Malam ini Rara tidak sempat menyiapkan makan malam untuk dirinya dan Genta. Mereka baru saja sampai pukul setengah enam tadi. Perut Rara mulai keroncongan sedangkan Genta belum kunjung pulang dari mesjid. Lelaki itu tadi berkata akan membeli makanan sepulang dari mesjid.Suara derit pintu membuat Rara bergegas menghampiri suaminya itu. Senyumnya sumringah mendapati kresek dengan dua bungkus bakso di tangan Genta. Lelaki itu tau saja apa yang sedang diinginkan Rara padahal ia tidak mengatakan apapun tadi.
"Rara ambilkan mangkuk dulu." Rara sudah melesat ke dapur dan kembali dengan dua buah mangkuk di tangannya. Ia terlihat begitu bahagia mendapat makanan favoritnya itu.
Keduanya kini asik menyantap bakso sambil selonjoran di depan televisi. Layar persegi itu sedang menampilkan sinetron Indonesia yang tengah di gandrungi para ibu-ibu."Gimana tadi Bang? Lucu pasti anak-anaknya?" Tanya Rara.
Genta menghentikan kegiatannya menyuap bakso. Ia memutar tubuhnya menghadap Rara. "Banget Ra. Apa lagi kembar gitu, Abang jadi gemas," balas Genta dengan wajah berbinar.Rara tiba-tiba merasa sedih. Ia menunduk memainkan sendoknya. Apa sebegitu sukanya Genta dengan anak-anak? Apa ia sudah sangat ingin memiliki anak?
Genta merasa heran dengan tingkah Rara yang tiba-tiba diam. Perempuan itu asik memainkan sepotong bakso yang tertinggal di dalam mangkuknya. Memang sudah menjadi kebiasaan Rara menyisihkan bagian favoritnya untuk dimakan terakhir. Hal itu membuat sifat jahil Genta muncul. Lelaki itu menyambar sepotong bakso milik Rara yang hendak di suap oleh perempuan itu.
Gerakan tiba-tiba yang dilakukan Genta membuat pipi keduanya tidak sengaja bersentuhan. Rara tersentak dengan kedua pupil melebar. Jantungnya berdegup kencang dengan perlakuan Genta. Sedangkan lelaki itu terlihat asik mengunyah bakso milik Rara.
Jarak mereka yang begitu dekat membuat Rara menahan napasnya. Wajahnya terasa panas dan berubah merah seperti kepiting rebus. Matanya tidak berkedip menatap Genta yang terlihat begitu menawan dari jarak sedekat ini.
Detik berikutnya Rara tersadar, ia memukul lengan kekar itu marah. "Abang, itu kan bagian favorit Rara, sengaja Rara sisihkan buat dimakan terakhir," protes Rara dengan bibir mengerucut sebal. Apalagi itu satu-satunya yang tersisa, sedangkan mangkuk milik Genta sudah ludes beserta kuahnya.
Genta yang baru saja menelan bakso hasil rampasannya merasa bersalah dengan ulahnya. Ia hanya berniat menjahili istrinya itu, tapi ia sadar yang ia lakukan salah. Genta menggaruk pelipisnya yang tiba-tiba gatal. "Maaf Ra. Abang hanya..hanya.."
Rara meletakkan mangkuk baksonya dengan kesal. Hal itu semakin membuat Genta merasa bersalah. "Abang belikan lagi, ya. Jangan marah."
Rara menatap Genta tak percaya. Sejujurnya ia tidak benar-benar marah. Ya walaupun ia kesal bagian favoritnya dirampas begitu tapi sebenarnya Rara hanya sedang mencoba menutupi rasa gugupnya. "Tapi ini udah malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Pelampiasan✔️
Novela JuvenilSPIN-OFF Aku (Bukan) Orang Ketiga Ini bukan lagi tentang kisah Naima, Gibran dan Hanum. Tapi tentang Asyura, putri Gibran. Tentang kisah cintanya yang lagi-lagi terenggut oleh sahabatnya sendiri. Akankah kisah cinta orangtuanya kembali berlaku padan...