-baik saja, Rara melangkah cepat menuju kelas.
Betapa terkejutnya Rara begitu mendapati kelas yang sepi, hanya ada Aiza yang sedang memainkan ponsel dan beberapa mahasiswa lainnya yang masih asik bercerita di kelas, termasuk Azlan yang sedang mengerjakan tugas di sudut ruangan.
"Kelasnya sudah selesai Ai?"
"Kelasnya nggak jadi, dosennya rapat."
Rara menghempaskan tubuhnya di kursi samping Aiza. Sejak tadi ia berlari dari gerbang menuju kelas yang berada di antah berantah, keringat sudah membasahi tubuhnya tapi kelas dibubarkan begitu saja."Kamu kok nggak ngabari aku Ai?"
"Eh." Aiza memutar bola matanya, mulutnya menyengir memperlihatkan giginya. Ingin sekali Rara mencubit pipi chubby Aiza yang terlihat menyebalkan itu. "Lupa. Hehe."
Rara mengusap wajahnya sebal. Kalau tau begini lebih baik ia berdiam diri saja di rumah, apalagi ini kelas satu-satunya untuk hari ini.
"Aku sudah mengabarimu tadi." Rara mendongak dan mendapati Azlan yang berdiri menjulang disampingnya. "Tapi sepertinya kamu tidak mengecek ponselmu."
Azlan tersenyum tipis dan berlalu meninggalkan kelas. Sejenak Rara terpaku dengan senyuman itu, namun buru-buru ia menggeleng. Rara merogoh ponselnya dan benar saja Azlan sudah mengiriminya pesan untuk memberitahunya kelas hari ini dibatalkan lima belas menit yang lalu. Rara menyesal tidak mengecek ponselnya dulu tadi.
Rara bangkit namun langkahnya dihentikan Aiza. "Kemana?"
"Pulang."
"Makan dulu yuk! Laper. Habis itu aku anter pulang, kebetulan bawa motor."
Rara berfikir sejenak, perutnya juga lapar setelah berlari dari gerbang tadi. Ia juga butuh minuman untuk membasahi kerongkongannya yang sudah kering kerontang. Rara mengangguk lantas mengikuti langkah Aiza menuju kantin.Kantin tidak terlalu ramai. Rara dan Aiza memilih tempat duduk tak jauh dari pintu masuk kantin dan yang pasti tidak jauh dari sumber angin. Satu gelas capuccino dingin yang Rara pesan lebih dulu tadi sudah tinggal setengah, ia benar-benar kehausan.
"Haus banget Ra?"
"Gimana nggak haus Ai, aku habis lari dari gerbang," adu Rara yang disambut kekehan Aiza.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Pelampiasan✔️
Teen FictionSPIN-OFF Aku (Bukan) Orang Ketiga Ini bukan lagi tentang kisah Naima, Gibran dan Hanum. Tapi tentang Asyura, putri Gibran. Tentang kisah cintanya yang lagi-lagi terenggut oleh sahabatnya sendiri. Akankah kisah cinta orangtuanya kembali berlaku padan...