4. SALAH KOSTUM

62 42 15
                                    

Semenjak kedatangan Paman Joz, Dady angkat setidaknya mengetahui kegiatan Nira dan keluarganya secara garis besar. Tentang Nira yang sudah mulai menyukai balap liar dan sesuatu yang berbau kekerasan. Lalu dady angkat berharap Nira tidak melakuka hal-hal yang berbahaya lagi, apalagi saat ini tidak ada yang bisa menjaganya.

Sampai akhirnya Nira memilih tidak keluar rumah beberapa hari dan sibuk mendekor kamarnya ditambah lagi Nira harus fokus untuk kelulusannya yang tinggal beberapa minggu lagi.

Setelah puas belajar akhirnya Nira keluar kamar dan melatih tubuhnya secara diam diam, berharap mampu beraksi seperti kedua orang tuanya. Dengan menggunakan samsak yang berada di taman bagian belakang, Nira terus berusaha berlatih dari sore hingga malam hari bahkan terkadang pagi dia luangkan untuk berlatih, tentu hal ini hanya diketahui olehnya dan juga para pelayan yang ada.

Jam makan malam sudah hampir tiba dan Nira memutuskan kembali ke kamar untuk membersihkan diri.

"Dad, mobil silver yang ada di parkiran punya siapa?" Tanya seorang pria sambil melangkahkan kaki masuk ke dalam mansion.

Nira yang tidak jauh dari tempat perbincangan kedua orang itu langsung menengok ke sumber pertanyaan sambil mengelap keringat yang masih bercucuran dengan handuk kecilnya.

"Adik tirimu, ada apa? Jangan bilang itu mobilmu?" Tanya dady dengan penuh selidik.

"hmm dulu, sejak kapan dady punya anak angkat? Dia dad?" Tebak pria itu sambil menunjuk sosok asing yang sedang mengalungi handuk dan menyeka keringatnya. Tidak salah lagi pria itu memang sedang menunjuk Nira.

Dady Lysa mengangguk pelan sembari menengok ke arah yang ditunjuk anak prianya itu, "mungkin seminggu, kalian kenalan saja dady mau ke ruang kerja. Jangan lupa kita makan bersama okey." Ucap Dady Lysa sambil melangkahkan kaki ke ruang kerjanya.

"Sepertinya aku akan keluar dengan adik-adik saja." Bukannya mengiyakan perkataan ayahnya, pria itu malah menolak secara halus. Tapi dadynya sama sekali tidak menolak permintaan anak pertamanya itu dan tetap berjalan santai menuju ruang kerjanya.

"Perkenalkan namamu adik tiri, atau mungkin Baby?" Sindir pria itu sambil melangkah mendekati Nira yang menampakkan wajah malasnya.

"Apa kau dendam dengan kekalahanmu? akan ku kembalikan mobilnya jika kau mau Zion." Ucap Nira sinis terlebih menekan kata terakhir dengan langkah kaki mendekat ke arah pria yang mungkin 5 tahun lebih tua darinya. Tentu saja dia ingat siapa pria yang ada dihadapannya. Bisa dibilang pria pemberi mobil mewah.

"Kau hanya tidak mengabariku untuk tanding ulang Baby. Lupakan saja, perkenalkan Zidan Onterius Qurmnel, kakak tiri tertuamu." Dengan tatapan yang sedikit menunduk karena perbedaan tinggi diantara keduanya, sambil menjulurkan tangan kanan.

"Nira Ruis, salam kenal BangZid" Balas Nira singkat dengan menjabat tangan kakak tirinya dan tersenyum licik.

"Serah lu, sana mandi ayo keluar. Ajak juga Lysa." Seru Zidan sambil mengusap kasar pucuk kepala Nira.

"Yayaya." Ucap Nira santai sambil menatap malas kakak tirinya lalu berjalan menjauh menuju kamarnya sedangkan Zidan hanya melihat adik tirinya dengan senyum miring yang terukir di wajahnya.

Tidak perlu menunggu lama akhirnya Nira turun kembali dengan jumper putih oversize dan celana ketat hitam di atas lutut.

