9. PENJAGA

24 15 1
                                    

Masih dengan suasana yang gelap, Nira mulai membuka matanya dengan pelan sembari meregangkan tubuhnya.

Setelah merasa tenaganya pulih kembali, Nira mulai bangkit dari kasurnya dan menatap jam yang ada di atas meja.

Pukul 04.00

Dengan perlahan Nira mulai menginjakkan kakinya ke lantai dan mulai keluar dari kamarnya. Meninggalkan Zidan yang masih tertidur nyenyak di atas sofa yang berada di pojokan kamar.

Sedangkan Nira mulai berjalan ke lantai satu dan memutuskan untuk berolahraga di taman. Seperti biasa, dengan earphone yang terpasang di telinga, Nira mulai menghabiskan waktunya untuk berlari memutari taman yang dipenuhi bunga dan tanaman rindang.

Semakin Nira berlari ke dalam taman, dirinya semakin asing dengan apa yang sedang dilihatnya. Bahkan Nira seperti melihat asrama di dalam taman dan ada beberapa orang mengenakan kaos serba hitam di sana. Tapi Nira sama sekali menghiraukannya dan tetap berlari mengelilingi taman di sisi yang berlainan.

Setelah cukup lelah akhirnya Nira beranjak ke dari lintasan dan mendekati bangku yang berada di taman. Bukan untuk istirahat melainkan sebagai penopang kedua kakinya. Nira akan melakukan olah raga selanjutnya, push up dengan kaki di atas bangku taman.

Sampai hitungan ke 150, akhirnya Nira mulai berhenti dan melemaskan semua pergelangannya, mulai dari kaki hingga kedua tangannya. Selanjutnya Nira memasang kuda kuda dan mencoba meninju ruang hampa membayangkan dirinya berada di tengah pertarungan.

Serangkaian gerakan yang seakan sudah menjadi naluri, menggerakan tubuhnya seperti air yang mengalir. Nira meninju dengan kedua tangan secara bergantian, menundukkan badan seakan menghindari tinju lawan lalu membalasnya. Tidak sampai di situ Nira juga melakukan tendangan ke depan bahkan ke atas, bahkan di tambah dengan loncatan.

Setelah mendaratkan kedua kakinya Nira langsung berputar dan kembali meninju ruangan kosong.

"Siapa kau!" Ungkap seorang pria berpostur tinggi yang mulai berjalan dengan angkuh sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitam.

Sedangkan Nira yang mendengar itu langsung menghentikan aktifitasnya dan menatap pria yang berteriak ke arahnya.

"Gue? Nira." Jawabnya santai sambil meregangkan badannya.

"Lalu siapanya Bos James?"

"Penjaganya!" Ceplos Nira dengan bangga bahkan mengulaskan senyum tipis di wajahnya.

"Mana mungkin Tuan punya penjaga selemah...."

Belum sampai pria itu menyelesaikan kalimatnya Nira langsung beraksi dengan membanting pria tersebut hingga tersungkur ke tanah.

"Terserah lu!" Ucap Nira yang mulai melepas genggaman tangan pria yang berhasil di jatuhkannya dan mulai berjalan menjauh.

"Awas kau!"

Nira hannya tersenyum mendengar teriakan pria yang sudah berada jauh dibelakangnya. Sedangkan pria yang berteriak hannya mampu menahan emosi dan melepaskan kepergian perempuan yang berhasil melumpuhkannya dalam sekejap mata, walaupun dalam keadaan yang tidak siap.

Nira yang merasa terhibur dengan kelakuannya tadi akhirnya mengakhiri sesi olahraga dan kembali masuk ke dalam mansion megah, langsung menuju ruang makan yang terdengar mulai ramai. Seperti dugaannya suara dentingan sendok dan garpu yang tadi di dengarnya berasal dari James, Rasyid, dan Zidan yang dengan santai sedang menikmati sarapannya.

"Kemari, ikutlah sarapan." Ajak Rasyid yang melihat Nira mulai memasuki ruang makan. Bersamaan dengan itu Zidan langsung menoleh kebelakang melihat adiknya yang penuh dengan keringat. Sedangkan James hanya melakukan aktifitas seakan tidak ada yang terjadi.

WHO AM I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang