Bab IV

449 61 1
                                    

Rara menjatuhkan tubuhnya di tepi jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rara menjatuhkan tubuhnya di tepi jalan. Napasnya ngos-ngosan setelah mendorong motornya sejauh dua ratus meter. Ia baru saja kembali dari rumah Aiza untuk mengerjakan tugas kelompok. Di perjalanan pulang motornya tiba-tiba mogok, padahal baru Minggu lalu Rara membawanya ke bengkel. Motor butut, sepertinya sudah saatnya Rara mengganti dengan motor baru.

Rara mengipasi wajahnya yang terasa panas akibat terik matahari yang membakar wajahnya. Cuaca akhir-akhir ini memang sangat panas. Efek global warming memang sangat terasa saat ini.
Rara menatap jauh ke depan, sejauh matanya memandang ia tidak menemui bengkel yang bisa memperbaiki motornya. Orang-orang yang berlalu lalang pun hanya menatapnya sekilas dan berlalu. Mana Rara tidak mengerti mesin sama sekali. Jika begini ceritanya, besok Rara baru bisa sampai dirumahnya. Terlalu lebay, memang.
Sebuah angkutan umum berhenti tak jauh dari tempat duduk Rara. Seorang lelaki dengan ransel besar turun dari atas angkutan itu. Rara mengenalnya, dia lelaki yang sering mengganggunya di kampus, siapa lagi kalau bukan Genta.

Genta yang sudah melihat Rara sejak didalam angkutan tadi langsung menghampirinya. "Motornya kenapa?"

"Mogok," jawab Rara lesu, keadaan tidak tepat untuknya cuek seperti biasanya.

"Kamu sudah cek minyaknya?" Tanya Genta. Lelaki itu terlihat memperhatikan motor Rara.

"Baru saja di isi tadi pagi," jawab Rara. Dalam hati ia sangat berharap Genta bisa membantunya.

"Boleh saya cek?" Rara mengangguk cepat. Gadis itu menghembuskan napas lega, setidaknya ada seseorang yang mau membantunya. Sejak tadi, orang-orang hanya menatapnya sekilas lantas melengos pergi.

Genta terlihat fokus mengotak-atik mesin motor yang tidak dimengerti Rara sama sekali. Fokus Rara malah beralih pada ransel besar yang terletak di samping kakinya. Rara merasa aneh, mengapa Genta membawa tas sebesar ini?

"Kamu dari mana?" Tanya Genta memecah keheningan yang sempat tercipta. Sedangkan mata dan tangannya masih asik memperhatikan dan mengotak-atik mesin motor Rara.

"Dari rumah Aiza," balas Rara. Ia tidak mungkin judes pada seseorang yang tengah membantunya, meski sebenarnya ia tidak terlalu suka dengan lelaki di depannya ini.

Genta mengangguk. Keheningan kembali tercipta. Genta kehabisan bahan untuk diobrolkan. Tapi berada di posisi seperti ini membuatnya canggung.

"Kapan terakhir kali kamu cek?" Sekali lagi Genta mencoba memecah keheningan.

"Apanya?"

"Cek motormu."

"Oh, Minggu lalu baru dibawa Qhaliz ke bengkel, tapi entah kenapa tiba-tiba mati begitu saja di pengkolan sana," tunjuk Rara ke arah pertigaan.

"Sepertinya ada masalah dengan mesinnya." Genta menjauh dari motor Rara, tangannya hitam terkena oli. "Kita harus bawa motor kamu ke bengkel."

Rara menatap Genta kecewa, ia kira lelaki ini bisa memecahkan masalahnya, ternyata tidak. Kalau masalah membawa ke bengkel dari tadi ia juga tahu. Masalahnya bagaimana cara ia membawa motor ini ke bengkel sedangkan tidak ada bengkel terdekat disini.

"Saya tidak bawa alat untuk memperbaiki motormu, kita harus ke bengkel," ucap Genta mencoba menjelaskan.

"Dalam tas Abang yang sebesar ini tidak ada satupun yang bisa membantu?" Tanya Rara sambil menunjuk ransel besar milik Genta. Genta menatap tasnya lalu menggeleng kecil. Rara menyipitkan matanya curiga, apa yang dibawa Genta dengan tas sebesar ini.

"Ya sudah, begini saja. Kamu bisa pulang dengan taksi, untuk motormu biar saya yang urus," putus Genta akhirnya.

"Eh, nggak bisa gitu dong."

"Kenapa? Kamu meragukan kejujuran saya?" Tanya Genta. Rara gelagapan, tidak tau mau menjawab apa. Ya bagaimana, ia tidak mengenal Genta begitu dekat. Bukan ingin su'udzon, tapi bagaimana kalau Genta berniat buruk. Ia kan hanya ingin berjaga-jaga.

"Kamu tidak perlu khawatir, apa perlu saya berikan KTP untuk jaminan?"
Rara masih terlihat ragu, tapi tidak ada pilihan lain selain itu. Hari sudah semakin sore, orang yang berlalu-lalang pun seperti enggan membantunya, hanya Genta yang mau saat ini.

"Tidak perlu, Saya percaya," jawab Rara akhirnya.

Genta tersenyum kecil. "Ya sudah, saya akan carikan kamu taksi."

"Pulanglah! Saya akan urus motormu."
Rara pasrah begitu Genta menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat di hadapan mereka. "Terima kasih Bang."

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhSalam penuh sayangMira Yulia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam penuh sayang
Mira Yulia

Ig : @mira_yulia31

Bukan Sekedar Pelampiasan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang