13

2.7K 240 31
                                    

Jam 8 malam di Restoran Rose.

Joko berdiri di depan pintu masuk sambil memandang sekelilingnya yang sudah duduk dengan pasangan mereka masing-masing, hal ini membuat Joko mengerutkan keningnya lalu berniat menelpon seseorang namun ada yang mendekati dirinya.

"Maaf, apa anda tuan Joko?" Tanya seorang wanita berusia 26 tahun yang sangat muda dan cantik.

"Ya, anda pasti nona Sally bukan?" Kata Joko dengan tenang saat melihat penampilan didepannya.

"Um, senang karena anda dapat mengingat seorang pengacara kecil seperti saya!" Kata Sally merendah.

"Jangan merendah seperti itu, aku sudah lama mendengar nama pengacara Sally yang terkenal itu!" Kata Joko memuji dengan sopan.

"Kurang sopan bila kita bicara disini, ayo aku sudah menyiapkan ruangan khusus untuk kita mengobrol!" Kata Sally dengan ramah.

"Um, tolong bimbing jalannya!" Kata Joko dengan sopan.

Sally adalah seorang pengacara muda yang sedang naik daun karena dia sering menjalankan kariernya dengan usahanya sendiri dan sangat pekerja keras, dia lah sosok keadilan yang perlu diikuti oleh para pengacara atau penegak hukum di dunia.

Orangnya juga cantik dengan wajah agak ketimur dan barat, hidung mancung, kulit putih, rambut pirang panjang sepunggung, kaki jenjang putih yang indah untuk yang punya fetish kaki, mata berwarna hijau bagaikan batu giok, serta ukuran payudara yang lumayan montok 36-C.

Banyak laki-laki menyukainya namun tidak banyak yang dapat dekat dengannya apalagi kepeduliannya terhadap pekerjaan membuatnya sulit dideketin, Joko sebenarnya cukup tertarik dengan Sally namun dia juga tau batasannya.

Diusianya saat ini itu seperti seorang paman mendekati anak-anak meski Sally dah legal dan bukan loli, Sally tentu tidak tau pemikiran Joko kalau tidak mungkin dia akan langsung pergi, mana mau seorang gadis cantik, muda, dan terpelajar sepertinya dianggap loli oleh pria asing berusia 70 tahunan.

"Mari langsung ke pointnya sekarang, bisakan nona Sally?" Tanya Joko dengan tenang dan sopan.

"Um, baiklah ... Ini ada 3 dokumen yang berisi saham di hotel Sea, aset keluarga Phelix, dan ..."

"Sudah itu saja!" Kata Joko memotong.

"Eh? Tapi masih ada satu lagi, tuan?" Kata Sally terkejut.

"Yang itu kamu kembalikan ke pemilik asalnya, lalu berikan uang $10 juta ini sebagai ucapan maaf dan terima kasihku kepadanya!" Kata Joko dengan sopan mengeluarkan cek senilai $10 juta dollar di atas meja.

"Apakah anda yakin mengenai hal ini?" Tanya Sally mencoba meyakinkan karena jumlah aset di dalamnya bukanlah hal yang sedikit jadi kalau sudah di kembalikan akan sulit memintanya lagi.

"Aku yakin, pemilik aslinya sudah membantuku, akan kurang nyaman bagiku menerima harta dari orang yang sudah menolongku jadi lebih baik aku kembalikan saja ke pemilik aslinya!" Kata Joko dengan tenang tanpa peduli tentang nominal lagi.

Sally terdiam namun dia juga sadar kalau yang ada didepannya adalah seorang yang dapat memiliki seluruh aset sebuah keluarga dengan mudah apalagi keluarga itu adalah keluarga kaya seperti keluarga Phelix.

Meski hanya perusahaan tapi itu adalah jantung ekonomi keluarga Phelix, mengambilnya sama saja seperti mengambil aset keluarga Phelix karena sebagian besar kekayaan berasal dari sana.

"Baiklah, percayakan hal itu kepada saya!" Kata Sally dengan percaya diri.

"Senang mendengarnya!" Kata Joko dengan senyum di wajah.

Saat seperti itu tiba-tiba Sally terdiam karena terpukau oleh senyum Joko yang tulus dan jujur, ada kehangatan dari balik senyum tersebut, kehangatan sebuah keluarga dan juga kehangatan dari seorang yang di cintai.

