4 : Hug

904 130 57
                                    


❄❄❄



Bibir pink pucat itu beberapa kali menguap lebar, wajah manisnya terlihat sangat bosan. Kenyataannya memang seperti itu, suara orang tua yang mengoceh didekat papan tulis itu benar-benar membosankan, tidak menarik dan tidak penting untuk diingat sama sekali.

"Hyung apa menurutmu kita akan bisa hidup hanya dengan rumus dan angka tak berguna itu?"


Manik hazel itu melirik penuh penasaran pada pemuda tampan yang duduk dibangkunya dengan ekspresi tak peduli pada orang tua yang bicara didepan sana. Yeonjun menggeleng memainkan pulpenya. Kedua kaki ramping Taehyun bergerak naik turun, bokongnya duduk diatas meja Yeonjun sedikit diujung agar tidak menganggu Yeonjun.

'Entah apa yang terjadi, kenapa aku mau membantunya?'

Tenggelam dalam kebingungan, Yeonjun tidak habis pikir kenapa dia mau membantu arwah gentayangan ini. Kenapa dengan begitu mudah bibirnya berkata akan menolong pemuda ini. Ada sesuatu, ya benar ada sesuatu dari pemuda ini, sesuatu yang bahkan Yeonjun tidak ketahui apa itu.

"Coretan dipapan tulis, buku-buku itu, kata-kata penyemangat agar giat belajar maka masa depanmu akan sangat indah, apa mereka tidak bisa berhenti berbohong?"

Kepala Yeonjun menoleh sepenuhnya kearah Taehyun, kata-kata yang keluar dari bibir pink pucat itu menarik perhatian Yeonjun sepenuhnya. Mata onyx nya terus memandangi wajah pucat itu dari samping. Tatapan mata onyx itu sulit dimengerti, namun bisa dipahami dengan perasaan.










"CHOI YEONJUN!"

Suara yang memuakkan, kenapa selalu menganggunya. Yeonjun tidak akan terkejut lagi melihat wajah gumpalan bakpao itu terlihat kesal padanya.

"Lagi-lagi kau bengong! Tolong perhatikan bapak yang sedang mengajar!" nada suara yang meninggi, kepala hitam itu hanya mengangguk, bibir bervolumenya bergumam kata maaf

Dapat dilihat orang tua didekat papan tulis atau bisa dikatakan guru itu, menghela nafas panjang, ujung jarinya memebenarkan letak kacamatanya sejenak. Pada akhirnya dia akan berdehem dan mulai bicara hal-hal tak masuk akal.

"Bukankah dia menyebalkan hyung"

Yeonjun hanya menganguki ucapan dari bibir pink pucat itu. Untuk apa mengelak bukankah kenyataan sudah sangat jelas terlihat didepan sana.

*

*

*

*

Suara sepatu yang bertabrakan dengan trotoar jalan, rambut hitam legam yang ditata sedikit kesamping meperlihatkan keningnya berterbangan beberapa helai ditiup sang bayu. Satu tangan yang masuk kedalam saku celananya dan wajah datar yang menjadi tampilannya. Dialah Choi Yeonjun.

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Tapi ada keraguan dalam hatinya benarkah tempat yang akan dia tuju kali ini adalah rumah, benarkah itu tempat untuknya pulang. Jika boleh dia ingin lari menjauh sejauh mungkin. Perjalan yang begitu dingin seperti biasanya.



"Hyung?"

Suara teduh nan lembut itu terdengar mengalun seperti musik penenang ditelinga Yeonjun. Mungkin kali ini Yeonjun salah, perjalanannya tidak akan sedingin biasanya. Kedua pasang onyx itu melirik sosok pucat yang berjalan, mungkin tidak bisa dikatakan berjalan jika kakinya saja tidak menyentuh permukaan bumi. Katakan saja pemuda silver itu tengah melayang disisinya.

Name In Zero degrees (Who Are You)(√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang