13. BERHASIL

18 12 0
                                    

"MANA JAMES GILA!" Teriak Nira sambil menuruni arena pertarungan dengan wajah yang merah padam.

Seakan badannya yang sudah remuk itu kembali memiliki tenaga dalam sekejap. "Oh shit!" Umpat Nira saat dirinya kembali merasakan pening dikepalanya.

"Heyy, santai dulu adik kecil. Kau tau bukan, James itu segila apa, dia hanya mengujimu. Selesaikan sesi terakhir ini dan kau bisa bebas berlatih disini sesuai dengan ketentuan." Ungkap Hildan mengikuti langkah Nira yang seakan siap menerkam seseorang.

" Dasar gila! Apa sesi selanjutnya!"

"Penembak dan memanah saja, dalam waktu 3 menit selesaikan sebanyak banyaknya. Ada 20 peluru dan 20 anak panah." Jelas Hildan sambil menggiring Nira menuju area selanjutnya, tepat di area menembak dan memanah.

Semua orang yang melihatnya juga setia mengikuti pergerakan kedua orang tersebut, bahkan teriakan masih saling bersaut sautan seakan memberikan semangat pada Nira.

Setelah keduanya melangkah, akhirnya mereka berhenti di belakang garis kuning, batas area penilaian, "Oke, mulai saja sekarang!" Ucap Nira dengan malas, lagi pula tubuhnya sudah mulai mati rasa, istirahat hannya membuatnya semakin lemah untuk saat ini.

Bersamaan dengan ucapan itu, Hildan mengulungkan tas anak panah untuk di pinggang berisi 20 anak panah dan juga tas kecil berisi amunis. Setelahnya, Hildan mengangguk seakan memberikan aba-aba rekannya untuk memulai hitungan mundur.

TENG TENG TENG

Jam digital besar yang terpajang di atas dinding mulai menghitung mundur dari 03:00.

Dengan pasti Nira berjalan, walau langkahnya limbung tapi Nira berusaha dengan cepat meraih pistol yang berada di atas meja besi yang disediakan disana dan mengisi amunisi dengan cepat.

Saat dirinya sudah berada tepat di batas jarak, Nira mulai membindik, tapi naas tangan dan kakinya tidak mau bekerja sama dan tidak bisa diam dalam waktu yang cukup lama.

Badannya mulai goyah bahkan kaki Nira yang sempat tertendang dengan keras kembali terasa ngilu, "Sial!" Teriak Nira dengan frustasi sampai akhirnya Nira mendang meja dengan keras sampai meja tersebut terguling.

Waktu masih terus berjalan, bahkan 30 detik pertamanya terbuang sia sia.

Nira lagi lagi memutar otakknya dan langsung terlintas ide bodoh. Dengan berjalan cepat ke belakang meja yang tadi di tendangnya dan dengan cepat Nira menekuk kedua kakinya dan menjadikan lutut kanan serta telapak kaki kiri menjadi tumpuannya untuk berdiri.

Meja yang tadi sempat ditendangnya sekarang menjadi penyangga kedua tangannya.

DOR DOR DOR

Dengan gerakan cepat Nira mulai menghabiskan amunisinya dan mengisinya kembali sampai seluruh amunisi terbuang habis dengan semua amunisi berhasil menumbus papan sasaran dengan nilai yang sangat baik.

'Aha ini terlalu mudah bagiku!' batin Nira sambil mengulas senyumnya dan menatap jam digital yang menunjukkan sisa waktu 1:10.

Dengan tubuh yang semakin lemas, Nira memaksakan dirinya melangkah lagi ke area panahan. Matanya mulai berkunang kembali. Bahkan tanganya mati rasa dan dirinya tidak bisa fokus untuk memasang anak panah ke tali busur.

'Bodo amat, kalo dia gila gue juga harus gila!' Batin Nira dengan frustasi sambil meletakkan kembali anak panahnya ke tasnya. Lalu dengan perlahan, Nira menggenggam ke dua puluh anak panah tersebut sambil berjalan ke papan sasaran.

Dengan gerakan pelan Nira menggenggam seluruh anak panah dengan kedua tangannya dan menusuk nya secara bersamaan ke papan sasaran.

SRAK

Dengan sempurna Nira berhasil menancapkan seluruh anak panah di area kuning.

Nira tersenyun miring melihat tingkah bodohnya sendiri dan di saat yang bersamaan Nira kembali melirik jam digital besar yang terpampang disana. Masih ada 13 detik.

Saat dirinya mulai melepaskan genggaman dari anak panah yang sudah menancap, secara tidak sadar tubuh Nira mulai berjalan ke belakang. Tatapannya semakin mengabur dan gelap seketika.

•~~~~•

'Lihat? Sebesar apapun masalahnya dia tetap punya otak untuk menyelesaikannya!' Ungkap James dalam hati tanpa memalingkan pemandangan dari pertunjukkan yang menurutnya menggelikan.

Sedangkan Zidan yang berada di sampinya sudah berlari meninggalkan James yang masih berdiri di atas jembatan itu sendiri, "Mereka seperti kekasih!" Ucap James pelan dengan ekspresi yang sulit dideskripsikan.

~~~~~~~

BRAKK

Zidan membanting pintu ruang istirahat dengan keras, tanpa berfikir akan mengagetkan orang orang yang sedang kelelahan.

Hannya satu yang ingin dia pastikan, 'Dimana Nira!' batin Zidan sambil mencari keberadaan adik tirinya di ruang istirahat yang begitu luas, bahkan nafasnya masih terengah-engah setelah berlari dengan cepat menuju ruangan ini.

"Bang! Lu gak ada akhlak banget ya!" Seru Nira yang masih terduduk lemas tepat di samping pintu.

Tentu saja Zidan yang mendengar itu langsung menoleh dan menundukkan kepalanya melihat ke arah Nira yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Lu gak papa kan?" Ucap Zidan cemas sambil berjongkok dihadapan adiknya itu.

Zidan langsung mengecek tubuh Nira tanpa permisi, melihat seberapa parah hasil pertarungannya kali ini. Tubuh Nira terlihat putih, terlebih mukanya sangat pucat. Setidaknya selain sudut bibir dan pelipis tidak ada luka terbuka lainnya, tapi tentu saja banyak luka lebam yang bertebaran di tubuh gadis itu.

"Gak papa gimana! Gue kaget gila! Laper lagi!" Cerocos Nira dengan tatapan membara.

Mendengar omelan adiknya itu Zidan hannya tersenyum tipis, "Lu mau apa? Gue juga udah janji nraktir lu." 

"Emang boleh?" Tanya Nira sambil melirik kearah Hildan yang duduk di sebelahnya, bahkan Zidan sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

"Boleh lah, latianmu udah kelar, tapi besok harus kesini dan sepertinya lu bakal tinggal di asrama juga." Jelas Hildan santai.

"Gila aja tinggal disini! Ogah!"

"Besok aja lu pikirin, mending cari makan dulu. Kalo lu pingsan lagi gue barabe Nir!" Ajak Zidan sambil mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri gadis kecil yang masih terduduk lemas.

Dengan semangat Nira menyambut juluran tangan Zidan dan berdiri secara perlahan sambil menahan rasa ngilu di sekujur tubuhnya.

Zidan yang melihat ekspresi Nira jadi ikut meringis, seakan mengingat rasa ngilu yang dulu pernah dialaminya juga, walau tidak separah nira "Mau gue gendong?" Tawar Zidan.

"Najis!" Tolak Nira mentah-metah, sampai akhirnya Nira hannya merangkul kakak tirinya itu agar memudahkan dirinya berjalan.

~~~~~~~~~~

HAPPY READING GUYSS!!!!!

WHO AM I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang