“Wonjin,”
Wonjin berbalik badan saat seseorang menyapanya. “Sangah?” dia tersenyum, lalu sosok Sangah berjalan mendekatinya.
“Lo emang sering dateng pagi ya?” tanya Sangah.
“Gak juga sih,” jawab Wonjin sembari menunjukkan deretan giginya.
“Lo masih tinggal di tempat yang sama kayak dulu?” tanya Sangah.
Wonjin mengangguk. “Gue mah gak pernah pindah-pindah,” sahut Wonjin dengan menekan 2 kata terakhir yang membuat Sangah tersenyum kikuk.
“Kalo gitu, gue boleh dong mampir?” Wonjin mengangguk, menanggapi pertanyaan Sangah.
“Boleh, Bunda juga pasti seneng liat lo lagi.” kata Wonjin membuat Sangah tersenyum senang.
“Nanti gue—” ucapan Sangah terpotong karena Nayoung tiba-tiba saja melintas di tengah-tengah mereka.
“Pacaran kok di tengah jalan,” cibir Nayoung sinis, lalu melanjutkan langkahnya dengan santai.
Wonjin melihatnya, alis satunya terangkat saat mendengar cibiran sinis Nayoung tadi. Cemburu? Batin Wonjin bertanya geli.
Kemudian, Wonjin kembali melihat ke arah Sangah. “Mau ke kelas bareng?” tawar Wonjin, membuat Sangah mengangguk antusias menyetujui ajakan Wonjin.
•••
“Cewek,” Wonjin mengedipkan satu matanya saat beberapa adik kelas tampak berlalu dihadapannya.
“Ya Tuhan, semoga Nayoung gak dapet fakboi lembek macem Wonjin.” doa Jungmo, membuat Wonjin melototkan matanya.
“Enak banget congor lo ye, sini gue gosok pake kaos kaki.” ujar Wonjin berniat melepas sepatunya tapi Jungmo sudah lebih dulu menghindar.
“Woi Min, kantin gak? Kantin lah, masa enggak! Gas lah!” ajak Hyeongjun pada Minhee tanpa peduli pertengkaran keduanya.
“Gue mager Jun, nitip lah.” kata Minhee.
“Ongkirnya ceban,” sahut Hyeongjun membuat Minhee mendengus.
“Deket itu anjir, pake ongkir segala. Cuma ngelewatin tiga ruangan, udah nyampe.” ujar Minhee sedikit kesal.
“Mau gak?” tanya Hyeongjun tak menghiraukan keluhan Minhee.
“Gue ikut aja lah njing, rugi doang dapetnya. Padahal gue cuma mo nitip keripik.” ucap Minhee sebal.
“Kantin dulu om, nanti balik.” pamit Hyeongjun pada Jungmo.
“Om mata lo!” balas Jungmo tak terima.
Hyeongjun dan Minhee kemudian pergi meninggalkan Wonjin dan Jungmo yang masih terlihat nyaman nongkrong di kursi panjang yang terletak di depan kelas 11-7.
“Gue liat, lo gak pergi ke Nayoung, kenapa?” tanya Jungmo, membuat Wonjin menoleh.
“Napa, mau lo tikung?”
Jungmo tersenyum paksa. “Sabar banget gue di su'udzonin mulu.” katanya pelan.
“Gue lagi dalam misi, bikin Nayoung cemburu.” ujar Wonjin bangga.
“Dih, pede banget.” cibir Jungmo jengah.
“Syirik aja si kutu sawah.” balas Wonjin.
•••
Nayoung berdiam di perpustakaan, merasa gelisah dengan kegiatan membacanya yang tak kunjung fokus. Gadis itu terlihat tak tenang di kursinya, tapi bingung sendiri apa yang membuatnya seperti itu.
Kemudian, dia melihat ke arah jendela perpustakaan. Seperti mengharapkan seseorang lewat.
“Wonjin mana, ya?” gumam gadis itu tanpa sadar.
Lalu, mata gadis itu mengerjap sadar. “Ih! Ngapain sih nyariin si kaleng berisik itu?” Nayoung berdecak, kemudian kembali pada kegiatannya membaca buku.
Tiba-tiba dia menjadi kepikiran, dari kemarin Wonjin sangat jarang mengganggunya. “Wonjin kenapa, ya? Apa dia beneran marah?” gumam gadis itu bertanya-tanya.
“Masa gue samperin sih?” gadis itu berdecak. “Ogah banget, ntar kepedean lagi tu bocah.” gumamnya kesal.
Terlalu sibuk dengan isi pikirannya, Nayoung sampai tidak menyadari seseorang yang mulai duduk dan bergabung dimeja yang sama dengannya.
“Ih! Pokoknya gak mau! Gue gak mau nyamperin dia! Biarin aja dia marah!” Nayoung berseru tiba-tiba membuat orang yang satu meja dengannya tampak terkejut.
“Nayoung? Lo kenapa?”
Nayoung ikut tersentak, lalu menoleh sambil tersenyum kikuk. “Eh kak Allen, em... gue gapapa kok.” Nayoung menyembunyikan wajahnya di buku yang ia baca. Bisa-bisanya dia seperti itu cuma gara-gara mikirin Wonjin?
•••
“Cepet ih, dimana?”
Kemudian Wonjin menunjuk pipi kanannya. “Sini,” katanya, lalu Nayoung mendaratkan kecupan singkat di sana.
“Eh bukan! Di sini!” seru Wonjin sembari menunjuk pipi kirinya, dan dengan kilat Nayoung langsung menurutinya.
“Eh sini aja deh!” serunya lagi sambil menunjuk bibirnya.
Nayoung mendengus, lalu memegang kedua rahang cowok itu, kemudian mencium bibirnya. Dan setelahnya, Wonjin merasa semua tubuhnya basah, yang langsung membuatnya bangun dari kasur saking terkejutnya.
“Bagus ya, tidur sampai siang gak inget dunia lagi. Bangun!”
Wonjin berdecak, mengusap wajahnya yang basah. “Bunda ih, Wonjin lagi enak-enak mimpi Nayoung juga.” gerutunya.
“Gak ada mimpi-mimpi! Ntar Bunda bilangin Nayoung, kalo Wonjin sering ngehalu gak jelas.” ancam sang Ibunda.
“Iya ih, iya. Wonjin udah bangun ini.” ujar Wonjin sebal.
“Mandi sana, sekalian sprei kamu itu di cuci, udah berapa kali mimpi basah gak di cuci! Jorok banget!”
“Astaghfirullah Bunda, ngomongnya gak di saring! Lagian Wonjin gak sejorok itu ya!” seru Wonjin membantah.
“Denger gak Bunda ngomong tadi?” tanya Bunda berseru, menyadarkan kesadaran anaknya yang masih setengah.
“Iya Bunda, ya ampun.”
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Wonjin | Ham Wonjin
FanficKetika seseorang yang menjadi sumber kebahagiaan mu, juga merupakan orang yang menorehkan luka pada hati mu. ___ Cravity, Ham Wonjin ft. Lightsum, Kim Nayoung. ©unayaaaa12, 2021