🌸╏ ex-crush

19 3 0
                                    

“Sangah? Lo sekolah di sini juga?” Wonjin bertanya dengan nada kaget sekaligus senang.

Bae Sang Ah, adalah sahabat kecil Wonjin. Ketika lulus SMP, Sangah pindah ke Australia. Keduanya, diam-diam saling menyukai, tapi itu dulu sebelum Wonjin kenal Nayoung.

“Iya nih, gue baru pindah kemarin. Gue di kelas 11-4. Lo di 11-2 ya?” tanya Sangah, lalu Wonjin mengangguk membenarkan.

Sepertinya, sosok Nayoung yang berada di samping Wonjin kini hanya dianggap patung oleh keduanya.

“Ekhem,” Wonjin tersadar, dia menyengir melihat ke arah Nayoung yang sepertinya sudah muak sedari tadi.

“Kalo lo mau lanjut ngobrol, gue duluan.” pamitnya lalu pergi begitu saja membuat Wonjin kalang kabut.

“Waduh, gue duluan ya. Pacar gue kalo ngambek gak ngotak galaknya.” kata Wonjin buru-buru lalu ikut menyusul kepergian Nayoung.

Sangah terdiam setelah mendengar ucapan Wonjin. “Jadi, Wonjin udah punya pacar?” gumamnya.

•••

“Awh! Wonjin!”

Nayoung maupun Wonjin terlihat memegangi kepala mereka, yang baru saja kepentok. Tadinya, Nayoung berjongkok membenarkan tali sepatunya, tanpa tahu sosok Wonjin berniat membungkuk tapi Nayoung lebih dulu menegakkan tubuhnya kembali membuat dahi Wonjin dan bagian belakang kepala Nayoung bertemu.

“Sakit ih! Dahi lo dari besi apa gimana sih?” gadis itu mengusap-usap bagian belakang kepalanya yang terasa nyeri.

Melihat itu, Wonjin buru-buru menarik gadis itu untuk mendekat lalu mengusap lembut bagian kepala Nayoung yang sempat kepentok dahinya.

“Aduh, maaf banget. Gue gak sengaja, lagian lo juga pas bangun cepet banget sih.” kata Wonjin, membuat Nayoung buru-buru menjauh darinya.

“Salah gue?” tanya Nayoung, Wonjin tersenyum sembari menggeleng.

“Salah gue, gak denger tadi gue minta maaf? Berarti salah gue.” sahut Wonjin sabar sambil terus mempertahankan senyumnya.

Nayoung mendelik. “Gak lanjut ngobrol sama Sangah? Kenapa di sini?” tanya Nayoung ketus.

Wonjin tersenyum menggoda. “Cemburu ya? Duh, gue gak berniat bikin lo cemburu. Sangah cuma temen kok gak lebih, jangan marah ya.”

Nayoung menjentikkan jarinya di depan wajah Wonjin. “Liar banget haluan lo! Ya kali gue cemburu.” ketusnya.

“Mana ada liar. Liar itu kalo gue ngehaluin elo sama gue udah sah terus bikin debay.”

“GILA! HAM WONJIN STRES!”

•••

“Boleh tau nama lengkapnya gak?”

“Buat apa?”

“Buat dicetak di undangan pernikahan nanti.”

Nayoung kebetulan lewat, tanpa sengaja mendengar pembicaraan orang yang begitu ia kenal dari suaranya. Tentu saja dia Wonjin, memangnya siapa lagi.

Wonjin sepertinya belum sadar, jika Nayoung akan melewati tempat dia duduk bersama seorang gadis bernama Soeun.

Nayoung berdecih, tak habis pikir dengan kelakuan Wonjin. Dia terus berjalan tanpa menghiraukan keberadaan keduanya.

Saat Nayoung sudah di depan, Wonjin baru tersadar. Dia bangun dari kursinya. “Gue duluan ya cantik, ada urusan.” pamitnya terburu-buru.

“NAYOUNG!” serunya lalu berlari mengejar gadis itu yang tampak melangkah semakin cepat.

“Gue gak mau di ganggu!” sentak Nayoung.

“Tapi gue gak bisa.” jawab Wonjin.

“Lo udah sepakat, buat nurut sama gue selama kita pacaran.” kata Nayoung datar.

“Kita... pacaran beneran?” tanya Wonjin berbinar.

“Cuma kalimat, yang isinya angin. Kita gak ada apa-apa, kalimat pacaran cuma kalimat yang mempersingkat penjelasan.”

“Siapa yang peduli? Intinya, kita pacaran.”

Nayoung menghela nafasnya. “Terserah.” gadis itu memilih mengalah, berdebat dengan Wonjin sama saja memancing amarah sendiri.

•••

“Permen kapas manis buat Nayoung yang sama manisnya.”

“Gak mau.”

“Terus maunya apa, cantik?”

“Gue mau pulang sekarang!”

Wonjin menghela nafasnya sebentar. Emang, Nayoung ini gak bisa diajak romantis dikit ya, padahal taman dengan banyak gerai begini adalah tempat yang paling disukai 9 dari 10 gadis.

“Bantuin gue ngabisin ini dulu, mau cepet pulang gak?” Nayoung dengan berat hati mencomot permen kapas tersebut lalu melahapnya.

Dan, sepertinya Wonjin tidak pernah kehabisan cara untuk membujuk Nayoung agar pulang bersamanya.

Wonjin mengamati raut sebal gadis itu dengan seksama. Sangat lucu, batinnya. Nayoung memiliki mata yang besar, juga senyum yang cantik, siapapun tidak akan bisa berpaling dari senyumnya termasuk Wonjin.

Tinggi gadis itu hanya 157 cm, membuatnya terlihat mungil jika di sandingkan dengan Wonjin yang tingginya 174 cm.

“Lo sengaja pelan-pelan apa gimana?” sentak Nayoung kesal saat melihat Wonjin yang makan permen kapasnya dengan perlahan.

“Pelan-pelan apanya?” tanya Wonjin, merasa kalimat Nayoung sedikit ambigu.

Nayoung berdecak. “Buruan makannya!” ujar Nayoung tak ingin berbicara lebih banyak lagi.

“Suapin gue dulu,” kata Wonjin membuat Nayoung melototkan matanya.

“Lo ngelunjak ya? Sumpah, gue gak lagi bercanda Jin. Buruan habisin itu, atau gue gak mau lagi pulang bareng lo!”

Wonjin mendengus geli. “Elo mah gak pernah bisa di ajak bercanda, auranya pen ngajak orang berantem mulu.”

Nayoung tak menghiraukan, dia hanya memasang wajah datarnya lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Lucu banget kalo marah.” kata Wonjin sembari cekikikan sendiri melihat ke arah Nayoung.

•••

Fyi, “Sangah” itu di baca Sang-ah ya... 😻💗

Dear Wonjin | Ham WonjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang