Suara grasak-grusuk yang berasal dari meja di seberangnya menarik perhatian Aiza. Keningnya berkerut melihat Rara yang terlihat tergesa-gesa menyiapkan barang-barangnya. Aiza memutar kursi kerjanya menghadap Rara yang masih belum menyadarinya. "Mau kemana Ra?"
Rara menghentikan pekerjaannya sejenak, ia terlihat berfikir sebelum menjawab pertanyaan Aiza. "Ee. Itu, mau ke kantor Papa."
Aiza mengangguk dan memilih untuk melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Rara yang baru saja menyelesaikan menyiapkan barangnya kini beralih menatap ponselnya. Jemarinya dengan lincah mengetik sebuah pesan dan mengirimnya untuk seseorang di seberang sana.
"Aku pergi dulu ya Ai, maaf nggak bisa makan siang bareng. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam." Aiza melambaikan tangannya hingga Rara masuk ke dalam mobilnya.
Tak berapa lama setelah kepergian Rara, azan Zuhur berkumandang menghentikan pekerjaan Aiza. Gadis itu melirik jam sejenak sebelum beranjak menuju kamar mandi. Kemudian menjalankan kewajibannya di sebuah ruangan kecil yang mereka jadikan sebagai Mushola.
Begitu kembali, Aiza menemukan sosok Genta yang sedang celingukan. Mungkin sedang mencari Rara, pikirnya. Tapi apa Genta tidak tau kalau istrinya itu sedang mengunjungi papanya.
"Bang Genta cari Rara?" Tanya Aiza. Genta mengangguk, tadi pagi ia sempat berjanji untuk menjemput Rara dan makan siang bersama. Tapi ia tidak menemukan istrinya itu di sini.
"Rara udah keluar dari setengah jam yang lalu, katanya mau ke tempat om Gibran. Abang nggak tau?"
Genta mengerutkan keningnya bingung. Tempat Gibran? Kenapa ia tidak tau tentang hal itu. Apa Rara lupa dengan janji mereka untuk makan siang bersama?
Genta merogoh kantongnya untuk mengeluarkan ponsel yang belum ia sentuh sejak pagi tadi. Ia mendesah kecil ketika menyadari kesalahannya. Aiza yang melihat itu hanya memandang Genta dengan sorot bertanya.
"Saya yang tidak cek ponsel, Rara sudah mengirimkan pesan." Wajah Genta menyorotkan kekecewaan. Ia kira bisa menghabiskan waktu bersama Rara hari ini. Setelah berpamitan pada Aiza, lelaki itu berbalik dan kembali ke tempat kerjanya.
♪♪♪
Sudah seminggu terakhir ini Aiza merasa ada yang aneh dengan sikap Rara. Sudah beberapa kali dalam seminggu ini ia terlihat begitu sibuk mondar-mandir kantor papanya. Untuk alasannya, Aiza tidak mengetahuinya. Rara hanya tersenyum tipis setiap kali Aiza menanyakannya.
Hari ini, seperti beberapa hari belakangan, Rara dengan tergesa membereskan barang-barangnya. Padahal saat ini jam masih menunjukkan pukul setengah tiga sore. "Mau ke kantor Papa kamu lagi, Ra?" Tebak Aiza tepat sasaran. Rara tersenyum singkat. Dari senyuman itu Aiza yakin ada sesuatu yang sedang Rara sembunyikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Sekedar Pelampiasan✔️
Teen FictionSPIN-OFF Aku (Bukan) Orang Ketiga Ini bukan lagi tentang kisah Naima, Gibran dan Hanum. Tapi tentang Asyura, putri Gibran. Tentang kisah cintanya yang lagi-lagi terenggut oleh sahabatnya sendiri. Akankah kisah cinta orangtuanya kembali berlaku padan...