"NIRA! JANGAN BILANG LU GAK NAIK TAKSI!?" Teriak Zidan sambil berjalan dengan cepat mendekati Nira dengan panik.
Bagaimana tidak, adiknya kini tengah berjalan santai di halaman depan keluarga Zylan dengan badan dipenuhi keringat, bahkan kaos abu abu yang dikenakan terlihat sangat basah.
"Bang santai aja lahh, itung itung olah raga malam." Ucap Nira santai sambil mengembangkan senyum tipisnya yang terlihat sangat kelahan.
"Gila lu! Habis lari dari pantai ke sini cuma dua jam? Terus lukamu ke buka lagi!" Omel Zidan melihat adiknya yang telihat mengenaskan dengan tubuh yang seluruhnya basah, bahkan rambutnya terlihat sangat lepek, jujur Zidan merasa jijik!
"Bang minggir, gue mo masuk rumah. Lagi pula gak lari dari pantai kok cuma dari rumahku aja, paling 10 km an." Ucap Nira santai sambil melewati kakaknya yang menghalangi jalan.
"Tetep aja elu gila!"
"Serah deh serah, mana James. Gue mau kasih hadiah!" Seru Nira dengan jengkel tanpa menghentikan langka kakinya.
"Gak tau, paling di ruang kerjanya." Balas Zidan santai sambil membukakan pintu untuk adik kecilnya itu.
Nira dengan santai langsung masuk ke dalam rumah mewah itu dan segera menaruh tas ranselnya di meja tamu yang berada di dekat sana. Dengan semangat Nira langsung mengeluarkan beberapa bendel kertas yang diambilnya dari meja kerja di ruang rahasia keluarganya.
"Nih! Ayo hancurkan White Agent!" Seru Nira dengan semangat saat berhasil mengeluarkan beberapa bendel-bandel kertas dari tasnya.
Sedangkan Zidan yang melihat tumpukan kertas itu hanya melongo. "Lu yakin?" Tanya Zidan keheranan melihat tingkah Nira yang bahkan sudah menuju ke lantai dua tempat kamarnya berada.
"Yakinlah, gue mau mandi dulu." Jawab Nira dengan lantang sambil menaiki tangga.
"Adek gak ada akhlak!" Seru Zidan sambil melihat sekilas bendelan kertas yang begitu menumpuk
Sedangkan empunya rumah, James Zylan, langsung melangkah keluar dari ruangannya "Cerewet!" Seru Zidan sambil menyandarkan diri di pintu ruang kerjanya.
"Sorry James emang gitu orangnya, tapi liat sini deh data yang kita tunggu dateng dari siapa coba!" Ungkap Zidan sambil melirik ke arah sahabatnya yang masih berwajah datar.
James bahkan sama sekali tidak bergerak dari tempatnya "Bawa sini." Serunya datar dan kembali masuk ke dalam ruangannya tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya yang begitu sabar.
"Sialan!"
~~~~
"Wah lama banget gak sepegel ini!" Seru Nira yang kegirangan setelah menyelesaikan ritual di kamar mandi dan masih mengenakan batherobe berwarna hitam yang hanya mampu menutupi setengah pahanya.
Dengan santai Nira keluar dari kamar mandinya sambil mengusap usap rambutnya dengan handuk.
"Nir lu harus banget ya mandi sejam?"
Nira yang mendengar pernyataan itu langsung menoleh ke sumber suara dan siapa sangka ternyata Zidan duduk dengan santai di sofa yang berada di pojok kamarnya dengan kaki saling bersilangan
"Heh! Gila lu nunggu gue mandi! Keluar sana Bang!"
Sedangkan Zidan hannya tersenyum miring melihat tingkat adiknya itu. " Emang punya baju?"
Nira langsung membulatkan matanya mendengar perkataan Kakaknya itu. Nira beruntung tadi pagi masih memiliki baju cadangan yang memang kadang di bawa dirinya di tas kecil, tapi saat ini dia benar benar tidak memiliki baju.
"Bodo amat! Kan masih ada punya lu!" Teriak Nira kesal sambil membuka lemari pakaian yang ada di sampingnya.
Nira langsung saja menyaut kaos hitam yang berada di paling atas dan mencocokannya dengan tubuhnya. "Pas!" Seru Nira jengkel dan langsung masuk kembali ke kamar mandi.
"Kalau udah langsung ke ruangan James yaa, gue tunggu di sana." Ucap Zidan dari luar kamar mandi.
"Yayaya!"
Tidak perlu menunggu lama akhirnya Nira menggunakan kaos Zidan yang bahkan kaos itu berhasil menutupi seluruh pahanya dan setelah itu Nira membereskan rambutnya terlebih dahulu. Saat dirasa cukup, Nira keluar dari kamarnya menuju lantai satu. Tempat ruangan James berada. Tanpa rasa bersalah Nira dengan angkuh membuka pintu kerja ruangan James tanpa mengetuk.
"Aha seperinya ukuran baju kita sama." Goda Zidan melihat adik tirinya masuk ke ruangan dengan mengenakan kaos milikya.
Sedangkan Zidan saat ini tengah duduk berjejeran dengan sahabatnya yang masih sibuk membaca data mengenai White Agent.
"Bacot lu Bang!" Jawab Nira ketus setelah kakak nya itu menggoda penampilan Nira yang hannya menggunakan kaos hitam oversized.
"Apa maksud ini semua!" Ucap James dingin seakan mengalihkan topik pembicaraan sambil menatap kedua manik mata Nira dengan intens.
Sedangkan Nira yang masih diambang pintu itu berjalan dengan santai. Lalu mendudukan dirinya dengan nyaman di seberang kursi James yang dibatasi meja penuh dengan bendelan kertas berisi info mengenai White Agent.
"Seperti yang lu lihat, kita akan bersekutu mengalahkan Kizani. Entah alasanmu apa aku tidak akan peduli." Jelas Nira dengan santai sambil menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang empuk.
Mendengarkan penjelasan Nira, James pun menyandarkan kedua lengannya di atas paha sambil membaca data yang baru saja didapatnya.
"Kau mencoba memanfaatkanku?" Tanya James yang masih saja melihat membaca informasi dengan jeli.
"Terserah kau menganggapnya apa, setidaknya gue juga mau dia hancur."
"Bukankah kalian rekan kerja?" Tanya Zidan sambil menatap lekat adik tirinya yang masih dengan santai bersandar di kursi.
"Itu dulu. Gimana, jadi kita sekutu?"
"Oke, tapi rencana penyerangan di gue." Jawab James mantap sambil menatap mata Nira dengan mata biru James terlihat sangat kejam. Dalam beberapa detik Nira hanya bisa terdiam saat manik mata mereka bertemu. Kekejaman James seakan langsung terbaca dari manik indahnya itu.
Matanya birunya seakan menandakan laut tenang yang sangat dalam dan mematikan.
Meski begitu, Nira langsung buka suara saat dirinya tersadar, "Baiklah. Satu lagi, jadikan gue lebih kuat!" Ungkap Nira dengan tatapan yang langsung menghitam, sambil mendekatkan dirinya ke James dengan sedikit membungkukkan badan sehingga kedua sikunya mampu bertumpu pada paha.
Sedangkan James yang mendengar pernyataan itu hannya tersenyum kecut menatap rekan barunya 'Dasar gila!' batin James mendengar permintaan wanita kecil itu.
"Kenapa!" Sentak Nira setelah melihat reaksi James yang seakan meremehkan dirinya.
"Datang di pelatihan setiap jam 3 sore!"
"Yayaya terserah, kalau gitu gue balik." Ucap Nira dengan nada yang sangat menjengkelkan sambil bangkit dari duduknya dan mulai melangkah keluar.
"Heh Jam, yakin lu bisa kerjasama bareng dia? Terus ikut latian juga? James lu masih waras kan?!" Ungkap Zidan sambil menatap wajah sabahatnya yang tersenyum tipis penuh dengan makna.
"Kenapa? Lagi pula dia yang mau." Kali ini garis melengkung di wajah James semakin terlihat dan memancarkan aura gelapnya.
"Iyaa, tapi diakan cewek! Dan keluarga gue pasti bakalll... Argg!!" Omel Zidan sambil menatap sahabatnya lalu berdiri seperti orang yang sedang bingungan.
"Diam! Ini pilihannya!"
Mendengar kalimat itu Zidan hanya bisa menunduk dan mulai menarik nafas yang panjang. Dirinya mulai menenangkan pirikrannya dan kembali duduk dan membaca informasi mengenai White Agent.
'Nira setidaknya ini memang pilihanmu.' Batin Zidan dengan kekhawatiran yang melintas, dia tau Nira memilih jalan yang akan sangat sulit dilalui dan penuh dengan pertumpahan darah.
~~~~~~~~
HAPPY READING GUYSSS EHEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO AM I?
ActionOH IYA SEBELUMNYA FOLLOW DULU YA Biar tau update ceritanyaa 😍😍 BACK TO MY STORY! Kisah ini bercerita tentang Nira, seorang perempuan yang awalnya agent rahasia. Mulai memalingkan wajahnya untuk mencari jawaban atas kematian kedua orang tuanya dan...