Nira berjalan santai menuju ruang tengah dimana kakak tirinya sedang bersantai sambil melihat siaran televisi dengan segelas anggur yang dijepit diantara jari tengah dan telunjuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nira berjalan santai menuju ruang tengah dimana kakak tirinya sedang bersantai sambil melihat siaran televisi dengan segelas anggur yang dijepit diantara jari tengah dan telunjuk.

"Mana Lysa?" Tanya Zidan dengan santai sambil menggoyangkan pelan gelas anggur yang ada di tangan kanannya saat melihat Nira mulai berjalan ke bawah.

"Di kamar, dia males keluar katanya."

"Okelah, kita berdua saja kalau begitu." Tidak perlu menunggu lagi, akhirnya Zidan menghabiskan satu tegukan anggur yang sudah ada di tangganya lalu berdiri dengan santai.

Nira yang sudah berada di dekat Zidan langsung menyejajarkan dirinya dan berjalan bersama.

"Lu ingin makan sesuatu?" Tanya Zidan sambil menoleh ke arah Nira yang berada di samping kanannya.

"Tidak, terserah aja."

Tanpa menjawab Zidan terus melangkah dan masuk ke dalam mobil dengan tenang, diikuti dengan Nira.

Tidak seperti balapan kemarin, kali ini Zidan melajukan mobil dengan kecepatan sedang serta diputarnya melodi klasik yang menjadi kebiasaanya.

"Ehm, aku turut berduka mengenai keluargamu. Jika kau perlu sesuatu kabari saja, oke." Ucap Zidan memecah keheningan sambil menyodorkan kartu namanya.

"Aha makasih bang." Jawab Nira gugup sambil membaca kartu nama yang baru saja di sodorkan kakak tirinya itu.

"Oh iya, mau gak balapan lagi? Pasti gue bisa banget menang sih!" Seru Zidan dengan semangat sambil melirik Nira yang masih saja menundukkan kepala.

"Cih, jangan ngarep menang deh bang! Seri aja belum tentu bisa!!" Ceplos Nira dengan santainya sambil melirik abangnya yang fokus mengemudikan mobil.

"Anak bau bawang banyak gaya lu! Paling juga belum punya SIM!"

"Bodo! Bang mau makan di mana anjir! Kok kayak diner ala ala mewah gitu sih! Baju gue gak masuk dong!" Protes Nira melihat Restoran yang baru saja dimasuki kakak tirinya itu.

Nira yang panik bahkan tidak bisa mengontrol mukanya, bahkan dari awal berangkat dirinya tak sadar kakak tirinya itu mengenakan kemeja bahkan menggunakan jaz yang begitu rapi.

"Oh lihat, ada sedang panik hah? Santai aja, jadilah dirimu sendiri." Ceplos Zidan yang bahkan tidak membuat adik tirinya tenang.

"Gila aja! yang ada malah gue dikira pembatu lo bang! Ah bodo deh!" Dengus Nira kesal sambil melipatkan kedua tangannya menunggu abang yang satu ini mencari tempat parkir yang sesuai.

"Santai aja dong Baby." Ucap Zidan dengan nada mengejek sambil mematikan mobilnya.

"Euh!"

"Gak usah sok malu, pede aja. Gak buruk juga kok style mu." Ucap Zidan tersenyum santai sambil membuka pintu dan melirik kearah adik tirinya yang sedang cemberut.

Akhirnya Nira dengan berat hati turun dari mobil dan sama sekali tidak peduli dengan tatapan aneh yang bahkan langsung diterimanya sejak turun dari mobil.

"Sial bisa bisanya salah kostum." Dengus Nira kesal, apalagi saat ini begitu banyak pasang mata yang melihat kearahnya dan juga abang tirinya itu.

"Santai aja, di balapan kemarin juga banyak yang liatin. Enjoy your time." Balas Zidan santai sambil melangkah mencari tempat yang mereka inginkan untuk menikmati hidangan makan malam.

Mendengar itu Nira sedikit tersadar bahwa memang dirinya sudah biasa menjadi pusat perhatian, walaupun sebenarnya tidak sememalukan ini. Akhirnya Nira membiarkannya saja dan berkeliling dengan santai sampai akhirnya mereka memilih di bangku outdoor dengan pemandangan langsung ke perkotaan yang penuh dengan gemerlap lampu kota.

_____

HAPPY READING GUY

WHO AM I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang