Ketiganya menghabiskan waktu bermain di taman bermain bersama, mereka menaiki beberapa wahana dan istirahat di beberapa tempat yang di sediakan.
"Terima kasih ya kek, karena sudah mengajak kami liburan seperti ini, sudah lama aku tidak melihat Geisha sesemangat itu." ucap Ellena dengan tulus, ia menatap Geisha yang sedang bermain di salah satu hiburan disana.
"Sama-sama, aku senang bila kalian menikmatinya." ucap Joko ringan.
"Kalau saja Peter disini ia pasti senang ..." ucap Ellena sambil mengingat mendiang suaminya yaitu Peter.
"Iya." jawab Joko singkat, ia juga kembali mengingat Peter dan paham bagaimana perasaan Ellena.
Sudah 50 tahun ia di New York ini, kedua orang tuanya pasti sudah tiada padahal mereka adalah keluarga yang ia miliki, mengingat ini Joko merasa sedih dan sangat bersalah karena tidak bisa berjumpa lagi dengan mereka bahkan di detik-detik terakhir keduanya.
"Ah, maaf aku malah membuat suasananya menjadi seperti ini ... Ahaha." ucap Ellena dengan cepat saat menyadari kalau suasana disana ternyata berubah murung.
"Tidak kok, aku paham perasaanmu yang masih merindukan suamimu itu, aku juga tidak memintamu untuk melupakan Peter tapi kuharap kau dapat menerima kenyataan dan mulai menulis lembaran baru bersama Geisha." ucap Joko dengan lembut dan hangat sambil merangkul bahu Ellena dan mencoba menguatkan Ellena.
"Terima kasih kek, tanpamu mungkin kami masih larut dengan kematian Peter, aku benar-benar lega karena ada kau disisi kami." kata Ellena sambil menyandarkan kepalanya di bahu Joko, ia merasa hangat dan nyaman saat ada disisi Joko, rasanya seperti ada tempat untuk bersandar disaat situasi sulit.
Joko tidak menolaknya, karena ia tau kalau Ellena masih memerlukan bahu untuk bersandar dan punggung untuk melindungi dan tempat untuk menangis.
Geisha yang baru saja balik dari permainannya melihat ibunya dan Joko seperti itu entah kenapa ia merasa sedih, meski ia tau kalau ibunya sedang berduka akibat kehilangan Peter tapi melihatnya bersandar di bahu Joko membuat Geisha merasakan sakit di hatinya.
Rasanya seperti ada yang hilang dan kosong di hatinya, perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, dan perasaan itu dinamakan cemburu.
"Oh, apa kau sudah puas bermainnya?" ucap Joko saat melihat Geisha kembali.
"Bagaimana permainannya? Menyenangkan?" ucap Ellena juga, ia membetulkan posisinya seperti semula, memalukan baginya untuk di lihat putrinya kalau ia sedang bersandar ke bahu Joko.
"En, itu menyenangkan tapi sayang kalian tidak ikut bersama!" kata Geisha yang menunjukkan sikapnya yang riang gembira.
Meski ia merasa sedih tapi ia tidak ingin Ellena mengetahui itu, setidaknya jangan sampai membuat orang terdekatnya ikut sedih karenanya.
"Yaa maaf dah, aku sudah cukup umur jadi mudah lelah, ini sudah mau malam jadi mau makan malam dulu?" ucap Joko minta maaf, ia juga memberikan usulan untuk pergi makan malam.
"Umu, baiklah!" keduanya mengangguk setuju, mereka sepertinya senang-senang saja dengan keputusan Joko toh dia yang bayar dan ngajak dan mereka cuman menikmati saja jadi buat apa protes?
Ketiganya makan malam bersama di salah satu restoran mewah disekitar sana, setelah makan mereka tidak langsung pergi tapi mengobrol bersama terlebih dahulu.
"Maaf, aku izin ke toilet dulu ya." ucap Ellena.
Keduanya mengangguk setuju dan Ellena pun pergi meninggalkan Joko dan Geisha.
Saat Ellena pergi suasana seketika menjadi hening dan terasa canggung, Geisha yang biasanya ceria kini diam seakan ada yang ingin ia bicarakan tapi masih ragu untuk memulainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Old Man With System[Hiatus]
Fantasiketika seorang pria tua berusia 75 tahun ke atas sudah menjadi sangat rentah dan tak berdaya namun dia tidak memiliki seorang pun yang membantu dan merawatnya tapi suatu hari dia menerima sebuah mukjizat yang luar biasa