Hati Sally sedikit tergerak saat ini, bagaimana pun dia hanya gadis pencinta pekerjaan jadi belum pernah merasakan namanya jatuh cinta namun saat ini dia seperti akan ...

"Uhuq, makanannya sudah datang, ayo makan dulu nanti dingin!" Kata Joko menyadarkan Sally yang masih dalam lamunannya.

"Ah, ya .... Maaf dan terimakasih ..." Kata Sally pelan dengan wajah merona merah karena malu.

Joko tersenyum kecil, sungguh melihat gadis cantik yang memerah itu sangat lah lucu, apalagi memerah karena hal lain yang tidak perlu sebegitunya.

"Oh ya tuan, menurutku anda harus hati-hati sama keluarga phelix ... Anda sudah mengambil pendapatan terbesar mereka jadi aku khawatir kalau nanti mereka akan mengambil tindakan ke anda!" Kata Sally memperingati dengan serius.

"Hee, aku mengambil perusahaan mereka sebagai peringatan kalau mereka masih berani bergerak kepadaku maka lain kali bukan hanya perusahaan saja yang akan hilang!" Kata Joko dengan senyum di wajahnya.

"Yaa lagian aku juga sudah lama tidak memainkan permainan anak-anak ini, jadi aku akan menantikan pembalasan seperti apa yang keluarga Phelix siapkan untukku~" kata Joko dengan tenang, dia tidak takut sama sekali dengan pembalasan dari keluarga Phelix.

System ada di tangannya jadi hal apa yang perlu dia takutkan lagi? Kalau dirinya yang dulu mungkin akan takut tapi sekarang mah berbeda karena dia bukan lagi Joko yang dulu.

Sally merasakan ada kebanggaan dan kesombongan dari mata Joko, meski dia pernah melihat hal ini di mata orang-orang kaya namun kali ini berbeda, mata Joko juga memancarkan kepercayaan diri yang sangat luar biasa.

Bagaikan sebuah gunung yang sudah tertancap ke bumi, atau sebuah tebing yang kokoh meski tau ada ombak besar yang akan menghantamnya atau pembaca yang tau di kalau mereka itu jomblo dan kang ngocong.

"Baiklah, pembicaraan sampai disini, senang mengenal anda, tuan Joko!" Kata Sally dengan ramah.

"Tidak, aku yang harusnya berkata seperti itu, bila ada waktu bagaimana kita minum teh bersama? Aku yang traktir?" Kata Joko dengan ramah.

"Um, aku akan senang bila diundang oleh anda lain waktu!" Kata Sally menjawab dengan senyum cerah.

Keduanya bertukar sapa dengan ramah, sebelum akhirnya berpisah untuk menyelesaikan permasalahan pribadi.

"Hallo tuan, seperti yang sudah dijelaskan kalau orang ini tidak mungkin tersangka ..." Kata seorang gadis dari balik bayang-bayang.

"Tapi bagaimaa kamu bisa menjelaskan mengenai hal itu? Tidak mungkin pria tua seperti dia dapat melakukan hal-hal seperti 'itu'!" Kata seorang dibalik telpon.

"Kalau begitu apa yang akan kita lakukan? Melawan 'mereka' tidak pernah berakhir baik untuk kita!" Kata gadis itu dengan nada memperingati.

"Aku tau, kamu selidiki lagi dan jangan sampai ketauan kalau orang itu memang 'mereka' baru kita diskusikan lagi!" Kata orang tersebut dibalik telpon.

"Baiklah, kuharap dia bukan dari 'mereka'!" Kata gadis itu menutup telpon dan menatap langit malam yang cerah.

Lalu gadis itu menghilang tanpa jejak, bagai ditelan bumi dimana tidak ada siapapun yang menyadari pernah ada gadis disana atau bagaimana gadis itu menghilang.

Bonus

"Kehidupan bagaikan sebuah roda yang berputar, kadang dibawah kadang di atas tergantung bagaimana kalian jago mainnya"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kehidupan bagaikan sebuah roda yang berputar, kadang dibawah kadang di atas tergantung bagaimana kalian jago mainnya"

I Old Man With System[Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang