12. LATIAN PERTAMA

24 12 1
                                    

Di ruangan yang cukup gelap kedua pria yang masih mengenakan setelan jas lengkap berjalan dengan gagah menaikki setiap tangga yang terbuat dari besi. Bahkan terkadang suara dentingan besi terdengar jelas saat mereka mulai melanglahkan kaki.

"Heh Lu gila ya! Bisa bisanya pertarungan jadi 30 menit! Lu mau dia meninggal?" Gelisah pria yang masih mengikuti pria yang berlajan menaiki tangga sampai ahirnya mereka berdua berdiri tepat di atas jembatan yang menggantung di tengah ruangan latihan.

"Zidan, elu bisa khawatir?" Ungkap James pelan sambil meletakkan kedua sikunya di pembatas jembatan dan melihat ke arah ring dengan jelas saat pertarungan baru saja di mulai.

"Dia pasti susah mati." Lanjut James dengan seringai yang telah tergambar jelas di wajahnya.

Sedangkan Zidan geram melihat sahabat gilanya kali ini, "Awas lu James kalo main-main sama dia!"

"Main-main? Gue cuma tertarik!"

Mendengar ucapan James, tentu Zidan membulatkan matanya. Apalagi saat melihat raut wajah James, bahkan tatapannya terfokus pada gadis yang masih begelut dengan Hildan, tangan kanannya.

"Zidan, lu kakak tiri, jangan ada rasa padanya!" Lanjut James sambil melirik ke arah Zidan yang masih terpaku dengan tingkah sahabat James yang tidak seperti biasanya.

"Cih! Dasar!" Ceplos Zidan sambil menolehkan kepalanya kembali melihat pertarungan dengan jelas dari atas.

Nira terlihat tidak begitu kewalahan. Bahkan hampir semua tinju yang di layangkan Hildan dapat dengan sigap ditangkis. Tidak ingin kalah, Nira juga terlihat menundukan kepala dan memukul uluhati lawannya yang begitu keras.

Hildan terhuyung beberapa langkah kebelakang, sedangkan Nira yang tidak ingin membuang waktunya langsung menendang Hildan dengan keras sambil memutarkan badannya.

BRAK

Hildan yang tidak bisa menjaga keseimbangannya langsung terjatuh dengan keras. Tentu Nira tersenyum tipis sambil mendekati Hildan, tapi naas dengan cepat juga Hildan menarik kaki Nira dan berhasil membuat Nira jatuh terduduk.

Di detik selanjutnya, lawannya itu dengan sigap sudah berada di atas tubuh Nira dan menjadikannya menjadi samsak hidup.

TENG TENG TENG

Setelah bel tanda waktu berbunyi tanpa adanya Juri, Hildan langsung bangkit sambil mengulurkan tangannya. Tentu saja Nira menerima uluran tersebut dengan senyum kecut terpajang disana.

"Okey kita satu sama!" Ungkap Hildan sambil berjalan ke tepi ring untuk turun.

"Bacot lu!"

Hidan yang mendengar jawaban Nira hanya tersenyum sambil mengulungkan air putih yang baru didapatnya dari juri.

"Setidaknya kau tidak selemah yang ku kira, semangat untuk 5 ronde lainnya." Jelas Hildan sambil menuruni tangga.

Lagi lagi Nira hanya tersenyun sambil duduk di atas tali ring yang berada di sana dengan santai. Setidaknya dirinya masih memiliki waktu satu menit untuk beristirahat.

Sambil mengatur nafanya tentu Nira mendengar begitu banyak teriakan yang berada di belakangnya, tapi Nira tetap mengabaikannya. Lagi pula dirinya merasa tindakannya bukanlah tontonan!

WHO AM I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang