Bab III

565 65 1
                                    

Salah satu tempat yang paling nyaman bagi Rara di kampus ini adalah perpustakaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salah satu tempat yang paling nyaman bagi Rara di kampus ini adalah perpustakaan. Selain tempatnya yang adem, sepi, yang pasti ada Wi-Fi yang bisa ia akses untuk mengerjakan tugas. Minusnya ya ia tidak bisa membawa makanan ke sini.

Setelah satu jam berkutat dengan buku-buku, akhirnya Rara bisa menyelesaikan tugasnya. Menutup laptop, melepas kaca mata lantas meregangkan ototnya yang terasa kaku. Jam baru menunjukkan pukul dua siang, tapi perpustakaan sudah sepi. Tak banyak meja yang terisi.

Rara membereskan beberapa buku yang tadi digunakannya. Ia bangkit dan beranjak untuk mengembalikan buku itu ke tempatnya. Setelah mengembalikan buku, Rara kembali untuk mengambil tasnya. Kelasnya sudah selesai untuk hari ini, ia berniat pulang dan menghabiskan sorenya dengan Sang Bunda.

Rara menghentikan langkahnya beberapa meter dari meja. Meja yang tadinya kosong itu kini sudah di isi seorang lelaki yang sedang membaca sebuah buku. Meskipun posisinya yang membelakangi Rara, namun gadis itu tau siapa yang duduk di sana.

"Azlan?" Benar, lelaki itu tersenyum hangat membuat jantung Rara berdesir melihatnya.

"Tas kamu?" Tunjuk Azlan pada tas Rara yang tadi ia tinggalkan di atas meja.

"Iya," jawab Rara salah tingkah. Ia tidak menyangka bisa bertemu Azlan di sini.

"Mau pulang?" Tanya Azlan lagi.

"Iya." Rara buru-buru menyambar tasnya, "aku duluan ya."

Rara melangkah pergi dengan perasaan tak terima. Ia masih ingin mengobrol dengan Azlan, tapi tidak mungkin berada di tempat ini berduaan dengan lelaki yang bukan mahramnya.

"Hai!" Rara hampir saja meloncat kaget begitu Azlan sudah berada disampingnya dengan kedua tangan berada di dalam kantong. "Kenapa sendirian? Temanmu kemana?"

"Aiza maksudnya?" Azlan mengangguk, "Dia sedang sakit hari ini." Hening, hanya derap langkah kaki yang terdengar menemani perjalanan keduanya. Lama-lama Rara merasa canggung berjalan berduaan dengan Azlan. "Kamu tidak jadi membaca?"

"Hah?"

"Bukannya tadi kamu ke perpus untuk membaca buku?"

Azlan terlihat salah tingkah, ia menggaruk pelipisnya untuk menghilangkan rasa salah tingkahnya. "Bukunya nggak seru," jawab Azlan asal.

Rara tertawa melihat tingkah Azlan yang lucu menurutnya, apalagi dengan wajah salah tingkah Azlan. "Kamu tau Azlan, buku di perpustakaan itu ada beribu jumlahnya, kalau kamu tidak menyukai satu kamu bisa cari yang lain." Rara menggeleng kecil untuk menghentikan tawanya.

"Kamu cantik kalau tertawa."

"Hah?" Rara menghentikan langkahnya dengan wajah terkejut. Apa telinganya baru saja mendengar pujian dari Azlan. Rara tiba-tiba merasakan kedua pipinya memanas dan jantungnya yang berdegup dua kali lipat dari sebelumnya.

"Wajahmu memerah? Kamu baik-baik saja."

Rara menunduk dalam. "Aku baik-baik saja, aku duluan ya. Assalamu'alaikum."
Rara langsung meninggalkan Azlan dengan kepala tertunduk. Sungguh ia sangat malu. Rara menangkup kedua pipinya yang masih memanas akibat ucapan Azlan tadi. Azlan baru saja memujinya cantik.

♪♪♪

Rara mendesah kecewa, ia baru saja kembali dari melaksanakan sholat zuhur begitu hujan turun dengan deras. Sialnya lagi Rara tak membawa payung hari ini. Rara melirik jam di pergelangan tangannya, masih pukul satu jadi ia memutuskan menunggu sejenak dan berharap hujan segera reda.

Rara menyandarkan tubuhnya di salah satu pilar yang ada di teras Mesjid. Matanya menatap lalu lalang mahasiswa di depannya. Beberapa diantara mereka terlihat santai dengan payung warna-warni yang melindungi, sedangkan beberapa lagi terlihat nekat menerobos hujan yang cukup lebat ini. Jika saja Rara tidak ada kelas setelah ini, mungkin ia akan melakukan hal yang sama. Menerobos hujan.

"Deras ya Ra?" Rara memutar tubuhnya dan mendapati seorang gadis bertubuh mungil berdiri di sampingnya. Gadis yang baru saja menyapanya.

"Iya Mi," balas Rara. Dia Rahmi, mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni. Mereka pernah satu kelas pada mata kuliah umum di semester awal dulu. Rara dan Rahmi terlibat perbincangan ringan sambil menunggu hujan reda. Tidak hanya ada mereka berdua, beberapa orang terlihat juga melakukan hal yang sama.

Ketika asik mengobrol, Rara tidak sengaja menangkap kehadiran sosok yang menurutnya aneh berada di lingkungan ini. Rahmi mengikuti arah pandang Rara dan menemukan Genta yang sedang berbincang dengan seorang laki-laki yang Rahmi ketahui sebagai ketua umum UKK di kampus mereka. "Sudah beberapa bulan belakangan dia sering datang Ra, kelihatannya diskusi gitu sama Bang Luthfi. Beberapa kali juga ikut curi-curi dengar acara kajian Dhuha di sini," lapor Rahmi.

Rahmi memang salah satu anggota Unit Kegiatan Kerohanian dan sering ikut kajian-kajian Dhuha yang diadakan di kampus mesjid. Rara mengalihkan perhatiannya pada Rahmi, keningnya terlihat berkerut tak percaya dengan apa yang Rahmi katakan. "Untuk apa di curi-curi dengar?"

Rahmi bergidik, "Entahlah, tapi dari yang aku lihat, dia ada ketertarikan dengan Islam."

Rara terkekeh kecil? Ketertarikan? Pemuda zaman sekarang? Sulit di percaya. Paling tidak jauh-jauh karena cinta. Kasus seperti ini sudah tidak asing lagi di Indonesia.

"Sudah reda Ra, aku duluan ya, Assalamu'alaikum." Rahmi pamit dan berlalu menerobos sisa-sisa hujan yang sudah tidak sederas tadi. Rara mengangguk dan menjawab salam Rahmi. Sebelum mengikuti langkah Rahmi, sekali lagi Rara memutar pandangannya pada Genta yang kebetulan juga tengah menatapnya. Mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Lelaki itu tersenyum simpul.  Hanya sepersekian detik sebelum Rara mengalihkan pandangannya dan bergegas melangkah menuju kelasnya.

  Hanya sepersekian detik sebelum Rara mengalihkan pandangannya dan bergegas melangkah menuju kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam penuh sayang
Mira Yulia

Ig : @mira_yulia31

Bukan Sekedar Pelampiasan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang